Menginginkan Balas Dendam yang Ternyata Mendapatkan Perawan

March 28, 2019

Menginginkan Balas Dendam yang Ternyata Mendapatkan Perawan

Menginginkan Balas Dendam yang Ternyata Mendapatkan Perawan
Menginginkan Balas Dendam yang Ternyata Mendapatkan Perawan

CERIAKANGEN - Masih ingat khan saat aku bercerita mengenai Edwin yang menyetubuhi pacarku Ani di kamar kostnya? Nah cerita kali ini mengenai kekasih si Edwin yang bernama Sasa (nama panggilan).
Suatu sore ketika penghuni kost tempat Ani tinggal sudah banyak yang pulang ke asalnya masing-masing (karena di akhir minggu biasanya mereka semua pulang kecuali Anyssa dan temannya Lola, karena yang lain rumahnya cukup dekat dengan Jogja) aku bertandang ke kost pacarku itu. Aku tahu benar kalau saat ini tepat jadwalnya pulang kerumah, seperti biasa terjadwal 1 bulan sekali. Sebelumnya aku sudah memberitahu kepada Sasa untuk tidak pulang terlebih dahulu karena ada yang harus aku beritahukan kepadanya.
Begitu kami bertemu dikamarnya, segera aku memberikan foto digital dimana Edwin sedang memaksakan nafsunya kepada Ani. Pada detik-detik awal aku dapat melihat keterkejutan yang amat sangat disertai dengan gelegak amarah diwajah Sasa namun semakin lama raut itu semakin hilang dan pecahlah tangisan dara manis ini.
“Edwin keparat! Apa kurangnya aku. Selama ini dah aku bela-belain untuk kuliah di Jogja supaya dekat dengan kamu. Kamunya malah tidur ma cewek lain…Edwin brengsek..!!!” umpat Sasa tak karuan, untung saja waktu itu Lola sedang pergi juga jadi tak ada yang mendengarnya.

Aku yang semula duduk di tempat tidurnya agak jauh sekarang mulai mendekat perlahan dan aku belai halus rambutnya yang sebahu itu. “Sebenarnya aku gak tega sama kamu Sa, tapi mau gimana lagi. Daripada nanti kamu ngerasain sakit hati belakangan pas semuanya sudah terlampau jauh. Aku cuman nggak mau kamu jadi korban seperti yang aku alami atas Ani.” Aku mulai menebar umpan untuk menarik simpati dari gadis manis ini.
Sasa mendongak mencegah airmatanya mengalir lagi sembari berusaha tersenyum walaupun aku tahu senyuman itu dipaksakan. Sepertinya dara manis ini benar-benar sangat mencintai kekasihnya tersebut, mungkin karena mereka sudah berpacaran sejak SMU kelas 2. Sasa lalu menoleh kearahku dan saat itu aku baru sadar kalau bulu matanya sangat lentik dan matanya benar-benar bening dan indah. Mata yang sempurna, pikirku dalam hati. Dia tersenyum lalu berkata, “Makasih ya mas. Udah mau nolongin aku dari sebuah kesalahan yang aku pertahankan selama ini.” Lalu kembali dia mengambil tissue yang kesekian kalinya untuk menghapus airmata plus ingus nya.

“That’s OK sweetheart…aku juga nggak tega sama kamu kalau kamu gak tahu apa-apa waktu dikhianati pacarmu.” Aku memegang tangannya sembari terus memberikan penghiburan. Setelah beberapa saat baru tanganku dibalas dengan genggaman oleh tangan Sasa. Umpan termakan, pikirku. Sekarang bagaimana cara penyelesaian akhirnya.
“Sa, gimana kalau supaya kamu bisa melupakan kesedihan kamu, kita jalan-jalan aja. Mumpung malam minggu, khan nggak enak kalau kamu disini sendirian trus bengong gak ngapa-ngapain.” Rayuku kepadanya dan tanpa pikir panjang lagi dia menyetujuinya.

Singkatnya kami melakukan dinner di sebuah café yang cukup terkenal di Jogja soalnya dulu sering dipake musisi untuk manggung (sebut saja Sheila on 7, Padi dan masih banyak lagi.).
Suasana malam itu cukup mendukung dengan angin yang dingin membuat sepanjang malam itu Sasa terus berdekatan denganku, mungkin pengaruh suasana juga. “Sering kemari? Sama mbak Ani?” tanya Sasa sambil memainkan sedotan didalam gelas juicenya yang sudah berkurang separuh itu.
Aku hanya tersenyum kecil menanggapi pertanyaannya, “Sering juga. Tapi sendirian.” Kataku sambil memakan potongan terakhir Strawberry Pancake milikku. Sasa semakin semangat saja bertanya, “Lho kok sendirian?”
Sembari meletakkan garpu dan pisau ditangan aku melihat menerawang seolah-olah melihat tembus ke atap menembusi langit malam itu, “Mau bagaimana lagi. Anyssa berselingkuh bukan hanya pertama kali ini. Dia sebelumnya pernah berselingkuh dengan pria-pria lain sehingga kadang membuatku tidak tahan lalu disini deh aku terdampar tiap malamnya, hehehe…” candaku kepada Sasa. Ternyata Sasa menganggap serius bualanku tadi dan mulai muncul lagi rasa simpatinya kepadaku.

“Aku nggak habis pikir, karena selama ini aku merasa mbak Ani itu orangnya alim ternyata bisa berbuat semengerikan itu. Kenapa tidak diputusin aja mas?” tanya Sasa lagi kali ini terlihat secarik emosi di raut mukanya setelah mendengar penuturanku. Pertanyannya kali ini tak aku jawab dengan sengaja agar menimbulkan tanda tanya dibatinnya, lalu dengan memasang ekspresi muka sedih aku diam. Sasa cukup peka juga sehingga dia tidak mencecarku dengan pertanyaan yang lainnya.
Tiba-tiba kedua tanganku merasakan sesuatu yang hangat. Ternyata Sasa menggenggam tanganku dengan lembut pula. Sambil tersenyum, sekarang gantian dialah yang menghiburku malam itu.
Saat kami pulang dengan menaiki motorku dan sudah separuh jalan, tiba-tiba hujan deras. Sesampainya kami di kost Sasa semua pakaian kami sudah basah kuyup. “Masuk mas! Hujannya deras ntar masuk angin.” Katanya padaku.

“Udah malam. Aku nggak enak kalau nanti kamu kena teguran dari bapak kost.” Kataku membuat alasan karena waktu itu memang sudah jam 10 malam. Tetapi Sasa ngotot dengan mengatakan pemilik kost rumahnya dilain tempat dan Lola saat itu juga belum pulang sehingga didalam kost hanya ada kami sementara dengan suasana hujan selebat ini membuat Sasa takut kalau harus sendirian di kostnya yang lumayan besar itu.
“Ya udah deh. Aku mampir dulu.” Kataku sambil pura-pura mengalah padahal dalam hati bersorak sorai gembira. “Nah gitu dong.” Sasa menampilkan senyumannya lagi dan bergegas mengambil handuk bersih dari almari pakaiannya.

“Aduh aku nggak punya pakaian cowok tuh gimana? Ntar kalau mas Adi masih pake baju itu ntar masuk angin lagi, khan basah. Dingin pula malam ini…” gadis ini mulai bingung sampai akhirnya dia menyalakan hair dryer milik Lola yang dia pinjam. “Keringkan dulu yah?” katanya sambil menyuruhku melepaskan bajuku.
Sasa bergegas kekamar mandi untuk berganti pakaian yang kering sementara aku mengeringkan pakaian menggunakan hair dryer ini. Mau tak mau harus mencopoti seluruh pakaianku sehingga tinggal bertutupkan handuk saja. Begitu Sasa muncul dari kamar mandi, dia kaget dengan kostum baruku yang hanya bertutupkan handuk dibagian bawah tubuhku. Sembari tertawa cekikikan dia menawarkan coklat hangat.
Sasa waktu itu berganti pakaian dengan daster terusan tanpa lengan yang bewarna pink dengan bertaburan icon-icon Keropi dimana-mana. “Wah, kalau tahu kamu kalau malam pake pakaian seksi gini mending aku gak perlu nongkrong di kafe…” candaku kepada Sasa.

Sasa mencibir ringan, “Sudah mulai nakal yah? Ntar tak pelorotin handuknya baru tahu rasa…hahaha…” gadis ini sudah mulai berani ternyata. Sekalian saja aku tantang, “Coba aja kalau memang berani, paling kamunya yang ketakutan.” balasku berharap dia akan menimpalinya dengan yang lebih hot namun ternyata harapanku pupus karena dia malah mengelak dari topik itu dan menyodorkan coklat hangat kepadaku.
Sembari minum kami bercerita mengenai diri kami masing-masing, mulai dari keluarga, kegiatan kampus, hobby sampai hal-hal yang privat. Dari pengakuannya aku baru tahu kalau selama ini Edwin belum pernah menodainya. Paling banter hanya ciuman bibir. Dia juga mengatakan kalau selama ini Edwin sering memintanya berhubungan intim tetapi selalu ditolak dan bahkan mereka sempat putus selama 2 minggu gara-gara Edwin memaksa dan berhasil meremas payudara Sasa. “Namun sekarang sudah sirna semua itu mas. Ternyata dia sudah dapat yang dia mau dari perempuan lain. Aku sih nggak menyalahkan dia sepenuhnya karena aku sendiri juga tidak bisa memberikan apa yang dia mau tapi tetap saja hati ini sakit.” Katanya lirih lalu meminum coklat hangatnya pada tegukan terakhir.

Sembari meletakkan cangkir kosong tersebut diatas meja belajarnya, dia kembali bertanya padaku, “Kalau mas Adi sendiri sudah pernah ngapain sama mbak Nisa? (Sasa memanggil Anyssa dengan sebutan Nisa, beda dengan temannya yang lain)
“Yah paling ciuman bibir saja. Kalau lebih belum berani karena dia selalu menghindar tiap kali kami akan memasuki tahap yang lebih dalam daripada ciuman bibir.” Kataku dan saat itu pula aku bersyukur karena aku manusia dan bukan Pinokio, kalau tidak hidungku pasti tambah panjang sepanjang-panjangnya karena berbohong besar.

Sasa tertawa dan mengejekku lagi, “Hahahah…nggak dapat sama mas Adi eh malah dapat dari cowok lain. Udah mas, ceraikan saja…buat apa memelihara bekas orang. Mas Adi pantas dapat yang jauh lebih baik, lagipula masa cowok secakep dan sebaik mas Adi nggak bisa dapat cewek baik-baik sih.” Sasa mulai mengomporiku, namun dia tidak tahu kalau dia salah terhadap dua hal. Pertama, aku tidak cakep (wajah diantara jelek dan cakep, orang bilang sedengan/sedang-sedang saja). Kedua, aku juga bukan orang baik-baik.
Saat aku akan menjawab perkataannya tanpa bisa aku tahan, tiba-tiba aku bersin- bersin sendiri. Hal tersebut membuat Sasa mendekatiku dan memberikan jaketnya kepadaku untuk dipakai, “Tuh khan sudah mulai pilek. Nih pake jaketnya! Eh…aduh…” saat Sasa akan memberikan jaket tersebut padaku tiba-tiba kakinya tersandung kabel hair dryer dan jatuh terjerembab. Aku yang reflek segera menangkapnya namun hasilnya kami jatuh berdua. Yang lebih fatalnya lagi saat jatuh handukku terlepas lilitannya dan jatuh kelantai ditambah dengan posisi jatuh yang tidak sempurna sehingga tangan dari Sasa tanpa sengaja menyenggol penisku yang sedang tidur.
“Hah…itu…sorry…nggak sengaja…” Sasa tergagap-gagap melihat tangannya memegang penisku. Aku sendiri walaupun malu harus aku sembunyikan dan berlagak kalau tidak terjadi apapun barusan. Singkatnya kami kembali duduk seolah-olah tidak terjadi apa-apa walaupun Sasa masih sedikit shock.

Aku memberanikan diri untuk angkat bicara mengingat sudah agak lama kami berdua terdiam, “Wah,kamar kamu rapi yah..” kataku padanya. Well, aku tahu ini merupakan pick up line yang sangat garing tapi hanya kata-kata itulah yang sempat mampir ke otakku. Sesuai dengan tebakanku kalau pick up line yang jelek nan buruk itu hanya mendapat satu buah kata sebagai jawaban, “Thanks…” kata Sasa dengan klisenya.
“Apa semua cowok seperti itu?” Sasamulai berkata padaku. Aku bingung dengan pertanyaannya dan mencoba untuk memperjelas perkataannya, “Maksud kamu…?” tanyaku penuh kebingungan.
Muka Sasa memerah dan melanjutkan kata-katanya, “Punya cowok yang itu…Apa semua seperti itu?” katanya lagi sambil melirik kearah penisku yang sudah ditutupi handuk. Aku hanya tertawa mendengar pertanyaannya.
“Seperti itu bagaimana Sa? Item and jelek gitu?” godaku padanya. Dia sekarang sudah bisa tersenyum lagi dan kegugupannya sudah berangsur hilang. “Item sih iya tapi kalo jelek yah biasa-biasa aja, nggak jelek-jelek amat kok.” Katanya sekarang sudah mulai berani untuk balas menggodaku.

Melihat situasi yang sudah agak panas aku langsung saja membuat umpan baru, “Sebenarnya ada bentuk kedua dari barangku yang satu ini. Kamu mau tahu? Ntar bisa aku perlihatkan, lebih chubby lho..hahaha…” godaku padanya. Namun jawaban yang keluar dari mulut gadis ini diluar perkiraanku sebelumnya, “Mau pamer pas ereksi?” sahutnya cuek.

Mendengar jawaban dari Sasa membuatku sangat kaget, tapi belum sempat aku membalas perkataannya dia sudah lebih dulu menimpali dengan ucapan baru, ”Walaupun aku belum pernah ML ma cowok tapi kalau hal begituan aku tahu lah mas…gini-gini aku khan seorang calon apoteker.” Katanya padaku. Perkataan terakhirnya membuatku sadar kalau aku sangatlah bodoh bertanya hal tersebut kepadanya karena Sasa sebenarnya adalah mahasiswa di program farmasi disalah satu perguruan tinggi terkenal di Jogja dan pastinya dia mempunyai dasar ilmu kedokteran, biologi dan kimia yang lumayan (jika dibandingkan dengan aku tentu saja).
Selama kurang lebih 5 menitan kami ngobrol kesana kemari akhirnya terdiam selama beberapa saat hingga saat aku mengatakan sesuatu yang membuatnya terkejut, “Sa, boleh nggak aku gantian lihat punya kamu? Tadi khan kamu dah liat punyaku. Biar adil gitu.” Kataku penuh harap namun Sasa tak segera menjawab. Lalu dia memalingkan mukanya kearahku dan menatapku sangat tajam dengan kedua matanya yang bening itu. Takut dia akan marah aku segera mengkoreksi kata-kataku barusan, “Aku cuman bercanda kok Sa…jangan ditanggapin serius yah…” sambil tertawa aku mencoba untuk menutupi rasa maluku ditatap oleh Sasa.
Sembari memutar posisi duduknya gingga menghadapku dia berkata, “Memang benar cuman becanda?” sahutnya dan serentak seluruh bulu kudukku berdiri karena takut gadis ini marah nantinya dan semua usahaku jadi sia-sia.

Sambil menenangkan diri aku menjawabnya, “Yah…begitulah. Tapi kalau dikasih juga nggak bakalan nolak…khan yang ngasih cantik kaya bidadari gini…hehehe…” selorohku pada Sasa.
Beberapa detik dalam keheningan tiba-tiba kedua tangan Sasa mulai bergerak, kedua tangannya mempreteli kancing baju tidurnya sehingga aku dapat melihat buah dadanya yang masih tertutup oleh bra warna coklat muda. Belum cukup dengan itu saja dia lalu melepaskan bajunya dan gantian sekarang dia meloloskan bra miliknya kebawah hingga sekarang kedua gunung kembar itu tidak lagi tertutup apapun. Indah, sangat indah sampai membuatku terpana. Kedua payudara gadis ini mulus bewarna putih dan bukan hanya itu saja tapi juga bentuknya sangat indah.
“Sa…kamu…” aku tak sanggup melanjutkan kata-kataku. Sasa tersenyum, “Bukannya ini yang mas Adi mau?” katanya sambil mendekatiku.
Seolah mendapatkan lampu hijau, aku segera menyentuh payudara gadis ini mulai meremasnya lembut dan membelai dari pangkal hingga ujung puting susunya. Belum cukup dengan itu saja, melihat mukanya sudah memerah dan terlihat ada setetes nafsu dimatanya, aku segera melumat habis payudara gadis ini. Sasa melenguh keras ketika putingnya aku permainkan ujungnya dengan lidahku. Desahan kenikmatan Sasa seolah berlomba dengan kerasnya suara rintik hujan malam itu.

“Akhhh….mas Adi…akhhh…” Sasa kembali mendesah saat ciumanku merembet keleher jenjangnya sementara payudaranya sudah basah terkena air liurku. “Sa…kamu cantik sekali malam ini…kamu sempurna. Gadis sebaik dirimu pantas mendapatkan yang terbaik…jangan bersedih lagi yah…” kataku padanya sambil tersenyum kecil. Dan umpan terakhirpun termakan oleh sang gadis. Melihat rasa simpatikku padanya membuat dirinya semakin menyerahkan dirinya padaku. Sasa yang dari tadi pasif menjadi bergerak lebih aktif dan berani untuk mencium bibirku. Akhirnya kami berpagutan cukup lama sambil kedua tanganku menjelajah seluruh tubuhnya dan sedikit-demi sedikit aku meloloskan celana tidur sekaligus celana dalamnya hingga Sasa bugil total.
Diantara sadar dan tidak, gadis itu tetap menciumi bibirku dengan penuh nafsu dan saat aku raba vaginanya aku dapat merasakan kalau gadis ini sudah sangat terangsang, vagina Sasa sudah basah dengan cairan kewanitaannya. Ciuman aku arahkan ke leher milik gadis ini dan kembali dia mendesah, “Akhh…mas Adi…aku nggak kuat kalau gini terus mas…akhhh…” desahnya dengan suara seksinya itu membuat penisku semakin berontak.
Sasa nampaknya sadar kalau ada tonjolan yang semakin membesar dibagian bawah tubuhku dan diapun memberanikan diri untuk merabanya dan melepaskan handukku. “Akhh…mas…gede banget…” pekiknya tertahan saat melihat penisku dalam kondisi tegak sempurna. “Cuman 18 cm kok sayang…sedikit diatas rata-rata aja kok…” jawabku sambil tersenyum.

“Aaahhh…mas…tanganmu nakal…” Sasa mencoba berontak ketika jari-jari tanganku mulai mencari klitorisnya. Walaupun dengan penolokan yang setengah-setengah dari Sasa tapi akhirnya aku berhasil juga mendapatkan letak klitoris gadis ini. Cukup besar jika dibandingkan dengan milik kekasihku.
Sasa menggelinjang-gelinjang ketika aku mempermainkan klitorisnya dengan satu tangan sementara tangan lain tetap memainkan payudaranya. Dengan posisi tidur disampingnya, aku bisa dengan leluasa menggunakan kedua tanganku sembari tetap berciuman dengannya. Entah karena insting atau apa, tangan Sasa yang tadi menyentuh penisku sudah berani menggenggamnya erat dan memaju mundurkan dengan perlahan.
“Sa…jangan erat-erat entar sakit…yang lembut aja yah sayang…” kataku padanya lagi dan dia hanya tersenyum dan berkata, “Sorry…abis gemes sih…hehehe…” belum sempat dia berkata lagi aku sudah menutup mulutnya dengan kecupan bibirku.

Setelah kurasa vaginanya sudah cukup basah, aku baringkan Sasa terlentang dan aku buka pahanya sehingga area selangkangannya dapat aku lihat semua. Pertama dia risih dan malu tapi pada akhirnya dia pasrah juga apalagi dengan kedua tanganku yang terus menstimuli payudara miliknya.

“Akhh…mas Adi…aku…” Aku dapat melihat sebersit keragu-raguan dimata Sasa saat aku membimbing penisku kebibir vagina miliknya. “Kenapa sayang? Malam ini lupakan semua kesedihanmu dan lepaskan sja bebanmu. Toh Edwin juga sering selingkuh dibelakangmu, jadi tak ada yang perlu kau sesali Sa…” bujukku kepadanya.
“Kamu cantik…baik pula. Kamu pantas mendapatkan yang lebih baik…dan biarkan dirimu hidup bebas tanpa kekangan masa lalu lagi…I love you Sa…” perkataan penutup sebelum kami bersetubuh akhirnya manjur juga. Sasa mulai melepaskan pegangan kedua tangannya di pinggangku dan merangkul leherku lalu meminta ciuman hangat dariku lagi.

Sembari berciuman, aku mengarahkan lagi batang kemaluanku kearah bibir vagina Sasa. Aku bisa merasakan bibir kemaluan gadis ini mulai terbuka ketika kepala penisku mulai memasuki labia mayora miliknya. “Arghh…sakit mas.” Rintih Sasa dan akupun menghentikan penetrasiku. Begitu dia sudah mengambil nafas aku kembali melanjutkan penetrasiku lagi.

Perlu sekitar 20 kali dorongan hingga batang kejantananku bisa terbenam seluruhnya didalam liang kewanitaan Sasa. Gadis ini melelehkan air mata namun dalam hitungan detik dia sudah mulai bisa merasakan kenikmatan cumbuanku yang tak henti-henti di bibir, leher, telinga dan payudaranya. Nafas Sasa mulai memburu ketika ciumanku menjelajahi leher dan telinganya sementara tanganku dengan liarnya memainkan putingnya sekaligus pusarnya. “Mas…akhhh…aku…akhh…mas..” Sasa kali ini sudah tidak dapat berkata apa-apa lagi karena sekarang kesadarannya sudah diambil alih oleh gairah yang membara.

Setelah aku menstimuli Sasa dan mendiamkan penisku beberapa menit didalam liang vagina gadis ini, sekarang aku mulai melakukan gerakan menusuk pelan-pelan. Sodokan-sodokan penisku terasa sangat berat, maklum karena liang kemaluan Sasa belum pernah dimasuki benda sebesar ini. “Akhh…vaginamu sempit sekali sayang…luar biasa. Benar-benar luar biasa say.” Kataku pada Sasa. Sementara Sasa sendiri masih mendesah-desah tak karuan karena sodokan-sodokan penisku di vagina miliknya.

Walaupun sesekali dia meringis menahan sakit atau menggigit bibir bawahnya, tapi aku tahu kalau dia juga tidak ingin persetubuhan ini berhenti begitu saja. Itu bisa aku lihat dari gerakan pinggulnya yang mengikuti irama sodokan batang penisku bahkan seolah-olah menyiratkan kalau dia ingin lebih.
Melihat Sasa sudah mulai bisa menikmati, aku lalu mempercepat goyanganku sehingga sekarang kami bercinta selayaknya normal. Sembari menindihnya dan tetap menciumi leher dan bibirnya, sekarang tanganku mulai meremas-remas pantatnya yang ternyata padat berisi sementara tangan satunya menindih salah satu tangannya kekasur. Entah kenapa tapi hal itu membuatku semakin bernafsu saja dan sepertinya sensasi seperti itu bukan hanya terjadi padaku melainkan juga pada diri Sasa. Gadis ini semakin bisa meracau tak karuan, “Mas…terus…tusuk yang dalam…”.

Melihat gelagat ini aku lalu menaikkan kedua tungkai kakinya keatas bahuku dan sekarang berat tubuhku aku tumpukan kepaha bawahku. Dengan sekali tusukan aku bisa melesakkan batang kemaluanku menjadi lebih dalam kelobang kemaluan Sasa. “Akhhh…” pekik Sasa ketika dinding rahimnya tersentuh oleh ujung penisku. Dalam sepuluh menit kedepan kami bercinta dengan gaya itu. Kedua tangan Sasa memegangi pantatku dan menariknya seolah-olah menginginkan sodokan yang lebih pada vaginanya. Aku memelankan pompaan batang kemaluanku sembari mengambil nafas namun tetap melakukan stimuli pada payudara gadis ini hingga sekarang bewarna semu merah, juga putingnya sekarang sudah membesar seperti bengkak saja.
Merasakan pompaan penisku semakin pelan, Sasa berinisiatif menggerakkan pinggulnya. Namun ketika dia akan mempercepat gerakan pinggulnya, aku memberikan sebuah sodokan cepat dan keras sedalam-dalamnya lalu aku percepat pompaan penisku. Sasa menjerit menahan sakit namun dilain sisi dia juga menikmati perlakuanku ini, “Akhh…mas…sakit…akhhh…”

Diiringi suara hujan deras aku mempercepat goyanganku ditubuh Sasa yang sudah lemas, dan dengan beberapa kali sodokan keras sembari aku mengangkat pinggul gadis ini agak keatas aku menyemprotkan spermaku kedalam liang kewanitaan gadis ini. “Sa…aku keluar…akhhh...” seruku sesaat lalu aku telungkup di atas tubuh gadis ini. Sasa yang sudah lemas kembali mengatur nafasnya.
“Mas nanti kalau aku hamil gimana?” Dia nampaknya sudah mengumpulkan kesadarannya sedikit demi sedikit. Dia lalu duduk dan melihat bibir vaginanya yang berlumuran darah perawannya dan cairan bewarna putih kental yang keluar dari dalam vagina miliknya.

Aku meyakinkan Sasa untuk menggunakan pil KB apalagi dia sendiri anak fakultas farmasi, obat semacam itu pasti tidak sulit untuk memperolehnya. Setelah ketakutanya hilang, kami lalu berpelukan sembari tidur dimana malam itu hujan bertahan hingga hampir pagi. Sekarang kedudukanku dengan Edwin satu sama, tetapi sebentar lagi akulah yang akan jadi pemenangnya karena Sasa berjanji untuk tidak mengatakan apapun pada orang lain termasuk perselingkuhan Ani dibelakangku.
Menginginkan Balas Dendam yang Ternyata Mendapatkan Perawan Menginginkan Balas Dendam yang Ternyata Mendapatkan Perawan Reviewed by rikangen.blogspot.com on March 28, 2019 Rating: 5

Membayar Gaji Pemain Dengan Tubuhku yang Cantik

March 22, 2019

Membayar Gaji Pemain Dengan Tubuhku yang Cantik

Membayar Gaji Pemain Dengan Tubuhku yang Cantik
Membayar Gaji Pemain Dengan Tubuhku yang Cantik

CERIAKANGEN - Andraningrum, manajer klub sepakbola PSKBB, sedang pusing. Sedang ada masalah dengan keuangan klub PSKBB. Uang sponsor dan bantuan dari pemerintah daerah sudah tinggal sedikit, padahal kompetisi baru sampai setengah jalan. Gaji para pemain sudah 3 bulan tidak dibayar. Dan dia sudah bolak-balik meminta bantuan ketua klub PSKBB yang merangkap wakil kepala daerah tempat PSKBB bermarkas, tapi yang didapat cuma janji demi janji. Sudah begitu, si ketua klub malah melempar balik tuntutannya, dengan bilang seharusnya manajer yang cari duit untuk klub. Padahal dia sudah nyaris kehabisan akal mencari kesana-kemari. Memang tidak umum seorang perempuan menjabat manajer klub sepakbola. Drani, begitu panggilan Andraningrum, adalah anak seorang tokoh masyarakat setempat yang dulu ikut mendirikan PSKBB dan stadion di daerahnya. Sepeninggal bapaknya, Drani kebagian mengurus PSKBB sementara saudara-saudara kandungnya meneruskan usaha keluarga. Kehidupan pribadi Drani sendiri kurang memuaskan, pada umurnya yang ke-30 ini dia sudah pisah ranjang dengan suaminya karena beberapa masalah. Untuk menghibur diri, Drani yang memang gila bola dan sayang kepada klub yang didirikan bapaknya terjun ke dunia persepakbolaan secara serius, sebagai manajer PSKBB dan juga membina sekolah sepakbola. PSKBB sedang cukup berprestasi di Liga, sedang berada di peringkat ke-2 dan terus mengancam kedudukan klub bermaskot singa yang menjadi pemimpin klasemen. Kalau semua lancar, bukan mustahil PSKBB menyalip “Singa” dan menjuarai Liga. Keberhasilan PSKBB musim ini terutama disebabkan tiga pemain asing baru asal Afrika, yang terbukti mumpuni di lapangan dan sulit dibendung lawan. Tapi harus diakui ketiganya juga cukup menguras kemampuan keuangan PSKBB karena gaji mereka lumayan tinggi. Ketika pemasukan seret dan gaji tak lancar, ketiga pemain Afrika itu mulai protes dan terakhir mereka mengancam akan pindah ke klub lain dan melaporkan klub ke badan sepakbola dunia. Setelah berpikir-pikir, Drani mendapat satu cara agar setidaknya bisa mempertahankan ketiga pemain Afrika itu, sampai dia mampu mencari tambahan pemasukan dari sponsor atau pemerintah.

Sore hari, waktunya latihan. Para pemain sedang mempersiapkan diri untuk laga kandang melawan klub tetangga yang suporternya dikenal tak bermodal tapi sering membuat kerusuhan. Drani sibuk berkoordinasi dengan aparat untuk persiapan penjagaan keamanan; suporter tim tamu pasti akan datang ramai-ramai dan mungkin bikin ribut, jadi pengamanan harus seketat dan sekeras mungkin. Sesudahnya, Drani langsung menuju stadion. Sesampai di stadion, Drani menemui pelatih PSKBB, seorang mantan bek tim nasional, dan memintanya menyuruh ketiga pemain asing menghadapnya di ruangannya. Si pelatih menyanggupinya lalu masuk ke lapangan untuk memanggil mereka. Tapi sebelum bergerak, si pelatih sempat berkomentar kepada Drani.

“Cakep amat Bu, hari ini?” katanya sambil nyengir.

“Bisa aja kamu. Mau ada perlu nih,” jawab Drani.

Tiga orang pemain asing PSKBB asal Afrika sudah berkumpul di ruang manajer. Yang pertama, Adama Badou asal Pantai Gading. Dilihat dari perawakannya, Adama tidak istimewa, karena tubuhnya sama besar dengan rata-rata pemain lokal. Kelebihan Adama adalah pada akselerasi dan kecepatan larinya, yang membuat dia sangat berbahaya sebagai pemain sayap yang menyerang sepanjang pinggir lapangan. Adama berwajah lumayan ganteng dengan rambut cepak. Pemain asing PSKBB yang kedua adalah Francis Njona asal Kamerun. Francis adalah pemain bertubuh paling besar di PSKBB, perawakannya lebih cocok jadi pegulat daripada pemain sepakbola. Posisinya sebagai bek tengah tak tergantikan, dan dia dikenal tanpa kompromi dalam menjegal dan menghadang penyerang lawan. Selain bertubuh besar dan gempal, Francis juga botak dengan mata besar seperti selalu melotot; wajahnya yang seram itu saja sudah membuat pemain lawan yang berhadapan dengannya gentar. Yang ketiga adalah Ethan Rabiu asal Nigeria, striker jangkung dengan tinggi tubuh hampir 2 meter, pencetak gol terbanyak bagi PSKBB. Ethan tak terkalahkan dalam perebutan bola di udara dan sundulan mautnya sudah berkali-kali memberikan kemenangan kepada PSKBB. Rambut Ethan ditata dreadlock dan dicat merah. Suporter PSKBB selalu menunggu selebrasi Ethan, yaitu menggendong sesama pemain di punggung, yang dilakukannya sesudah menjebol gawang lawan. Tiga pemain berkulit hitam itu duduk-duduk dengan resah di dalam kantor manajer, masih mengenakan seragam PSKBB yakni kaos putih dan celana hitam. Meskipun kontribusi mereka besar kepada keberhasilan PSKBB, tapi imbalan yang mereka terima sedang seret. Gaji seluruh pemain dan ofisial KBB memang sudah tiga bulan tak dibayar. Ketiga pemain asal Afrika itu digaji paling besar, sehingga mereka pula yang protes paling keras. Mereka sudah menyatakan berbagai ancaman kepada manajemen klub. Suporter juga mendukung tuntutan mereka, karena ketiganya termasuk pemain favorit. Dan Drani sendiri masih menginginkan mereka bertiga tetap di PSKBB.

Pintu terbuka dan Drani masuk. Adama, yang paling tua di antara mereka bertiga, bertindak mewakili teman-temannya dan langsung membuka pembicaraan.

“Ibu Drani. Apa hari ini Ibu suda ada keputusan tentang salary kami? I hope you bring good news,” kata Adama dengan bahasa gado-gado, campuran Indonesia dan Inggris yang terdengar lucu karena berlogat Afrika.

Sebetulnya Drani belum mendapat kemajuan dalam pencarian dana. Tapi dia merencanakan sesuatu yang lain. Seperti tadi diperhatikan si pelatih, hari itu Drani memang sengaja tampil lebih cantik. Kalau biasanya dia tampil dengan blazer dan celana panjang seperti biasanya wanita karier, hari ini Drani mengenakan gaun biru tanpa lengan yang memperlihatkan kulit pundak dan lengannya yang putih mulus. Drani memang berkulit terang karena dia berdarah campuran, ayahnya pribumi sementara ibunya keturunan Tionghoa. Pinggangnya yang masih ramping dibelit sabuk putih lebar, sedangkan dadanya terlihat membusung di balik gaun biru yang dikenakannya. Kalau biasanya Drani hanya mengenakan make-up tipis, kali ini dia bersolek lebih tebal, dengan eyeshadow coklat tua dan lipstik pink. Dan ketiga pemain Afrika itu memperhatikan perbedaan penampilan manajer mereka, mata mereka tak lepas-lepas dari Drani sejak Drani memasuki ruangan.

“Hmm… Saya masih berusaha,” Drani menyampaikan berita mengecewakan. “But don’t worry, bulan depan pasti gaji kalian akan turun.”

Francis langsung mencibir, “Huuu!”, Ethan mendengus, dan wajah Adama berubah kesal. “Ibu Drani,” kata Adama, “Come on, we not social workers here? Kita main bola mau dapat uang. I must send money to my family. Mereka di sana tunggu-tunggu saya kirim uang.” Francis dan Ethan mengangguk menyetujui.

“Iya, ngerti,” kata Drani, “maaf ya. Sorry. Mohon bersabar…”

“Sorry? Sorry don’t feed my family, boss,” Adama terus berkomentar. Di antara ketiganya, dia yang paling banyak diincar klub lain untuk ditransfer. “Kalau begini saya pindah ke klub lain, maybe they pay me more.”

“Tapi saya punya tawaran lain,” kata Drani, sambil mendekati Adama. Adama memandangi Drani, yang sedikit lebih pendek daripada dirinya. Drani dekat sekali dengan Adama sehingga pemain sayap itu bisa mencium wangi parfum yang dipakai si manajer.

Ketika memandangi wajah Drani, Adama tidak bisa tidak melirik juga ke belahan dada Drani yang mengintip dari balik gaun birunya.

“What kinda offer?” kata Adama.

Drani menjawab, “Seperti saya bilang. Kalian akan dibayar bulan depan. Saya tambah bonus lain, yang bisa dinikmati sekarang. Bagaimana?” Drani berkata seperti itu sambil merapat ke tubuh Adama, sambil tangannya merangkul pinggang Adama yang kencang. Adama langsung tahu apa maksud manajernya itu.

“Is it worth it?” tanya Adama.

“Kita mulai bicarakan saja,” kata Drani, kemudian si manajer berpindah merangkul leher Adama.

Detik berikutnya Adama merasakan bibir lembut Drani menyentuh bibirnya dalam sebuah ciuman. Adama tak menolak dan dia membalas ciuman hangat Drani, sementara tangannya merangkul tubuh Drani. Sepertinya Adama tidak perlu diberitahu apa niat Drani, karena dia langsung memanfaatkan keadaan dengan meraba pantat manajernya itu.

“Ibu Drani? What the hell is this?” Ethan tidak langsung paham apa maksud perbuatan manajernya. Tapi Francis menyuruh Ethan diam dulu.

Drani melepas bibir Adama, lalu berbisik kepada Adama, “I’m sure you will like it,” sementara tangan Drani mulai nakal menjelajah ke celana pendek Adama, menyentuh bagian depan selangkangan si pemain sayap.

Adama tersenyum. “Saya coba dulu,” katanya.

Drani beberapa kali meremas lembut benda yang mulai membesar di balik celana Adama. Drani pun tak buang-buang waktu, dia langsung menarik turun celana dan celana dalam Adama. Karena sudah berencana berbuat seperti ini, tadi Drani sudah bersiap-siap dengan mengunci pintu. Ruang manajer juga tak berjendela sehingga tidak ada yang bisa mengintip apa yang terjadi di dalam, hanya empat orang manusia itu saja yang tahu.

Kejantanan Adama yang sudah setengah keras pun terlihat. Drani pun jadi tahu, bahwa yang bilang batang orang Afrika paling panjang itu tidak sepenuhnya benar. Kemaluan Adama dilihatnya sama saja ukurannya dengan barang mantan suaminya, hanya saja yang ini kelihatan lebih gemuk. Tak apa. Sambil tersenyum, Drani mulai mengelus-elus batang hitam itu agar makin keras dan besar.

“Buka baju. Biar tambah keras,” suruh Adama, yang sudah paham apa maunya Drani.

Drani memerosotkan bagian bajunya yang menggantung di bahu, sehingga sepasang payudaranya yang berukuran 34C terbebas dari kungkungan dan melambung menantang si pemain asal Afrika.

“Whooo…” Francis yang sedari tadi diam saja mulai bergerak, mendekat. “Nice,” komentarnya. Tangannya yang besar dan hitam terangkat, seperti mau menjamah payudara Drani, tapi Francis kemudian ragu dan mengurungkan niatnya. Drani menengok ke arah Francis dan tersenyum. “Mau? Boleh kok…” Drani mengizinkan.

Diberi kesempatan, Francis tidak menyia-nyiakan. Bek asal Kamerun yang bertumbuh kekar itu langsung menjulurkan tangan lagi, memegang payudara si manajer. Tangan Francis yang besar mencengkeram dan memijat-mijat daging dada putih Drani dan mencubiti kedua puting Drani sampai menegang akibat terangsang. Francis terus mengucel-ucel payudara Drani sementara Adama menonton. Dan akibatnya, kejantanan Adama bangkit sampai mencapai panjang maksimalnya. Drani pun berlutut di depan Adama dan mendekatkan mukanya ke batang hitam yang baru menggeliat bangun itu. Drani menjilat sekujur batang dan kepala penis Adama. Meskipun dia sudah berpengalaman dengan laki-laki, baru kali ini dia melihat “senjata”-nya orang Afrika. Ukurannya ternyata tak jauh beda dengan milik pribumi. Rambut kemaluan Adama juga keriting seperti rambut di kepalanya.

Drani menengok ke samping dan melihat gundukan di balik celana Francis, dan dilihatnya juga Ethan si jangkung mulai memegang-megang batangnya sendiri. Drani lalu meneruskan membasahi sekujur batang Adama. Lalu, sambil mengelus-elus biji pelir Adama, Drani mulai memasukkan penis Adama ke dalam mulutnya, pelan-pelan.

Rasa dan bau kontol orang Afrika beda, pikir Drani. Dari mereka bertiga, Adama yang badannya paling kecil. Gimana yang lain? Hiii…

Akhirnya Drani sampai juga ke batas, mengulum seluruh penis Adama sementara hidungnya sampai menyentuh jembut Adama. Dikulumnya penis panjang itu beberapa lama, lalu dia mundur pelan-pelan sambil mengambil nafas. Drani terus mundur sampai akhirnya batang Adama keluar lagi.

“Do it again,” perintah Adama. Dan Drani memang mau melanjutkan. Dia kembali mengisap penis hitam itu, lidahnya menari-nari seputar batang yang tegang. Dijilatnya cairan yang mulai meleleh keluar dari lubang. Drani berusaha lagi menelan seluruh penis Adama, sambil menyedot, berusaha mendapatkan apa yang dia inginkan. Adama tidak bisa tahan terlalu lama karena keahlian Drani, dan dia menggerung, memberi tanda akan ejakulasi. Semburan benih panasnya muncrat di dalam mulut si manajer. Drani menelan semuanya dan menjilati sisa-sisanya sebelum akhirnya melepas penis Adama yang melemas dari mulutnya. Adama mengeluarkan suara-suara tanda keenakan dan memuji kemampuan manajernya menyepong. Drani merasakan sperma yang rasa dan baunya berbeda itu, kurang enak menurutnya. Fia berusaha menahan reaksi mual agar tidak terkesan tak suka. Ethan yang sedari tadi menonton dan Francis yang sudah kebagian memegang-megang kini mendekati Drani. Tanpa disuruh, keduanya memelorotkan celana masing-masing dan memamerkan barang mereka di depan Drani. Drani menatap kagum. Francis seukuran dengan Adama, walaupun karena tubuhnya besar, milik Francis jadi berkesan lebih kecil; sementara kejantanan Ethan pas dengan postur tubuhnya yang jangkung, panjang, lebih panjang beberapa senti daripada teman-temannya. Drani seumur hidup belum pernah melihat penis sepanjang itu. Bisa tidak dia menelan yang ini?

Drani mengangkat kedua tangannya dan memegangi kedua kontol Afrika itu, membanding-bandingkan. Tangannya yang putih kontras dengan batang-batang yang coklat tua itu. Ia menaikkan penis Francis dan melihat kantung pelirnya yang besar dan berambut, menggantung di bawah. Drani lalu memiringkan kepala dan menjilati sekujur biji Francis, sehingga Francis menggerung keenakan. Kemudian ia beralih ke Ethan. Drani menjilati satu sisi batang Ethan yang panjang itu dari pangkal sampai ujung, lalu di sisi satunya dari ujung sampai pangkal. Drani kemudian membuka mulut lebar-lebar dan mengulum kepala burung Francis. Sungguh pemandangan yang erotis, wajah putih Drani ditancapi penis hitam Francis, seorang perempuan cantik berkulit terang berlutut di depan seorang laki-laki berkulit hitam dan berwajah seram. Francis meraih kepala Drani dan menariknya ke depan sehingga penisnya makin jauh menerobos rongga mulut si manajer. Sementara itu, tangan Drani menggosok-gosok kejantanan Ethan. Saking panjangnya, perlu dua tangan untuk dapat menggenggam seluruh batang si striker jangkung. Waktu penis Francis sudah masuk sejauh mungkin, Drani berhenti sebentar untuk bernafas. Hidung Drani nyaris menempel ke jembut dan perut Francis, dan Drani mencium aroma tubuh orang Afrika yang beda. Pelan-pelan Drani menggerakkan kepalanya maju-mundur, mulutnya menyetubuhi batang hitam Francis. Drani lalu melepaskan sebentar penis Francis dari mulutnya, lalu dia meludah ke telapak tangan sendiri. Telapak tangannya yang basah itu kembali melanjutkan tugas merangsang barang milik Ethan. Setelah melumuri seluruh batang yang panjang itu, Drani berganti menawarkan kelembutan bagian dalam mulutnya ke Ethan, sedangkan tangannya untuk Francis. Sambil membelai-belai biji pelir Francis, Drani mulai mencoba mengulum sekujur penis Ethan. Tidak bisa, rupanya. Terlalu panjang.

“Yeah… That’s fuckin’ great…” Ethan keenakan disepong oleh Drani. “Can you suck all of it, bitch?” Ethan mendorong pinggulnya ke depan, memaksa batangnya yang panjang itu masuk lebih jauh, sambil mencengkeram kepala Drani dan mendesaknya mendekat.

Tetap saja ada beberapa senti bagian pangkalnya yang tak masuk, sementara Drani mulai tersedak dan matanya berkaca-kaca. Drani terbatuk ketika ujung burung Ethan menyodok pangkal tenggorokannya. Mulut Drani terus naik-turun menyepong Ethan. Gede dan panjang banget! pikirnya. Mulutnya mulai pegal selagi dia berusaha mengulum seluruh batang itu. Sekali-sekali dia tersedak. Ethan terus melenguh keenakan.

“Hey, isep punya saya juga,” Francis merasa diabaikan, lalu memaksa Drani melepas penis Ethan.

“I wanna fuck your mouth. Open.” Ganti Francis yang mencengkeram kepala Drani, lalu memaksanya mendekat.

Selama beberapa menit kemudian, mulut Drani disetubuhi Francis. Tiap dorongan pinggul Francis membuat kantong pelir si bek yang besar menggantung itu menampar dagu Drani. Dan setelah beberapa lama, baik Francis maupun Ethan yang kebagian permainan tangan Drani belum juga menunjukkan tanda-tanda akan keluar. Tubuh Francis dan Ethan yang sama-sama besar membuat Drani terlihat kecil sekali; mata kedua pemain Afrika itu tak lepas dari tubuh seksi Drani, terutama kedua payudaranya yang sudah tak tertutupi. Kulit putih yang mulus, rambut hitam yang jatuh terurai di bahu. Drani memperhatikan tatapan mereka dan membuka kancing di punggung gaunnya, sehingga gaun itu pun merosot ke lantai memperlihatkan seluruh figurnya. Si manajer kini tinggal mengenakan kalung berlian yang berkilau, anting, dan celana dalam. Adama yang sedang tidak dilayani pun jadi tegang kembali kejantanannya. Si pemain sayap itu duduk di meja, mengocok barangnya sendiri, sambil tersenyum memperlihatkan sebaris gigi putih.

Sekarang di depan Drani ada dua kejantanan, milik Francis di dalam mulutnya dan milik Ethan yang menunggu giliran. Ethan menyuruh Drani menyervis dua-duanya sekaligus. Drani mengeluarkan kontol Francis dari mulutnya dan menengok ke atas, menceletuk “Mana bisa?” tapi toh dia menggenggam kedua batang itu dan mencoba menelan keduanya sekaligus. Agak susah. Jadi dia jilat kepala dua zakar itu kemudian dia coba lagi, buka mulut lebar-lebar. Lalu pelan-pelan dicobanya menelan dua penis hitam sekaligus. Cuma muat sampai kepalanya. Francis bertepuk tangan dan nyengir. Akhirnya Drani terpaksa mengeluarkan milik Ethan dan melayani Francis saja. Tak lama kemudian Francis juga mengeluarkan benihnya di dalam mulut Drani. Drani merasakan mulutnya penuh, tidak hanya dengan batang besar Francis, tapi juga cairan hangat yang keluar dari sana. Sebagian sampai berleleran keluar dari mulut. Francis baru mengeluarkan anunya dari mulut Drani setelah puas. Giliran Ethan. Tapi Ethan juga sudah cukup lama menahan burungnya muncrat; baru saja Drani mulai menyervisnya lagi dengan menjilat dari bawah ke atas, si striker jangkung sudah berejakulasi. Berhubung posisinya masih ada di luar, jadilah mani yang keluar itu tumpah ke rambut dan dahi Drani. Drani sendiri mulai resah gara-gara membayangkan hal-hal lain.

Gede banget… hitam, besar, berurat… Di mulut aja susah muatnya… apalagi di bawah sana?

“Ahh… Nggak muat?” gumam Drani, terhanyut dalam khayalan.

“Ibu Drani,” kata Adama, “Cuma ini tawarannya?”

Drani melihat Adama tersenyum sinis.

“You want more?” tanya Drani.

“Of course,” jawab Adama dengan yakin. Kedua temannya juga mengangguk.

“Siapa mau duluan?” tanya Drani lagi sambil tersenyum genit.

Tanpa berunding dulu, Adama maju. Drani menyuruhnya berbaring di lantai. Adama duduk di lantai, membuka kaos, lalu berbaring seperti disuruh Drani. Kejantanannya sudah tegang lagi. Drani melepas celana dalamnya lalu mengangkangi badan Adama, menempatkan vaginanya di atas penis Adama. Batang yang keras itu rebah di atas perut Adama yang berotot, dan Drani menggesek-gesekkan rekahan memeknya di sekujur batang itu.

Drani menaikkan badan sedikit dan menggenggam zakar Adama. Ditempatkannya kepala burung hitam itu di lubang puki-nya, dan pelan-pelan diturunkanlah badannya. Kedua pemain lain, Francis dan Ethan, menyaksikan kemaluan teman mereka menerobos kewanitaan manajer tim PSKBB.

“OH! Ohh… aa enakh… Adama… gede banget!” Drani menceracau mesum ketika vaginanya dimasuki Adama. Padahal belum semuanya masuk.

Drani mengangkat sedikit pinggulnya, lalu menurunkan lebih jauh lagi. Vaginanya terdesak makin dalam oleh penetrasi si pemain sayap. Cairan kewanitaannya membanjir.

“AH! Aaa… ah, hah… aduh… dapet… ehh…” Drani tiba-tiba mendapat klimaks, gara-gara dia keburu membayangkan dientot oleh orang-orang Afrika itu sejak tadi.

Cairan vaginanya membanjir membasahi penis Adama. Tapi dia terus menunggangi kejantanan Adama dalam posisi woman on top. Adama pelan-pelan mulai mengimbangi kebinalan manajernya, menyodok-nyodok lubang kenikmatan manajernya yang becek. Francis berdiri dan berjalan ke belakang Drani sambil melepas kaos. Tubuhnya yang hitam gempal terlihat menyeramkan, namun bagi Drani yang mulai terhanyut birahi, itu hanya membuatnya membayangkan hal-hal lain. Francis meludahi tangannya sendiri lalu mengocok kemaluannya sampai tegang, lalu berjongkok di belakang Drani yang sedang menggoyang rekan satu timnya. Drani menjerit sejenak ketika merasakan jari Francis bermain di lubang anusnya.

Di situ? Francis? Dengan ukuran seperti tadi? Aduh mak! Tapi Drani malah sengaja menggoyangkan bokongnya, mengundang Francis untuk berbuat hal-hal lain. Dan terjadilah. Francis menyiapkan senjatanya di depan pintu belakang Drani, siap menerobos masuk.

Pelan-pelan Francis memasukkan kontolnya ke dubur Drani.

“UUAAGHH!” Drani mengerang selagi Francis berusaha menjolokkan seluruh batangnya ke dalam.

Drani basah kuyup berkeringat akibat ulah kedua pejantan Afrika yang menyetubuhinya. Adama menggenggam erat pinggangnya dan menyodok keras-keras ke atas. Drani menjerit selagi sodokan tadi berhasil memasukkan seluruh batang Adama ke dalam vaginanya, sampai ke pangkal.

“AAA! FUCK ME!!” jerit Drani kepada kedua orang Afrika itu. Ethan, yang belum kebagian, bergerak ke depan Drani dan menyodorkan kemaluannya yang sampai berdenyut karena tak tahan.

Drani menelannya tanpa ragu-ragu, sedalam mungkin sampai kepala burung Ethan menyodok pangkal tenggorokannya. Satu batang zakar hitam menggempur kewanitaan Drani dari bawah, dan satu lagi yang sama hitamnya meluncur keluar-masuk lubang pantatnya. Dan satu lagi, yang lebih panjang dibanding yang lain, disodokkan ke dalam mulutnya. Penuhlah ketiga lubang Drani dengan daging lelaki. Keluhan “MMMFFF!!” keluar dari mulut Drani yang disumpal penis. Dia sedang mendesak ke bawah menggencet Adama sementara kejantanan Francis sedang masuk sedalam-dalamnya dari belakang. Ethan terus mengentot mulut Drani. Drani tiba-tiba mulai dirayapi rasa gemetar selagi klimaks mulai melanda.

“AAAFFFMMMM!!” jerit Drani dengan mulut masih tersumbat. Teriakan yang terdengar seksi itu membuat Ethan tak tahan dan ikut mengalami orgasme, ejakulasinya yang panas dan lengket mulai membasahi rongga mulut Drani. Dengan kasar Ethan menjambak rambut Drani dan mencengkeram kepala Drani, memaksa si manajer menelan semua buangannya. Drani hanya bisa pasrah karena tak mampu melepaskan kepalanya, padahal dia mulai kehabisan nafas dan tersedak karena terlalu panjangnya zakar Ethan. Tapi Ethan tak juga melepasnya walaupun Drani mulai tersengal-sengal sambil tangannya menepuk-nepuk paha Ethan, minta dilepas.

Si striker jangkung itu malah tersenyum jahat, berkomentar,

“Suck it, bitch!” sambil terus menembakkan peluru-peluru cairnya di dalam mulut.

Drani merasa mulutnya pegal, muak dengan rasa peju Ethan, tapi dia tak bisa lepas; matanya sampai berkaca-kaca ketika dia mendelik ke atas seolah minta dikasihani Ethan. Tapi Ethan malah kelihatan kesenangan melihat Drani seperti tersiksa itu. Dia baru melepas Drani ketika penisnya sudah melemas.

Setelah dilepas, Drani terbatuk-batuk sambil menutup mulut dengan tangan, sebagian mani Ethan terdorong keluar. Sambil terengah-engah, Drani melihat cairan kental putih kekuningan berbau tak enak yang tertadah di tangannya. Ingin dia memuntahkan semua yang barusan dia telan, tapi pikirannya keburu diserbu sensasi dari bawah dan belakang. Adama dan Francis belum selesai. Tubuh Drani terguncang-guncang akibat kuatnya gerakan kedua pemain berkulit hitam yang perkasa itu, yang makin lama makin cepat. Keduanya sudah mulai tak tahan. Adama menyodokkan penisnya sejauh mungkin ke dalam vagina Drani, dan menyemburkan peju hangat di dalam rahim Drani.

“Uuuooohhh!” Francis menggerung keras selagi dia ikut menyemprotkan benihnya di dalam pantat Drani.

Seperti Ethan sebelumnya, ejakulasi kedua pria itu lama sekali dan banyak, memenuhi tubuh Drani dengan benih asing, sementara Drani kembali kejang-kejang dilanda orgasme. Akhirnya Drani roboh kelelahan ke dada Adama. Adama dan Francis mencabut senjata masing-masing dari tubuh manajer mereka. Sperma mengalir dari lubang pantat Drani yang masih sedikit menganga, dari rekahan kewanitaannya yang meregang, dan dari sela-sela bibirnya. Si manajer cantik itu terkapar, terengah-engah, di atas tubuh Adama, menikmati sensasi disetubuhi tiga laki-laki dari benua hitam sambil berusaha mengendalikan lagi pikirannya. Dia merasakan tangan Adama menyentuh wajahnya.

“Bole juga tawarannya, Ibu Drani,” kata Adama sambil terengah-engah. “Kami bisa dapat ini kapan saja?”

“Bagaimana… hhmm… kalau setiap kali menang?” Drani menawarkan. Adama balik menawar, “Hmm… Bagaimana kalau sesudah tiap kali main? Any result?”

Drani berpikir sebentar, membayangkan kenikmatan yang dia sendiri dapatkan barusan, lalu otak profesionalnya kembali berjalan dan dia pun tidak mengalah.

“Kalian dibayar supaya PSKBB juara, jadi bonus hanya dikasih kalau ada kontribusi. Hanya kalau menang. Take it or leave it. Setuju?” Wajah Adama yang ganteng itu terlihat berpikir, lalu tersenyum.

“Deal,” katanya.

Dua hari kemudian, dalam pertandingan liga, PSKBB menang 3-1 atas tim tamu dari kota sebelah. Ketiga gol dicetak lewat sundulan Ethan Rabiu setelah menyelesaikan operan akurat Adama Badou dari sayap kanan, sementara satu-satunya gol balasan tim tamu datang dari penalti pada menit-menit akhir pertandingan akibat pelanggaran sangat keras terhadap striker mereka oleh Francis Njona, palang pintu PSKBB. Njona memang dikartu merah karena pelanggaran itu, tapi sampai dia dikeluarkan, striker lawan sudah babak belur karena tidak mampu melewati penjagaan ketat si bek asal Kamerun. Pendukung PSKBB bersorak-sorai mengelu-elukan ketiga pemain asing tim mereka; berkat kemenangan ini, posisi PSKBB di klasemen naik menggeser tim “Singa” dari puncak. Suporter tim lawan yang tak bermodal tapi suka merusuh berusaha membuat keributan dengan mengajak tawuran, tapi pengamanan yang cukup ketat menggagalkan usaha mereka. Seusai pertandingan, Manajer Andraningrum memberikan bonus kemenangan yang sudah dia janjikan kepada ketiga pemain asing itu. Selama satu jam di ruang manajer ketiganya dapat menikmati kembali tubuh sang manajer. Drani kembali terengah, merintih, menggeliat, mengerang seksi ketika menyerahkan tubuhnya untuk dinikmati tiga laki-laki yang sudah berjasa bagi tim sepakbolanya. Hanya saja…

Ketika Drani keluar bersama-sama ketiga pemain asing itu dari ruang manajer, ternyata di luar ruang manajer semua pemain PSKBB yang lain (semuanya pemain lokal) dan pelatih sudah menunggu. Sutiono, kapten PSKBB dan penjaga gawang, membuka pembicaraan.

“Bu Drani. Saya rasa kita semua perlu kejelasan soal gaji. Tadi kami sudah main sebaik-baiknya, jadi bisa menang. Rasanya nggak fair kan kalau kami capek-capek usaha tapi gaji ditunda-tunda terus. Nah, kemarin saya habis ngobrol sama Adama, tentang bonus yang Bu Drani tawarin…”

Drani tercengang mendengar perkataan itu, mulutnya melongo tak sanggup mengeluarkan kata-kata membayangkan apa yang bakal terjadi.
Membayar Gaji Pemain Dengan Tubuhku yang Cantik Membayar Gaji Pemain Dengan Tubuhku yang Cantik Reviewed by rikangen.blogspot.com on March 22, 2019 Rating: 5

Hadiah Perawan yang Kudapatkan dari Rekan Kerjaku

March 20, 2019

Hadiah Perawan yang Kudapatkan dari Rekan Kerjaku

Hadiah Perawan yang Kudapatkan dari Rekan Kerjaku
Hadiah Perawan yang Kudapatkan dari Rekan Kerjaku

CERIAKANGEN - Tiga bulan pertama ada temanku yang baru dimutasi di kantor, mulanya biasa-biasa saja. Namanya Ahung... Ciri-ciri orangnya adalah wanita keturunan, mata sipit, tinggi kurang lebih 165cm, berat 50kg, bibir sensual, ramah, suka senyum, senang pakai rok mini dan sepatu hak tinggi, kulit bersih, rambut sebahu dan wajah tidak kalah dengan titi dj. Aku biasa pergi makan siang bersama manajernya yang juga rekan sekerjaku. Kebetulan sang manager juga seorang wanita dimana dalam perusahaan tempat aku bekerja adalah fifty fifty antara pria dan keturunan.

Ketika makan siang bersama (saat itu kira-kira 6 orang termasuk nirmala) dengan kendaraanku menuju salah satu rumah makan di daerah sabang. Pas memilih meja langsung menuju meja tapi aku agak terburu-buru atau si ahung yang terburu-buru sehingga terjadi tabarakan tanpa sengaja antara aku dan ahung. Hidungnya yang tidak begitu mancung menempel pada hidungku yang mancung banget. Tubuhnya tinggi bila dibanding wanita biasa kira-kira 170 cm plus sepatu, soalnya tubuhku juga sekitar itu, secara reflek aku memeluknya karena takut terjatuh. Dalam dekapanku terasa harum parfum mahal dan ternyata memang mahal yang membuat darahku berdesir mengalirkan hawa naafsu hingga keubun-ubun.

Setelah makan siang kamipun kembali kekantor dengan tidak membawa hubungan serius setelah kecelakaan tadi. Kira-kira setengah jam akan berakhir jam kantor aku hubungi dia lewat telephone untuk mengajak nonton dan kebetulan filmnya bagus sekali.. eh ternyata dia setuju kalau nontonnya hanya berdua saja.

Selama dalam perjalanan dari kantor ke tempat tujuan kami ngobrol ngalorngidul tidak karuan dan tertawa dan kutanya apakah dia sudah punya pacar? dijawab baru putus tiga bulan yang lalu makanya dia memutuskan untuk mutasi ke tempatku sambil mengepulkan asap rokoknya. Kupikir dia ini lagi labil dan kebetulan sekali aku mau mendekatinya, kuparkir kendaraanku di halaman pelataran parkir Jakarta Theatre.

Setelah membeli karcis dan makanan kecil kami masuk ke dalam gedung yang masih sepi... biasanya juga sepi sih.... aku mengambil posisi di tengah dan boleh pilih tempat kata penjaganya... Sesaat filmpun dimulai... tanganku mulai menyentuh tangannya... dia masih membiarkan.. mulailah pikiran kotorku... kuremas secara halus.... dia hanya membalas dengan halus....Kudekatkan wajahku ketelinganya... nafasku mulai masuk melalui lubang telinganya yang sedikit terhalang oleh rambutnya yang harum...

kuberanikan untuk mencium leher... dia hanya mendesah aaahhhhh...... kuarahkan ke pipi lalu ke mulutnya..... pertama kali dia menutup mulutnya tetapi tidak kuasa untuk membukanya juga karena aku terus menempelkan mulutku pada bibirnya.... ssssshhhhh......Tanganku tetap meremas jemari tangannya lalu pindah ke leher dan sebelah lagi ke pinggang... lama kelamaan naik ke buah dada yang masih terbungkus oleh pakaian seragam kantor... lidahku mulai memainkan lidahnya begitu pula sebaliknya.... kuperhatikan maatanya mulai terpejam... jemarinya mulai agak kuat meremas tubuhku.... kami tidak memperhatikan lagi film yang sedang diputar soalnya lagi asik sich....

Aku raba kebagian paha.... tetapi terhalang oleh stokingnya yang panjang sampai perut... sudah tidak sabar aku untuk meraba kemaluannya... dia menarik tanganku agar jangan meraba barangnya... kuraba terus akhirnya dia mengalah.... kubisikan untuk melepaskan stockingnya.. kami lepas semua permainan sejenak... hanya untuk melepas stocking yang dia pakai... setelah itu kembali lagi ke permainan semula.... kurogoh dengan tanganku yang kekar dan berbulu selangkangannya yang masih terbungkus dengan cdnya... tanganku mulai kepinggulnya.. eh.. ternyata dia memakai cd yang diikat disamping..... kubuka secara perlahan agar memudahkan untuk melanjutkan kememeknya... yang terdengar cuma suara nafas kami berdua..... sampailah aku kepermukaan pusar lalu turun kebawah.... betapa kagetnya aku raba-raba ternyata bulunya hanya sedikit... kulepas mulutku dari mulutnya dan bertanya sama dia ...hung..... bulunya dicukur ya.... bukan jawaban yang aku terima tetapi tamparan kecil mendarat dipipiku... plak..... kulanjutkan lagi.... sampai akhirnya film sudah akan selesai....

Kubisikan lagi.. "saya ikatkan lagi ya..hung...." tidak dijawab.. kuikatkan kembali... filmpun berakhir kita semua bubar......Melangkah dianak tangga ke tujuh... dia menarik aku lalu membisikan "gung... talinya lepas...." buru-buru aku pepet samping kiri pinggulnya agar orang tidak menyangka... turun lagi keanak tangga kesembilan eh dia bisikan lagi "gung satunya juga..... kamu sih.. ikatnya 'nggak kencang..." sory dech kataku... akhirnya dia menuruni tangga dengan merapatkan kaki dan memegang samping kiri karana roknya... cepat cepat aku ambil mobil sementara dia berdiri menunggu... "sampai juga akhirnya......." kita berdua hanya cekikikan saja...

"Mau kemana lagi kita sekarang...." kataku terserah aja soalnya mau pulang males... lagi ribut sama mama.... lalu kupercepat laju kendaraanku menuju pondok tirta di halim... langsung masuk kekamar...Ngoborol-ngobrol sebentar... lalu aku kekamar mandi untuk pasang kondom.. dan kembali lagi terus kuciumi dia sampai 'nggak bisa nafas ...eeeggghhhhh...... sambil mencabut mulutnya.... pelan-pelan dong.... mulailah aku menciumi secara perlahan sambil membuka baju dan behanya.

Teteknya tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil... tetapi pentilnya masuk kedalam... kuciumi teteknya... sssshhhhh...... sambil menjambak rambutku. kumainkan lidahku di putingnya yang satu sementara yang satu lagi aku mencari channel radio fm.... ssssshhhhhh....... dan nafas yang memburu. kuturunkan roknya lalu celana dalamnya dan kubaringkan ketempat tidur sambil terus menyusu.... sssshhh......ooohhh..... gung..... aku tak peduli dengan suara itu. dan benar saja bulu jembutnya hanya sedikit dan halus-halus lagi.. kubelai-belai meski hanya sedikit... lalu kumainkan itilnya yang sudah basah ... dia agak kaget.... aauuu..... keperhalus lagi permainkanku... mau kumasukan jemariku kememeknya tapi ...aaauuu.... sakit gung.... lho anak ini masih perawan rupanya aku pikir...

Kujilati terus pentilnya sambil kubuka seluruh pakaianku... tampaklah dua insan manusia tanpa benang sehelaipun... dia memperhatikan kontolku sejenak.... lalu tertawa ngakak... hhhaaa... hhhaaa.... kenapa kataku.... "kayak penjahat yang difilm-film...." katanya.... lalu pelan pelan ku geser pahanya agar merengang... dan kuatur posisi untuk siap menerobos lubang memeknya... eeghhh... egghhh.... belum bisa juga... dua kali baru kepalanya yang masuk.... aku tidak kehilangan akal... kujilat terus puting susunya dan secara perlahan ketekan pantatku agar masuk seluruh kontolku... dan ..sssssshhhhhh.... eeeeggghhhh..... sssshhhh... barulah masuk seluruhnya aku punya kontol.... dan mulai kuayunkan secara perlahan sekali... ssssshhhhhh....ssssshhhhh... aaakkhhhh..... hung..... gung....... hanya itu suara yang terdengar..... makin lama makin cepat ayunan pantatku dan kurasakan seluruh persendianku mau copot...... sssssshhhhhh.... ooohhhh... my god.... katanya aku setop permainan sementara karena aku mau keluar jadi kuhentikan sesaat... eh dia malah membalikkan tubuhku.... kuatur posisi kontolku agar pas dilobang memeknya... dan ...bbbllleeess... masuk lagi kontolku dalam lumatan memeknya yang masih kencang..... dia menaikan dan menurunkan badannya... ssshhhh.... sshhhh..... aahhhh..... mulutku disumpalnya dengan susunya dan putingnya sudah menegang semua seperti kontolku yang menegang dari tadi..... ssssshhh... aaaaahhhhh.... ooohhhhh..... sssssshhh..... lima menit kemudian .... dia menjambak rambutku dan mejatuhkan tubuhnya ketubuhku.... gung....... aaaakkkkkhhhh....... gung........ssssshhhhh.... rupanya dia mencapai klimaks.... dan aku merasakan kejutan dari lubang memeknya seperti empot ayam..... sssshhhhhh.... aaahhhhhh...... hhunnggg........ pejuku nyemprot kedalam liang memeknya kira-kira empat atau lima kali kejutan..... yaaaahhhhhhh.....

Akhirnya kami berdua lemas dan bermandikan keringat..... sesaat tubuhnya masih menindih tubuhku.... dan kurasakan pejuku mulai mengalir dari lobang memeknya menuju keluar melalui batang kontolku kuciumi dia dengan mesra.... cup..cup...cup.... lalu dia menggeser kekasur.... kuambil sebatang rokok untuk kuhisap... ternyata dia juga menghisapnya..... aaahhh..... sambil memijat-mijat kontolku... "jangan dikepalanya..." kubilang... emangnya kenapa??? katanya ...."Ngilu.. tau nggak...." ...he... he... he... kutanya secara perlahan... hung... hhhmmmmm... katanya... cowok kamu dulu suka begini nggak.... nggak berani... katanya... jadi ini yang pertama aku bilang..... dia hanya mengangguk..... aku tidak memperhatikan kalau dikontolku itu ada tetesan darah dari memeknya.... dia berjalan menuju kamar mandi... lalu berteriak kecil.... aaauuuu.... kenapa.. kataku.... kencingnya sakit.... katanya.... lalu kami mandi berdua.... mebilas berdua.... dan membersihkan badan... tanpa terasa sudah jam delapan tiga puluh ... kami memesan makan malam dan disantap tanpa busana.... setelah santap malam kujilati lagi puting susunya sampai menegang kembali..... tapi aku meminta untuk mengulum kontolku dai hanya menggeleng..... kuraba memeknya juga mulai bannnjjiiirrr....... kubalikkan dia kuarahkan kontolku keliang memeknya dari belakang.... aaauu..... katanya kaget... dan ..dddhhuuutttt... bunyi dari dalam memeknya kita jadi tertawa lagi..... terus kuayunkan daari pelan sampai ngepot...... sssshhhhh... ssshhhhh... ssshhh... lalu dia minta aku berbalik dengan posisi terlentang sedang dia mulai menaki tubuhku sambil susunya disodorkan untuk dilumat lagi..... kuarahkan lagi tanpa melihat dimana posisi lobangnya... dan bless.... dia mulai mengayunkan tubuhnya... ssssshhhhhh..... sssshhhhh...... aaaahhhh....... gung..... lima menit kemudian tubuhnya kembali mengejang dan aaaahhhhh....... gung......... sambil merapatkan tubuhnya ke tubuhku. kini giliran aku yang tidak bisa bernafas karena tertutup rambut.... kuhentakkan pantatku kuat-kuat dan kuayunkan pantatku terus lalu.... sssssshhhhhhh..... hung......... pejuku yang kedua keluar........Kami istirahat sejenak lalu mandi air hangat lagi dan kutengok jam tanganku sudah menunjukkan pukul sepuluh malam... lalu kuantarkan dia pulang kerumahnya dibilangan tebet timur....

Keesokan harinya kami bekerja seperti biasanya antara atasan dan bawahan.... tetapi dia menghubungiku ...gung... masih sakit kalau kencing..... tuh sampai tadi pagi juga sakit........ aku bilang nggak apa-apa..... tapi enak kan?? mau nambah.... dia bilang ..nanti.....
Hadiah Perawan yang Kudapatkan dari Rekan Kerjaku Hadiah Perawan yang Kudapatkan dari Rekan Kerjaku Reviewed by rikangen.blogspot.com on March 20, 2019 Rating: 5

Kudapatkan Pembantuku Menyimpan Buku Porno di Kamarnya

March 13, 2019

Kudapatkan Pembantuku Menyimpan Buku Porno di Kamarnya

Kudapatkan Pembantuku Menyimpan Buku Porno di Kamarnya
Kudapatkan Pembantuku Menyimpan Buku Porno di Kamarnya

CERIAKANGEN - Ceritaku kali ini sebenarnya hanya untuk mengingatkan kejadian lucu yang pernah kualami di rumah tanggaku. Aku dengan 2 anak yang sudah bersekolah di kelas 5 SD dan kelas 3. Untuk meringankan beban tugas rumah tangga istriku mengambil pembantu yang dia dapat dari teman sekantornya. Seorang gadis Jawa, umurnya kira-kira 17 tahun dan tidak tamat SMP.
Aku pada mulanya tidak terlalu menaruh perhatian pada Tini pembantuku, karena tidak ada yang istimewa, kecuali buah dadanya yang kelihatan terlalu besar untuk badannya yang kelihatanya cenderung kurus. Semua instruksi rumah tangga dilakukan oleh istriku, sehingga aku jarang berkomunikasi dengan Tini.
Aku secara tidak sengaja seperti menjaga jarak dengan Tini. Pertama agar istriku tidak timbul rasa curiganya dan kedua kelihatannya dia sangat segan denganku.

Dia sudah lebih dari setahun bekerja di tempatku. Semula aku sangka dia tidak akan balik setelah cuti lebaran. Biasanya pembantu selalu begitu, tetapi dia memilih kembali bekerja di tempatku. Kami memang memiliki kamar khusus pembantu di belakang rumah. Ceritanya ketika pembantuku pulang cuti lebaran, setelah seminggu dia belum juga kembali. Istriku memintaku untuk memeriksa apakah di kamarnya masih ada pakaian yang dia tinggal. Sebab jika tidak ada pakaian yang ditinggal berarti dia sudah bermaksud tidak akan kembali. Kuperiksa lemarinya, terlihat masih banyak pakaiannya. Aku lalu iseng memeriksa seluruh isi lemarinya.

Agak mengejutkan ketika di bawah lipatan baju-baru dan agak tersembunyi di belakang aku menemukan buku-buku porno koleksiku. Aku memang agak sembrono menyimpan koleksi. Sebagian kutaruh di dalam lemari bajuku bagian belakang, dan sebagian lagi kusimpan dalam koper di atas lemari. Begitu banyaknya koleksiku sehingga aku kurang memperhatikan jika ada yang lenyap. Aku setiap kali bepergian ke Eropa, Jepang dan Amerika selalu membeli buku-buku untuk koleksi.

Aku jadi penasaran memeriksa kamar pembantuku. Di bawah kasurnya, kutemukan beberapa buku porno lagi. Sekitar 10 buku dan majalah porno ternyata berpindah tempat ke kamar pembantuku.
Aku sama sekali tidak menyangka, pembantu yang lugu itu ternyata menggemari koleksi majalah porno. Kalau dilihat dari penampilan, sama sekali tidak akan menyangka jika dia menyukai gambar-gambar sex.
Penemuan itu tidak kuceritakan kepada istriku. Aku khawatir jika kelak pembantuku balik, akan dimarahi, atau malah disuruh berhenti.
Si Tini datang dari kampung setelah 2 minggu lebaran. Dia beralasan orang tuanya sakit, sehingga minta ditunggui.

Sekembalinya bekerja, aku merubah sikapku. Aku mulai sering berkomunikasi dengan Tini, mulai dengan menyuruhnya menyemir sepatu, menyeterika baju yang akan kupakai. Banyak hal yang menyebabkan komunikasiku dengan Tini menjadi lebih intensif. Pada awalnya dia rada canggung melayaniku, tetapi lama-lama dia menjadi biasa dan tidak canggung lagi.
Ada maksud dibalik strategiku lebih akrab dengan Tini. Aku tentu saja penasaran, kenapa dia menyenangi gambar-gambar porno. Padahal setahuku, umumnya cewek kurang suka melihat majalah porno, termasuk istriku. Wajar sih rasanya, karena gambar porno itu hampir seluruhnya membedah rahasia wanita. Beberapa memang ada juga gambar adegan sex antara pria dan wanita.

Aku mulai bisa mencandai Tini, dan dia pun mulai berani merespon candaanku. Aku tidak terlalu dekat juga sih meski sudah ada candaan yang dilontarkan. Dia tetap segan dan aku tetap berusaha menjaga jarak.

Aku dan istriku tidak selalu berangkat kerja bersamaan. Dia sering berangkat duluan, kadang-kadang bersama temannya yang rumahnya tidak jauh dari kompleks perumahanku. Aku memang agak bebas dalam hal jam kantor. Yang penting jam 4 sore aku sudah muncul di kantor dan pulang dari kantor bisa jam 12 malam, tapi bisa juga jam 6 sore. Semua tergantung dari order yang kukerjakan, dan juga gerak hatiku. Sebab sering kerjaan sudah beres jam 7 malam, tapi aku masih berkutat di kantor sampai jam 12 malam, hanya untuk ngobrol dan main komputer. Kadang-kadang malah ke kafe bersama teman sekantor untuk sekedar ganti suasana.
Pada suatu saat yang tepat, setelah istriku berangkat ke kantor dan semua anakku sudah di sekolah. Sementara aku menikmati sarapan nasi goreng yang memang kusuruh si Tini membuatnya , aku memanggilnya. Dia kusuruh duduk di kursi seberang meja makan. Tini kelihatannya bingung. Dia ragu-ragu untuk duduk di situ, sampai akhirnya dia duduk juga. Situasi seperti ini memang belum pernah terjadi. Dia selalu makan di dapur atau dikamarnya.

Setelah duduk aku langsung ke pokok persoalan.
“Tini kamu senang melihat majalah bergambar orang-orang telanjang, di kamarmu aku temukan banyak majalahku kamu simpan di sana ? “ tanyaku.
Tini terperanjat dan mukanya langsung memerah. Aku memahami, dia pasti merasakan malu, takut dan bercampur-campur rasa bimbang dan rikuh.
“Aku nggak apa-apa, dan juga nggak marah, kamu boleh-boleh saja kalau mau melihat majalah yang seperti itu, asal jangan sampai hilang, sebab aku belinya jauh dan di sini nggak ada yang jual,” kataku.

Dia masih terdiam, tetapi mulai sedikit berani mengangkat muka memperhatikan sikapku.
Kata-kata yang kuucapkan sama sakali jauh dari nada marah. Ini memang kusetel agar dia tidak grogi.
“Cuma aku ingatkan jangan sampai ibu tau,” kataku.
“Iya pak maaf,” katanya singkat.
“Aku malah senang jika kamu juga suka melihat majalah seperti itu, nanti aku akan pinjami kamu koleksi yang lain yang ada di koper. Kalau majalah yang kamu simpan sudah selesai kamu lihat bawa kesini, tapi kalau masih ada yang ingin dilhat lagi ya simpan aja dulu, nanti saya pinjami kamu majalah yang lainnya.” kataku.

“Ya udah sana,” kataku menyudahi pembicaraan.
Tini lalu bergegas ke belakang, dan tak lama kemudian dia membawa semua majalah yang dia simpan dan diserahkan kepadaku. Rasa malunya terlihat masih ada, sehingga dia menyerahkan sambil menunduk. Kuterima majalah itu dan aku masuk ke kamar. Aku simpan ke dalam koper dan kuambil majalah-majalah yang memperlihatkan adegan sex. Sekitar 10 majalah kuambil dan keberikan ke Tini. Mulanya dia menolak untuk menerima, tapi kupaksa dan kuyakinkan bahwa aku nggak apa-apa. Akhirnya majalah itu diterimanya juga dan dibawa masuk ke kamarnya.
Begitulah berulang-ulang sampai dia sendiri akhirnya berani buka pembicaraan mengenai isi majalah yang aku sodorkan. “ Pak orang bule kok nggak malu ya, difoto lagi gituan,” katanya.
“Disana bayarannya mahal, dan di luar negeri kayak gitu udah biasa,” kataku.
“Kamu di kampung udah punya pacar,” tanyaku.
“Belum pak, “ katanya polos.

“Jadi kamu belum pernah lihat punya laki-laki seperti apa,” tanyaku.
“Ya paling-paling adikku yang kecil, kalau aku disuruh emak mandiin,” katanya polos.
“Apa kamu nggak penasaran pengin lihat laki-laki punya yang udah besar,” tanyaku.
“Abis mau liat sapa punya pak, aku kan belum pernah pacaran pak,” katanya polos.
“Bener kamu belum pernah liat, pengin nggak liat yang asli,” pancingku.
“ Belum pak, ya kadang-kadang penasaran juga sih pak,” katanya polos dan mulai masuk ke dalam perangkapku.
Pembicaraan kami itu, tentunya setelah istriku berangkat kerja dan anak-anak berangkat ke sekolah.
Aku sudah terangsang berat setelah mengetahui Tini masuk ke dalam perangkapku. Aku pagi itu masih memakai celana boxer dan kaus oblong.
“kamu boleh liat bapak punya kalau kamu mau,” kata ku
“Ah bapak, saya malu ah pak,” katanya.
Aku lalu menarik tangannya dan menggiring ke ruang tamu. Dia menurut saja sambil menutup mulutnya.

“Kamu duduk di karpet,” kataku.
Tini menuruti kemauanku dan aku mencopot celanaku dan duduk di sofa di hadapannya. Penisku yang tegak mengacung lalu kupertontonkan ke Tini.
“Ih Bapak, Tini malu ah, “ katanya sambil berusaha membuang muka, tapi agak melirik juga, mungkin rasa ingin tahunya yang mendorong dia curi-curi pandang.
“Udah liat aja biar nggak penasaran, dari pada liat gambarnya kan lebih jelas liat yang asli kataku terus membujuk,” kataku.
Tini baru berani mengangkat mukanya melihat kemaluanku yang sedang menegang.
“Tapi yang digambar itu kelihatannya lebih besar ya pak,” katanya
“Ya iyalah orang bule dan orang negro badannya kan besar, kalau tititnya kecil kan nggak seimbang,” kataku.
“Kalau kamu pengin pegang, pegang aja,” rayuku.
“Ah enggak ah pak saya malu,” tukasnya.
“Enggak apa-apa kan sudah aku ijinkan , “ kataku sambil meraih tangannya dan kutuntun ke penisku yang sudah mengeras.

Dengan ragu-ragu dipegangnya dengan hanya menggunakan jempol, dan jari telunjuk.
“Genggam, “ kataku sambil membawa tengannya agar menggenggam rudalku.
“ Ih kok keras ya pak,” katanya sambil menggenggam.
Aku lalu menginstruksikan agar sedikit dikocok.
“Aduh enak banget Tin ,“ kataku sambil menjatuhkan badanku ke sandaran.
“Enak gimana sih pak, bukannya sakit pak,” katanya dengan polos.
Otakku sudah keracunan jadi menginginkan lebih dari itu.
“Tin kamu liat engga cewek di gambar yang melomot titit,” tanyaku sambil mendesis keenakan.
“Iya pak apa ngga jijik sih, buat kencing kok malah dilomoti,” tanyanya dengan muka bodoh.
“ Itu untuk memuaskan pasangan, karena laki-laki suka anunya dilomoti,” kataku.
Aku menganjurkan dia mencoba mengoral barangku. Tapi dia menolak, karena katanya jijik.
“Ya udah kalau nggak mau melomot, coba kamu ciumi saja, aku pingin yang lebih enak,” pintaku.
Mungkin Tini sudah terangsang juga sehingga pertimbangannya jadi kurang waras. Dia mulai menciumi batangku yang mengeras. Aku mengarahkan agar dia juga menciumi kantong zakarku. Aku serasa terbang ke langit merasakan nikmatnya diciumi begini.
“Ayo lomot ujungnya Tin, rasanya enak banget,.

Tini agak ragu mulai mengecup ujung penisku. Dia agak kaku melakukannya. Kepalanya aku pegang dan aku tekan agar barangku masuk lebih banyak. Terasa giginya menggerus batangku yang mengakibatkan rasa ngilu. Dia kuajari agar menjaga giginya tidak menyentuh kulitku. Pelajaran itu dipahaminya karena kemudian dia mulai mahir mengoral maju mundur barangku sesuai dengan arahan tanganku yang menuntun gerakan kepalanya.
“Pak saya nggak bisa nafas pak,” katanya lalu melepas kuluman di batangku.
Beberapa saat istirahat, lalu dia kembali mengulum. Aku mintanya agar dia juga menghisap kuat-kuat. Aku seperti kesedot, ketika dia mulai menghisap. Kulumannya makin nikmat dengan variasi sedotan.

Menjelang aku muncrat ku tarik mulutnya menjauh dan kubekap ujung penisku lalu muncratlah cairan kental dari ujung penisku. Sebelum dia sempat bertanya kusuruh dia cepat-cepat mengambil tissu.
Selamatlah semua cairan spermaku tertampung ditissu.
”Apaan sih pak kok kayaknya kentel gitu,” tanyanya bodoh.
“Itu namanya mani, kalau nikmatnya sudah memuncak semua laki-laki bakal menyemprotkan mani,” kataku.

Tini lalu mengamati barangku dengan seksama yang perlahan-lahan mulai menyusut.
“Pak kok kelihatannya jadi lemas gitu,” tanya.
“ Ya kalau sudah nyemprot dia akan lemes,” kataku.
Dia masih penasaran lalu ditekan-tekannya penisku yang mulai melembek.
“Ih jadi empuk pak,” katanya.
“Nah kamu kan sudah liat Bapak punya, sekarang gantian Bapak liat kamu punya,” kataku menagih.
“Ah enggak ah pak saya malu,” katanya sambil membekap kedua tangannya ke dadanya.
Aku tarik tangannya untuk kuajak duduk disampingku. Dia meski agak kaku tapi menuruti juga tarikan tanganku. Setelah terduduk disampingku aku lalu menciumi lehernya, pipinya lalu telinganya. Kujilati lehernya.

Nafasnya terasa semakin cepat dan terdengar agak mendengus. Tanganku mulai meraba susunya dan meremasnya halus. Tangan Tini berusaha mencegah tanganku meremas susunya, tetapi dia tidak terlalu keras mencegahnya sehingga aku masih bisa meremas dadanya kiri dan kanan. Dia mulai membiarkan tanganku meremas dadanya, dan nafasnya sudah makin memburu. Tanganku mulai menyusup kebawah kausnya dan mencapai kutangnya. Dia agak terkejut dan terlambat menyadari tanganku sudah menangkup di kutangnya. “ Pak jangan pak,” katanya, tapi nadanya seperti orang hampir kehabisan nafas.
Aku tidak memperdulikan, karena toh tangannya tidak sungguh-sungguh mencegah rambahan tanganku. Puas meremas dari balik kutang aku mencari pengait BH nya di bagian punggung. Dengan sekali tekan lepaslah pengait BH itu.

Aku lalu lebih leluasa meremas teteknya yang kenyal dan rasanya tanganku kurang mampu menangkup ke buah dadanya. Pentilnya terasa kecil dan mengeras. Kupilin-pilin dan kuusap. Tini tidak lagi melarang, tetapi dia mulai mendesis. “ Sssshhh aduh pak,”
Tini terlihat sudah sangat terangsang.. Kuangkat kaus oblong untuk melepas dari badannya. Dia menurut saja malah seperti memberi ruang untuk mempermudah kaus nya terlepas.
Buah dadanya sungguh indah, bengkak dan gemuk dengan puting yang masih kecil. Tanpa menunggu lama, aku langsung nyosor ke menjilat dan mengisap pentilnya yang besarnya mungkin baru sebesar kacang kedele.

Tini makin mendesah-desah. Tanganku mulai merayap kebawah langsung menuju selangkangannya. Antara sadar dan melayang dia menangkap tanganku yang sudah menemukan gundukan dibalik celananya. “ Pak jangan pak Tini malu,” katanya.
Aku tidak memperdulikan dan tanganku terus merayap ke atas mencari celah celananya dari atas. Tanganku berhasil masuk ke balik celana dalamnya dan langsung meluncur ke bawah.
Memek Tini terasa tidak berbulu dan gemuk. Pantas aja dia malu, mungkin karena memeknya belum berbulu. Kelihaian jariku langsung bisa masuk kebelahan memeknya dan menemukan tonjolan kecil yang agak kaku dibelahan atas memeknya. Clitorisnya mencuat. Aku memainkan clitorisnya dan Tini semakin mendesah-desah dan mengerang halus. Memeknya agak basah, sehingga sesekali aku mengambil cairan memeknya untuk membantu melicinkan usapanku ke clitorisnya.
Aku terus memainkan clitorisnya sampai kemudian dia memelukkan keras dan mengerang, “ Aduh pak aduuuuuh aaaaahhh”
Lubang vaginanya berdenyut-denyut menandakan dia mencapai orgasme.
Rasa segan kepada majikannya dia lupakan dan dia memelukku keras sekali sampai denyutannya berhenti.

“Gimana rasa Tin,” tanyaku.
“Enak banget pak, diapain saya tadi sih pak,” katanya dengan nada manja.
‘Itulah rasa enak yang aku rasakan waktu tadi maniku muncrat, sama seperti yang kamu rasa barusan,” kataku.
Tini kurebahkan ke sandaran sofa dan kakinya menjuntai ke lantai. Aku lalu memelorotkan rok dan celana dalamnya sekaligus. “ Pak jangan pak Tini malu,” katanya.
Tapi aku terus berusaha melepaskan, dan ternyata dia tidak menghalanginya serius.
Tini terlentang bugil di sofa ku. Susunya yang gemuk berpadu dengan memeknya yang mentul tetapi masih nyaris gundul. Bulu di kemaluannya masih sangat halus dan hanya ada di bagian atas gundukannya.

Aku kembali meremas-remas kemaluannya, karena rasanya gemes melihat gundukan cembung di kemaluan Tini yang gundul. Dia sudah pasrah, dan lupa pada rasa malu. Kucolokkan sedikit jariku ke belahan memeknya yang sudah basah lalu kucium. Baunya agak amis khas bau kemaluan wanita. Kutarik dia agar berdiri dan kupapah menuju kamar mandi. Tini menurut saja. Sesampai di kamar mandi aku siram kemaluannya dan kusabuni sampai bersih. “ Pak perih pak sabunnya masuk kedalam,”
Tini lalu membersihkan sendiri memeknya. Setelah itu aku lap kering dan kutuntun dia masuk ke kamarku.

Tini ku telentangkan di tempat tidur. Dia pasrah saja, tidak ada penolakan lagi. Aku kembali menciumi leher dan kedua putingnya. Nafasnya mulai memburu lagi dan pelan-pelan aku turun menciumi perutnya. Kedua kakinya kurenggangkan dan aku lalu menciumi bukit kemaluannya. Kepalaku ditahannya, “Pak jangan pak jijik pak,” katanya.

Aku tidak menghiraukan kecuali lidahku mulai menjulur dan menjilati seputar bukit pubisnya. Aku lalu turun dan lidahku mulai menjilati bibir memeknya. Dengan kedua tanganku ku kuak memeknya lalu mulutku kubenamkan ke bagian atas belahan memeknya. Lidahku dengan mudah menemukan clitorisnya. Tini menggelinjang ketika lidahku mencapi ujung clitorisnya. “ Geli pak aku nggak tahan,” katanya sambil berusaha menarik kepalaku menjauh dari memeknya.
Tapi aku terus bertahan dan lidahku beralih menyapu pinggir clitorisnya. Dia tidak lagi menarik kepalaku, tetapi menggelinjang-gelinjang seirama dengan gerak lidahku.
Sesekali aku sapu ujung clitnya dan dia menggelinjang kuat, tetapi tidak lagi mengeluh geli. Aku kemudian memusatkan jilatanku ke clitorisnya. Tini seperti menangis dan merintih merasakan kenikmatan clitorisnya di sapu oleh lidahku. Aku mengoral sekitar 5 menit sampai kemudian dia mencapai orgasme kembali dan menjepitkan kedua kakinya kekepalaku dan menekan kepalaku ke arah memeknya. Memeknya berdenyut-denyut.

Memeknya banjir oleh cairan vagina bercampur dengan ari ludahku.
Untungnya aku sudah melapisi handuk sehingga tidak mengenai sprei. Penisku menegang kembali. Tini sudah pasrah dan mungkin dia lupa tugasnya membersihkan rumahku. Dia tidur terletentang. Aku duduk bersimpuh diantara kedua rengganan kakinya. Penisku kusap-usapkan ke belahan memeknya, sambil kutekan-tekan ke liang vaginanya. Kepala penisnya sudah bisa masuk sedikit, namun karena posisiku duduk bersimpuh aku tidak bisa menekannya lebih jauh. Aku lalu berganti posisi telungkup menindihnya.

Penisku kembali aku cocokkan dengan lubang vaginanya sampai pada posisi yang tepat. Dengan gerakan hati-hati kutekan ujung penis masuk ke belahan vagina. “ Aduh pak sakit pak,” katanya.
Aku menenangkan sebentar, sambil mempertahankan posisi ujung penisku yang sudah agak terbenam. Dengan gerakan halus kutekan lagi. Tini kembali mengeluh sakit, tetapi penisku sudah lebih tenggelam, meski baru kepalanya saja. Aku mengontraksikan penisku. Pengerasan penisku sambil sedikit bertahan membuat dia lebih maju menerobos. Aku melakukan gerakan itu berulang-ulang sampai seluruh kepala penisku tenggelam. Ketika kudorong terasa ada penghalang. Kuyakin bahwa aku sudah membentur selaput perawannya. Aku lalu melakukan gerakan maju mundur sampai gerakan itu lancar, meskipun gerakan jarak pendek. Sampai batas penghalang selaput perawan aku lalu berhenti maju mundur. Dengan agak menekan sedikit sambil menegangkan penisku, terasa ada kemajuan, aku tekan lagi dan menegang lagi bisa maju lagi dan terasa ada yang terterobos. Aku berhasil menerobos selaput daranya. Tini mengernyit sambil mengeluh sakit. Lalu kutarik sedikit dan kudorong lagi lebih dalam pelan-pelan. Penisku bisa lebih terhunjam. Aku terus melakukan gerakan maju mundur dengan sekali-kali maju lebih jauh , sampai akhirnya semua penisku terbenam.

Jepitan memeknya ketat sekali sehingga batangku terasa agak ngilu, terutama di leher kepala topi baja. Gerakan maju mundur makin lancar dan Tini kelihatannya tidak kesakitan lagi seperti tadi. Tapi dia masih mengernyit-ngernyit mungkin masih ada rasa sedikit sakit.
Aku sudah leluasa memompanya sampai akhirnya aku merasa mau meledak dan buru buru kutarik dari lubang vaginanya dan kusemburkan diatas perutnya. Batangku terlihat agat tersaput dengan darah meski hanya sedikit. Aku lalu rebah disamping Tini.
“Gimana rasanya Tin,” tanyaku.
“Sakit pak enakan yang dijilat tadi,” katanya terus terang.
“Ya untuk yang pertama emang sakit, tetapi seterusnya malah enak.
Aku membimbing Tini, kamar mandi untuk bersih-bersih. Dia merasa memeknya perih ketika cebok.

Sejak saat itu aku jadi sering menyetubuhi Tini dan menjaga agar mani tidak sampai masuk ke vaginanya. Kadang-kadang aku mengenakan kondom juga. Kami bisa bersikap wajar jika ada istriku, Tetapi setelah rumah kosong kami jadi liar dan bertindih-tindihan.
Aku lama-lama merasa tidak aman juga, karena bagaimana pun keakraban Tini bisa-bisa tanpa dia sadari akan terlihat oleh istriku. Aku lalu mempekerjakan Tini sebagai cleaning service di kantorku tanpa sepengetahuan istriku. Dia berpura-pura pamit berhenti bekerja karena dipanggil orang tuanya di kampung.

Sebagai pekerja cleaning service, dia mendapat gaji lebih besar, apalagi kutambah uang bulanan sebesar gajinya plus biaya indekos. Kucarikan tempat indekos yang bisa bebas, sehingga aku sering menginap di tempatnya dan beralasan pada istriku tugas keluar kota.
Aku tidak perlu lagi memasang kondom, karena aku diam-diam mensterilkan diri ke dokter.
Meskipun aku sering mengakrabi Tini, tetapi dia kudorong untuk mencari pacar.

Dia berkali-kali dapat pacar, tetapi lalu putus entah karena apa. Semua pacarnya tidak diperbolehkannya mengetahui tempat kost Tini. Itu memang perjanjian kami. Aku memperbolehkannya Tini melakukan hubungan dengan pacar-pacarnya, tetapi harus dilakukan di luar tempat kost.

Hubunganku berlangsung cukup lama mungkin sekitar 8 tahun sampai akhirnya Tini menemukan jodoh. Dia dipersunting oleh lurah di kampungnya. Setelah itu aku tidak pernah dengar lagi kabar Si Tini.
Kudapatkan Pembantuku Menyimpan Buku Porno di Kamarnya Kudapatkan Pembantuku Menyimpan Buku Porno di Kamarnya Reviewed by rikangen.blogspot.com on March 13, 2019 Rating: 5

Bermain Play Station Sekalian Bermain dengan Pemiliknya

March 13, 2019

Bermain Play Station Sekalian Bermain dengan Pemiliknya

Bermain Play Station Sekalian Bermain dengan Pemiliknya
Bermain Play Station Sekalian Bermain dengan Pemiliknya.

Aku bernama Joe. Aku tinggal di sebuah kompleks perumahan yang lumayan terkenal di bilangan Jakarta Selatan karena banyak orang asing yang tinggal di sana. Hobbiku adalah bermain Play Station dan karena hobbiku ini aku dapat bercinta dengan sesama Play Station fans.

Mungkin para pembaca akan mengira bahwa hanya cowok yang bermain Play Station. Aku berani menyebutkan bahwa cewek juga gemar bermain Play Station karena aku mengenal seorang gadis penunggu arena permainan Play Station di dekat rumahku yang gemar sekali bermain Play Station. Setiap kali aku datang ke tokonya, dia selalu memainkan game favoritnya yang berjudul Final Fantasy 8.

Karena aku sering datang bermain di rumahnya yang sekaligus menjadi tokonya, aku mengenal dia lebih akrab. Dia adalah Melly, salah seorang mahasiswa dari sebuah PTS di Jakarta Barat. Aku sering datang bermain Play Station di rumahnya ketika dia tidak membuka tokonya sehingga aku tidak mendapat gangguan dari konsumennya yang biasanya tergolong anak-anak kampung yang tinggal di sekitar daerah tersebut.

Aku dan Cik Melly sudah akrab meskipun dia lebih tua dariku setahun. Cik Melly bahkan sering menceritakan kisah pribadinya di mana dia ditinggal oleh Irwan, kekasihnya karena Irwan menikah dengan cewek lain dan yang lebih gilanya, Irwan telah mengambil perawan Cik Melly dengan paksa dan mencampakkannya begitu saja.

Suatu ketika, aku datang ke rumahnya ketika dia telah menutup tokonya karena hari sudah sore dan aku melihat dia sedang asyik memencet-mencet joystick sambil berteriak-teriak kesal setiap kali karakter jagoannya kena tembakan dari musuhnya. Aku memanggil namanya dari belakang yang membuatnya kaget dan berteriak histeris. Aku cuma tersenyum ketika dia marah-marah karena permainannya telah berakhir dalam sekejap akibat gangguanku saat itu.

Melly kemudian menyuruhku untuk tidak menganggunya karena dia sedang serius untuk menamatkan game Final Fantasy 8 tersebut. Aku hanya duduk di lantai di dekat TV sambil memperhatikan TV dan gerakan-gerakan tangannya yang memencet joystick dengan lihainya. Lama-lama aku menjadi bosan karena melihat dia asyik bermain dan aku mencoba menganggunya dengan cara yang lain.

Aku mendekati dia yang sedang bermain dan aku duduk tepat di depan selangkangannya karena dia duduk di kursi sementara aku berada di bawah kursi. Aku memperhatikan celana dalam warna merah mudanya yang tertutup oleh roknya yang sangat mini. Aku mendadak menjadi terangsang dan mencoba memberikan sesuatu yang belum pernah dia rasakan. Dengan lihainya, aku memasukkan tanganku dan jari-jariku bermain di sekitar kemaluannya yang masih tertutup oleh celana dalamnya.g Gerakan-gerakan jari-jariku memberikan respon yang sangat kuharapkan karena aku dapat merasakan basahnya liang kenikmatannya karena gerakan jari-jariku. Cik Melly mendesah kenikmatan sambil terus memencet joystick-nya dan karena dia tidak konsentrasi, dia akhirnya mematikan Power Play Station dan mendekatiku yang sedang duduk di depan selangkangannya.

"Joe, kamu nakal yah sama Cik Melly, sekarang Cicik mesti membalas kamu", dia berkata sambil menunjukkan telunjuknya ke arahku. Aku hanya tersenyum saja dan dia tiba-tiba menciumku yang masih berada di bawah kursi di mana dia barusan duduk. Aku kaget bercampur senang dan tanpa membuang kesempatan, aku langsung menelanjanginya di dekat TV karena aku juga sudah terangsang memperhatikan dia sewaktu dia bermain Play Station barusan.

Aku mencium bibir Cik Melly dan Cik Melly juga memainkan lidahnya di dalam mulutku, sementara tanganku secara refleks bermain-main di daerah selangkangannya yang membuat nafasnya semakin memburu dan aku tahu bahwa dia menuntut lebih dari sekedar cumbuan. Aku kemudian berpindah posisi karena sekarang wajahku mendekati liang kewanitaannya dan mulai menjilatinya dengan liar sementara tanganku mulai memencet puting payudaranya dan seakan-akan aku sedang memainkan "tuts joystick" milik Cik Melly. Cik Melly menjawabnya dengan desahan-desahan kecil sehingga membuat batang kemaluanku semakin menegang dan aku semakin ingin merasakan nikmatnya liang kewanitaan seorang "Play Station" girl.

Dengan nafsu dan tanpa aba-aba dari Cik Melly, aku memasukkan batang kemaluanku yang telah menegang ke dalam liang kenikmatannya sehingga matanya yang sipit menjadi besar dari biasanya dan dia menggigit bibirnya seakan-akan sedang menahan sesuatu yang nikmat bercampur sakit karena batang kemaluanku yang termasuk besar di saat aku sedang terangsang. Aku terus menggenjot tubuh Cik Melly karena aku sangat menyukai jepitan-jepitan liang kewanitaan tubuh cewek penggemar Play Station ini. Aku merasakan nikmat sekali dan tak berapa lama, Cik Melly bergetar hebat dan melenguh dengan hebatnya dan di saat yang bersamaan, aku dapat merasakan batang kemaluanku dibanjiri oleh cairan kenikmatan Cik Melly dan tentunya aku merasakan nikmatnya cairan Cik Melly dan aku langsung mencium bibirnya yang ranum.

Aku masih belum puas dan Cik Melly nampaknya sudah kelelahan. Aku kemudian mencoba ide yang aneh di saat Cik Melly sedang kecapaian. Aku memang pernah praktikum Fisika Listrik sewaktu di SMP sehingga aku memiliki cukup pengetahuan mengenai listrik dan alirannya. Dengan ide tersebut, aku memasang kembali power plug dari Play Station yang baru saja dia matikan dan aku mencabut kabel main power dari Play Station tersebut. Dengan sedikit keahlianku di bidang listrik, aku berhasil meredam kekuatan listriknya sehingga main power yang bisa menyetrum orang sekarang menjadi tidak bahaya lagi. Kemudian, aku mendekatkan kabel tersebut ke liang kewanitaan Cik Melly. Aku melihat adanya percikan-percikan listrik yang kecil kekuatannya akibat tercampurnya kabel main power tersebut dengan cairan kewanitaan dari Cik Melly.

Setruman-setruman kecil di dalam tubuh Cik Melly membuat Cik Melly menjadi mendesah dan kadang-kadang bercampur dengan lenguhan yang terdengar erotik. Aku menyukai permainan ini dan aku semakin mencoba membesarkan voltage dari kilikan-kilikanku sehingga aku berhasil membuat Cik Melly bergetar beberapa kali karena dia pasti merasakan nikmatnya seks karena setruman-setruman listrik yang voltage-nya telah kuatur sehingga tidak membahayakan dirinya dan tentunya bisa memberikan kenikmatan yang belum pernah dia terima seumur hidupnya.

"Joee, udah.. Joe.. gue bisa gila nih kalo elu lakuin terus-menerus", katanya yang selalu diiringi dengan lenguhan dan desahan yang membuatku semakin terangsang dan ingin menyetubuhinya setelah aku puas mengerjainya. Aku melepaskan plug dan mencabut kabel dari liang kewanitaannya. Sekarang aku melihat liang surganya yang penuh dengan cairan kewanitaannya dan Cik Melly mengaku bahwa dia telah klimaks selama 10 kali sewaktu aku memasukkan kabel ke dalam liang kenikmatannya.

Aku sudah tidak sabar untuk memasukkan batang kemaluanku yang semakin menegang dan dengan nafsunya, aku langsung menghujamkan batang kemaluanku ke dalam liang senggamanya. Kugenjot tubuhnya sehingga dia nampak kewalahan karena dia telah klimaks beberapa kali sehingga aku yakin bahwa dia merasakan kelelahan yang bercampur dengan rasa kenikmatan tapi aku tetap tidak peduli karena aku terus menggenjot tubuhnya.

Selama satu jam kemudian setelah aku menggenjot tubuhnya yang putih mulus tersebut, aku menjadi tidak tahan oleh jepitan-jepitan liang kewanitaannya sehingga aku semakin semangat menggenjot tubuhnya dan di saat yang bersamaan kami sama-sama melenguh karena kami mengeluarkan sensasi klimaks tersebut secara bersamaan. Aku jatuh kelelahan di atas tubuhnya yang putih bersih itu. Tak lama kemudian, aku kembali mencium bibirnya yang mungil dan mengulum lidahnya di dalam bibirku.

Aku memang sudah puas setelah menggaulinya tetapi aku masih belum puas untuk mengerjainya. Cik Melly masih kelelahan karena kenikmatan yang baru saja diterimanya. Aku kemudian menyuruhnya untuk membentuk posisi anjing dengan tubuhnya menghadap ke arah TV sementara perutnya beralaskan kursi yang dia gunakan barusan untuk bermain Play Station. Setelah dia membentuk posisi tersebut, aku meninggalkannya dan menyalakan Play Station sampai dia siap memainkan game Final Fantasy 8 kegemarannya. Tidak berapa lama setelah dia memainkan permainannya yang telah dia save sebelumnya. Dia masih asyik bermain game favouritnya dan aku sedang asyik mengocok batang kemaluanku yang masih lemas karena baru saja memuntahkan cairan kenikmatan di dalam liang kenikmatan Cik Melly.

Aku menjadi terangsang kembali karena melihat posisi tubuh Cik Melly apalagi disertai oleh tubuhnya yang putih bersih karena tidak berbusana sama sekali. Aku kemudian mendekati Cik Melly yang sedang membelakangiku, kumasukkan batang kemaluanku ke dalam anus Cik Melly sehingga keseriusannya bermain berubah mendadak, karena dia tiba-tiba menjatuhkan joystick dan menjerit-jerit karena batang kemaluanku telah menguasai anusnya yang kecil. Aku terus menggenjot anus Cik Melly sambil mengusap-usap punggung putih Cik Melly. Cik Melly terlihat mulai menyukai permainanku karena teriakan-teriakan kesakitannya telah berubah menjadi desahan dan lenguhan panjang yang membuat batang kemaluanku menjadi semakin nikmat.

Cik Melly asyik meresapi genjotan batang kemaluanku yang berada di anusnya tanpa memperhatikan TV yang masih menyala dengan game kesukaannya. Aku terus menggenjotnya sampai suatu ketika aku merasakan sesuatu yang ingin kuledakkan ke dalam anusnya, kupercepat dan akhirnya, "Arghh..", aku kejang sesaat karena aku sedang melampiaskan nafsuku dan aku memeluk Cik Melly dengan erat sekali. Cik Melly kemudian membalikkan badannya dan menciumku dengan senyumannya yang cantik sekali dan penuh dengan rahasia. Sebagai tanda terima kasihnya, Cik Melly memberikanku gratis bermain Play Station selama 1 bulan bahkan ketika Customer dia telah pulang semua, aku bisa mengajak dia "main" bersamaku tentunya setelah aku bosan bermain Play Station.
Bermain Play Station Sekalian Bermain dengan Pemiliknya Bermain Play Station Sekalian Bermain dengan Pemiliknya Reviewed by rikangen.blogspot.com on March 13, 2019 Rating: 5

Konsultasi Kehamilan Dengan Dokter yang Ternyata Mantan Pacarku

March 13, 2019

Konsultasi Kehamilan Dengan Dokter yang Mantan Pacarku

Konsultasi Kehamilan Dengan Dokter yang Ternyata Mantan Pacarku
Konsultasi Kehamilan Dengan Dokter yang Ternyata Mantan Pacarku

CERIAKANGEN - Sudah lebih dari 5 tahun usia perkawinanku dengan Hendra, tapi belum juga menghasilkan momongan, setelah mencari informasi ke teman teman akhirnya aku mendapat rekomendasi dokter kandungan bagus yang berpraktek di kawasan elit Jakarta.
Setelah membuat appointment, aku dan suamiku sudah berada di ruang tunggu dokter Andri, pasien yang menunggu sudah banyak, dan ternyata kami mendapat nomer terakhir tepat sebelum ditutup pendaftarannya.

Pukul 21:00 dipanggillah namaku oleh suster, aku masuk ke ruangan dokter Andri sendirian, sementara suamiku harus menunggu di ruang tunggu, konsultasi dilakukan di ruang praktek sendiri.
Betapa terkejut dan shock aku dibuatnya karena tanpa diduga ternyata dokter Andri adalah mantan pacarku dulu sewaktu SMA di sebuah kota kecil di Jawa Timur, kami memang bersahabat karena tiap kali pulang selalu bersamaan karena jalan ke rumahnya melewati rumahku, hingga akhirnya kami berpacaran saat dia kelas 3 menjelang ujian akhir, dia adalah kakak kelasku satu tahun di atas, sebagai jagoan basket tentu banyak teman wanitaku yang mencoba menarik perhatiannya, tapi ternyata pilihan jatuh kepadaku.

Hubungan kami tidak berlangsung lama karena setelah seleai SMA dia harus kuliah di Jakarta sementara aku ternyata sudah dijodohkan orang tuaku dengan seorang Insinyur yang mengerjakan proyek di dekat tempat tinggalku, dan setahun kemudian kawinlah aku dengan Hendra saat usiaku masih ingin menikmati masa muda dan remajaku.
“Lily !!!” teriak dokter Andri
“Andri !!!” teriakku bersamaan tak kalah terkejutnya.
Ternyata penampilan kami tidak banyak berubah meskipun sudah berpisah lebih dari sepuluh tahun, Andri yang aku kenal masih seperti yang dulu, tapi terlihat lebih dewasa, sehingga tidak ada rasa asing diantara kami.

“Ly, gimana kabarmu selama ini, kemana aja kamu” Tanya Andri
Aku malu karena akulah yang meninggalkan dia untuk kawin dengan Hendra, meskipun itu bukan kemauanku dan aku tetap mencintainya sebagai cinta pertamaku.
Aku diam saja dan menunduk malu karena merasa bersalah dan sepertinya dia tahu perasaanku.
“Sudahlah Ly, semuanya sudah berlalu dan kini kita masing masing punya kehidupan sendiri sendiri” kata Andri, terdengar nada kepedihan di perkataannya.

“Oke sekarang apa masalahmu ?” Tanya Andri sudah berganti menjadi dokter Andri.
Kemudian aku menjelaskan permasalahanku yang tak juga kunjung punya anak, malu juga sebenarnya menceritakan ini kepada bekas pacar yang kutinggalkan.
Lalu dia melakukan sedikit Tanya jawab mengenai seputar kehidupan dan sesekali menyerampet ke masalah sex yang cukup sensitive, tapi itu kuanggap sebagai bagian dari tugas dia.
“oke, silahkan berbaring, biar aku periksa” kata dokter Andri
Aku menuruti saja perkataanya, kemudian dokter Andri mulai memeriksa tubuhku, bisa kurasakan tangannya gemetar ketika memeriksa kondisi tubuhku, sepertinya ada rasa nervous pada dokter Andri begitu juga aku, mungkin dia tahu degup jantungku yang berdetak tak normal ketika stetoskop di tempelkan di dadaku. Sepertinya kami berdua merasa canggung.
Dokter Andri memintaku melepas celana dalamku karena dia mau USG, dengan gemetar aku memenuhi permintaanya dan posisi kakiku mekangkang di tempat yang sudah disediakan. Posisi dokter Andri tepat diselangkanganku yang sudah tidak tertutup, aku yakin sekali dia bisa melihat alat kewanitaanku dengan jelas, entah apa yang ada dipikiran dia aku nggak tahu, kemudian dia memasukkan alatnya USG ke vaginaku, dan tampaklah di layar monitor alat itu gambaran rahimku.

Setelah melakukan diagnosa, selesailah USG dan dia memintaku kembali duduk tempat duduk semula, lalu menjelaskan diagnosanya terhadap rahimku dan beberapa tindakan yang harus dilakukan.
Selesailah acara konsultasi dengan dokter Andri, aku beranjak dari kursi dan menjabat tangan dokter Andri, aku tak punya kekuatan ketika dokter Andri mencium pipi kananku bahkan ketika ciumannya berpindah kekiripun aku tetap tiada kekuatan untuk menolaknya, bahkan seperti diluar kendaliku, tanganku segera meraih kepala Andri dan kucium bibirnya dan dia memberi respond dengan mengulum bibirku, cukup lama kami berciuman melepas rindu yang sudah lama terpendam dan tak sempat berkembang. Setelah kami tersadar, Andri melepas ciumannya, aku sebenarnya ingin lebih lama lagi bersama dia, napasku sudah memburu tak karuan, tapi dia sudah memanggil suster yang di luar.
“aku ingin kenalan dengan suamimu, kalau kamu nggak keberatan kupanggil dia masuk sekarang” katanya.

“Sus, tolong panggil suami Nyonya ini masuk” perinyahnya pada suster.
Aku diam saja mengatur napas ketika susternya masuk. Kemudian Hendra masuk ke ruang konsultasi dan duduk di sebelahku, kuremas tangannya untuk menenangkan diriku sendiri, karena aku tak tahu apa yang dimaui Andri.
“Pak Hendra, sepertinya istri anda perlu pemeriksaan lebih lanjut, kalau anda tidak keberatan aku akan melakukan beberapa test, perlu waktu mungkin sekitar 30 - 45 menit mungkin lebih, atau Senin minggu depan supaya waktunya lebih lama”
Suamiku diam saja lalu melihat ke arahku, aku Cuma menganggukkan kepala karena masih bingung dengan apa maunya dokter Andri.
“baiklah dok, daripada minggu depan antri lagi, sekarang saja dok udah tanggung” jawab suamiku pasrah.

“oke silahkan tunggu diluar ” kata Andri sambil mempersilahkan suamiku keluar.
Begitu pintu ruang konsultasi di tutup, Andri menghampiriku.
“not bad, pantesan kamu mau meninggalkan aku demi dia” katanya sambil tangannya menarikku ke pelukannya, dan kami kembali berdiri berciuman.
Tangannya berpindah ke pantatku dan menyingkap rokku, meremas pantatku yang telanjang karena aku memang belum mengenakan kembali celana dalamku, karena nervous.
Ciuman kami begitu bernafsu, maklum kangen berat, bibir Andri sudah turun ke leherku, tak mau kalah kupeluk dia erat erat saat Andre mengelus dan meraba raba pentatku, nafasku berpacu dengan nafsu.

Antara kesadaran sebagai seorang istri dan rasa kangen serta ingin menebus kesalahan masa lalu saling muncul silih berganti, tapi akhirnya menghilang saat dokter Andri mulai membuka resluiting bajuku dan dipelorotkan ke bawah. Aku kembali memeluknya ketika tinggal bra ungu yang menutupi bagian intim tubuhku. kubuka celananya hingga melorot kebawah dan tanganku langsung menuju ke penisnya yang masih tertutup celana dalam, kurasakan ketegangan dan keras seperti batu, agak malu juga aku telanjang di depan dia tanpa sehelai benangpun menempel di tubuhku, baru kali ini aku dalam posisi seperti ini selain dengan suamiku. Andri langsung menyerbu kedua bukit di dadaku yang masih tertutup bra sutera, diciuminya kedua bukit itu dengan gemas, sesaat kemudian bra-ku tak bertahan lagi di tubuhku.

“kamu ternyata makin montok saja, dan buah dadamu makin indah dan terawat dibanding dulu, makin matang dan lebih sexy” katanya sambil memandangi tubuhku yang sudah telanjang dan langsung membenamkan kepalanya di antara kedua belah bukit di dadaku.
Meskipun pacaran kami tak lama, tapi karena kami sudah berteman sejak lama, maka pada masa pacaran kami sudah pernah saling meraba dan melihat, hanya sebatas itu, paling banter peting.
Andri sudah mendaratkan lidahnya ke puncak bukitku, dia mempermainkan lidahnya di putingku, secara bergantian dari kiri ke kanan dan seterusnya sambil tangannya meremas remas dengan penuh gairah seakan tak ingin kehilangan diriku lagi.
Kurasakan kenikmatan yang tak terkira, gairah sexualku mulai naik, aku hanya bisa menggelinjang, kugigit bibirku karena tidak bisa mendesah dan menjerit dalam kenikmatan, takut ketahuan.

Andri mendudukkanku di meja prakteknya, dengan hati hati disingkirkannya peralatan kerjanya ke kursi samping supaya tak menumbilkan curiga pada suster maupun suamiku yang menunggu di luar.
Kakiku dipentangkan lebar seperti saat konsultasi tadi, tapi kali ini kepala Andri langsung menuju ke selangkanganku, dibenamkannya kepalanya diantara kedua pahaku, ternyata Andri mempermainkan vaginaku dengan lidahnya. Kuremas rambutnya sebagai pelambiasan karena aku tidak bisa melampiaskan dengan menjerit atau mendesah seperti biasa kulakukan. Napasku sudah berpacu dengan birahiku, dengan indahnya Andri mempermainkan irama jilatannya di daerah yang benar benar peka, sepertinya dia sangat menguasai peta anatomi daerah erotica vaginaku, dan aku dibuatnya melayang layang menuju puncak kenikmatan, jilatannya sungguh teratur, halus tidak kasar tetapi memberikan kenikmatan yang tiada tara, permainan di daerah klitoris maupun kombinasi permainan lidah dan kocokan jari tangannya terlalu berlebihan kenikmatannya.
Hampir saja aku menjerit kalau saja Andri tidak segera menghentikan permainan lidahnya.
“please Ndri, jangan goda aku, sekarang please” desahku pelan takut terdengar suamiku yang menunggu di luar, entah dia dengar atau tidak.

Mengerti akan permintaanku, Andri mengakhiri permainan lidahnya, dia berdiri didepanku, mengamati aku yang lagi terbakar birahi.
“kamu makin cantik dan mempesona apalagi kalau lagi bernafsu seperti ini” katanya sambil melepas baju dan celananya, tangannya mengatur penisnya ke vaginaku.
Kami kembali berciuman, tanganku memegang penisnya dan mengocoknya.
“sepertinya lebih besar daripada dulu” bisikku sambil meremas remas penisnya.
Dia hanya tersenyum ketika kubimbing penis itu ke vaginaku yang sudah basah, kusapukan sejenak ke bibir vaginaku, ternyata Andri tidak mau menunggu terlalu lama, dia langsung mendorong masuk penisnya ke vaginaku yang sudah basah, gerakannya perlahan tapi makin lama makin masuk ke dalam, hingga semua batang penis Andri terbenam ke vaginaku didiamkannya sejenak.

Ini adalah penis kedua yang menikmati hangatnya vaginaku selain suamiku, karena aku memang tidak pernah berselingkuh dengan laki laki lain. Sebenarnya ukuran penis Andri boleh dibilang sama dengan punya Hendra, tapi karena bentuknya berbeda, maka aku merasakan sensasi yang berbeda antara Andri dan suamiku.
“pelan pelan, ndri” bisikku
“lebih dari sepuluh tahun aku mendambakan saat saat seperti ini” jawabnya sambil memandangku penuh kemesraan.
Andri menarik keluar secara perlahan dan kembali memasukkan secara perlahan pula dan makin lama makin cepat, tapi halus dan tidak liar. Sungguh indah permainan Andri, dengan penuh perasaan dan penuh kenikmatan, dia mengocok vaginaku dengan penisnya tangannya meraba dan meremas buah dadaku.

Aku telentang di meja, diangkatnya kakiku ke pundaknya, tangannya meremas kedua buah dadaku, gerakannya tetap teratur seakan dia menikmati setiap gesekan dan gerakan dari tubuhku, pandangan matanya tak pernah lepas dari mataku sungguh menghanyutkan pandangannya. Dirabanya seluruh tubuhku seolah tak mau terlewatkan sejengkalpun dari jamahannya.
“terlalu lama aku merindukan seperti ini, selama hampir tiga tahun pertama sejak perkimpoianmu aku membayangkan saat seperti ini” katanya tanpa menghentikan gerakannya
“Ndri, please jangan ungkit itu lagi” kataku pelan disela sela kenikmatan
Andri lalu membalikkan tubuhku, kini aku tengkurap di meja kerjanya, dengan perlahan Andri kembali memasukkan vaginaku, kali ini dari belakang. Kembali aku merasakan kenikmatan yang datang silih berganti antara sodokan, elusan dan ciuman di punggung serta remasan di dadaku, aku merasakan bercinta dengan seorang good lover yang romantis, yang tahu kapan saatnya untuk berbuat apa, dia sepertinya tahu persis yang bisa membuatku melambung ke awan kenikmatan birahi, kurasakan kocokan yang penuh kemesraan dan perasaan. Lalu Andri menarik tanganku, kini aku setengah berdiri dengan tanganku dipegangi dari belakang sama Andri, dikocoknya dengan tiada henti, ingin rasanya teriak atau mendesah merasakan kenikmatan ini, tapi suamiku masih menunggu diluar sementara Andri mengaocokku dari belakang makin lama makin keras, iramanya kini berubah liar dan tidak beraturan, meskipun agak kaget dengan perubahan iramanya tapi aku menikmati juga variasi ini.

Kini aku dihadapkan ke di tembok, tanganku tertumpu pada tembok menahan tubuhku, kaki kananku diangkat Andri dan dia mengocokku dengan keras dan cepat, mungkin suamiku menunggu di balik tembok ini aku tak tahu, tapi aku tahu pasti kalau suamiku masih di luar sana dan aku yakin sekali dia akan segera tahu kalau aku teriak atau mendesah dalam kenikmatan.
Kutengok ke belakang, wajah Andri tersenyum penuh kemenangan, kemenangan karena dia bisa mempermainkan aku sementara aku hanya bisa menahan desah kenikmatan.
“kamu gila Ndri” ucapku pelan dan hanya dibalas senyum dan hentakan di vaginaku.
Aku merasakan kenikmatan yang tak bisa kugambarkan, suatu kenikmatan yang bercampur ketegangan suatu petualangan yang nyerempet bahaya tapi benar benar kunikmati.
Tiba tiba pintu kamar di ketok.
“sebentar sus” teriak Andri sedikit panik
“kita masuk tempat periksa, bawa bajumu” perintahnya, dan kami berdua masuk tempat periksa dan menutup gordennya.

Bukannya berhenti, Andri malah kembali mendorongku hingga aku berdiri membungkuk dan bersandarkan kursi, tanpa mempedulikan protesku dia kembali melesakkan penisnya ke vaginaku.
“gila kamu” protesku
“masuk sus” katanya sebagai jawaban sambil terus menyodokku dengan keras, aku hanya menggigit bibirku menahan kenikmatan ini.
“dok, sudah jam sepuluh lebih, kalau dokter tidak memerlukan saya lagi, saya permisi pulang dulu ya” kata suster dari luar gordin
“oke sus, sampai besok, tolong panggilkan Pak Hendra kesini” jawab Andri tanpa menghentikan kocokannya

“apa apaan ini” protesku kembali dengan pelan setelah kudengar pintu ditutup suster
“tenang saja, percayalah aku takkan terjadi apa apa” katanya dan kocokannya makin keras disertai remasan yang kuat pada buah dadaku yang menggantung sesekali diselingi tarikan pada rambutku, kugigit bibirku kuat kuat ketika kudengar pintu kembali dibuka.
“ya dok, sudah selesai ?” kudengar suara suamiku dibalik gordin
“Pak Hendra, mohon tunggu sebentar lagi ya, mungkin 15 menit lagi, sudah hampir selesai koq” jawab Andri tenang, tak setenang kocokannya di vaginaku, aku menggigit jariku menahan desah napasku, tegang dan nikmat bercampur menjadi suatu petualangan yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.
Aku bercinta dengan mantan pacarku sementara suamiku hanya terpisah selembar kain gordin diluar sana, aku merasakan ketegangan yang hebat, tapi diluar dugaanku justru menambah erotis dan sensasi dari dalam diriku.
“iya pa, nggak tahu dokter Andri, maunya macam macam nih” jawabku terbawa emosi erotis sambil meremas sandaran kursi menahan desah karena kocokan Andri.
“nggak apa Pak Hendra, ini sudah biasa koq, dari pada nggak kelar” kembali Andri menimpali sambil meremas kedua buah dadaku dengan makin keras, aku hampir menjerit kalau tak ingat suamiku diluar sana, kupelototi dia sebagai protes tapi dia tersenyum saja.
“oke dok, nggak usah terburu buru, diselesaikan saja dok, yang penting hasilnya, ma papa tunggu diluar ya, jangan pikirin aku diluar, ikuti saja kata dokter Andri” jawab suamiku dari balik gordin, lalu kudengar pintu tertutup.

“tuh kan suamimu sendiri bilang nggak usah terburu buru, jangan pikirin dia suruh ikutin kataku ” kata Andri menggoda, kocokannya makin cepat seakan menumpahkan segala rindu dan dendam yang terpendam bertahun tahun.
Kini aku ditelantangkan di tempat tidur pasien, tubuhnya lalu naik di atasku, kini kami telanjang dan kembali berpelukan dan berciuman di ruang prakteknya, untuk kesekian kalinya dia memasukkan penisnya ke vaginaku terus mengocoknya, karena tempat tidur berbunyi ketika digoyang, Andri pindah ke kursi, ditariknya tubuhku kepangkuannya.
Aku segera mengatur posisiku dipangkuannya, sesuai “petunjuk” suamiku untuk mengikuti kata Andri. Kini ganti aku yang mengocok Andri, posisi ini adalah favouritku. Tanpa menunggu lebih lama lagi, segera kugoyang dan kuputar pantatku hingga terasa vaginaku diaduk aduk Andri. Tak mau kalah, Andri meremas buah dadaku dan mengulum kedua putingku dengan sedotan yang kuat, aku tak bisa bertahan lebih lama lagi, maka sampailah ke puncak kenikmatan tertinggi, orgasme pertama yang kualami selain dengan suamiku.
Kugigit keras jariku untuk menahan jeritan orgasmeku supaya tak terdengar dari tempat suamiku menunggu.

“udah Ndri, keluarin please” pintaku setelah mengalami orgasme
“kan suamimu bilang nggak usah buru buru” goda Andri
Tak tahan dipermainkan lebih lama, dengan sisa tenaga yang ada, aku goyang makin liar dan cepat, Andri membenamkan kepalanya di antara buah dadaku, sepertinya dia sudah tak tahan lagi, makin keras sedotan di putingku.
“aku mau keluar, di dalam ya Ly” pintanya
“gila kalau hamil gimana” protesku
“berarti terapinya sukses” jawabnya sambil kembali meremas dan menyedot putingku, aku ingin berdiri melepaskan pelukan Andri tapi terlambat ketika kurasakan denyutan dan semprotan yang keras dari penis Andre mengenai sisi dalam vaginaku, terasa begitu keras denyutan itu hingga aku terhanyut dan mengalami orgasme untuk kedua kalinya dengan Andri.
Aku terkulai lemas, kusandarkan kepalaku dipundak Andri, dia membelaiku dengan penuh kasih sayang, terhanyut aku dalam belaiannya dan pangkuannya, tubuh kami menyatu dan kurasakan degup jantung Andri, keringat kami saling menempel menyatu dalam kenikmatan, sesaat aku melupakan kalau suamiku menunggu dengan setia di luar ruangan.
Beberapa saat kemudian kami tersadar dan segera berbenah, kukenakan kembali pakaianku dan merapikan make up di wajahku, setelah dirasa semua sudah aman, Andre memanggil suamiku untuk masuk.

“Pak Hendra, istri anda memang hebat, dia bisa tahan lama dengan kondisi seperti ini” kata dokter Andri sambil melirik ke arahku
Aku hanya senyum senyum saja mendengar perkataannya, tapi tidak dengan suamiku.
“maksud dokter ?”
“ada sedikit kelainan pada rahim istri anda, dengan kondisi seperti ini kalau capek atau kondisi tertekan dia akan sangat kesakitan” jelasnya, kemudian dia menjelaskan dengan bahasa kedokteran yang bagi kami berdua tidak mengerti sama sekali, tapi aku iyakan saja.
“saya akan melakukan therapy dua kali seminggu kalau bisa senin disini dan kamis di tempat praktek saya di rumah supaya bisa lebih lama” jelas Andri sambil melirikku kembali
“saya sudah melakukan terapi awal, sementara ini harap jangan berhubungan dulu selama satu minggu, setelah satu minggu datang lagi ke sini akan saya beri terapi dan obat untuk bisa berhubungan besoknya” lanjut Andri kembali melirikku pertanda dia merencanakan sesuatu.
“saya ikut apa kata dokter saja, mana yang terbaik bagi istriku terbaik pula bagi kami” jawab suamiku
“oke Pak Hendra, bu Hendra, kita sudah sepakat, sampai senin di tempat praktek saya di rumah, harap reservasi dulu senin pagi supaya tidak terlalu lama menunggu” kata Andri sambil menyerahkan kartu namanya ke suamiku.

Selama percakapan ini, kurasakan sperma Andri menetes keluar dari vaginaku, entah berapa banyak yang tertampung di celana dalamku.
Akhirnya kami pergi ketika lonceng pukul 11 malam berbunyi, berarti aku sudah bersama Andri paling tidak selama dua jam, dan lebih dari satu jam melakukan sex dengan dia, Andri mengantar kami hingga pintu, sebelum meningalkan kami, dia masih sempat meremas pantatku.
“jangan lupa senin untuk reservasi dulu” katanya terus menghilang dibalik pintu.
Ketika suamiku mengurus pembayaran, aku ke toilet untuk membersihkan sisa sperma Andri yang menetes di pahaku.

“Dokter Andri orangnya masih muda, ganteng lagi, pantesan banyak pasangan muda yang menjadi pasiennya” kata suamiku ketika dalam perjalanan pulang
“cara dia menangani pasien begitu tenang, cool gitu, sehingga kita seperti berhadapan dengan seorang teman bukan seorang dokter” jawabku
“Senin aku antar lagi deh, lebih sore biar tidak terlalu malam dan terapi-nya tidak terburu buru” tambah suamiku tanpa prasangka
Hari Senin setelah reservasi pagi hari, aku ternyata mendapat nomer terakhir lagi, diminta datang pukul 7 malam di tempat praktek Andri.
Tempatnya di lingkungan perumahan yang elit dan asri, suasananya begitu nyaman untuk tempat tinggal, ternyata Andre membuka praktek di paviliun samping rumahnya yang gandeng dengan rumah utama.
Pukul 6:30 malam aku dan suami sudah sampai di tempat praktek, ada 2 pasien yang menunggu di situ, rata rata masih muda, seusia kami.
Setelah menunggu lebih dari satu jam dan tidak ada pasien lainnya lagi, akhirnya suster cantik itu memanggil kami masuk.

Di depan kami berdua Andri begitu berwibawa seperti layaknya seorang dokter.
“bagaimana Pak Hendra, apa anda mengikuti petunjuk saya untuk tidak berhubungan paling tidak hingga Kamis depan ?” Tanya dokter Andri
“ya bagaimana lagi dok, kalau ingin berhasil kita ikutin anjuran dokter saja” jawab suamiku seperti pasrah, sebenarnya nggak tega juga aku melihat expresi wajahnya.
“kali ini mungkin tidak selama yang pertama, paling lama satu jam, Pak Hendra boleh tunggu di sini atau di luar” kata Andri
“saya tunggu di luar, tempatnya sejuk dan asri, boleh saya Tanya dok ?” kata suamiku
“silahkan”
“kenapa suami tidak boleh menemani istri untuk konsultasi”
“banyak alasan, pertama, biar tidak terlalu banyak pasien kalau suaminya tidak setuju, sebagai upaya pembatasan pasien secara halus, kalau nggak gitu bisa tiap hari saya selesai praktek jam 12 malam. Kedua, saya tentu akan merasa canggung bila memeriksa si istri sementara sang suami melototi kerja saya. Ketiga belum saatnya, setelah periksa istri dan ternyata tidak ada masalah maka mungkin masalahnya ada di suami, baru saya akan periksa suaminya, itulah metode pengobatan saya” jawab Andri
“oke dok, aku tunggu di luar saja” kata suamiku langsung keluar meninggalkan aku berdua dengan Andri.

Sepeninggal suamiku, Andri langsung menarikku di pangkuannya, kami berciuman mesra, tangannya langsung meraba ke dadaku diremasnya dengan penuh gairah.
Aku mulai mendesis pelan ketika ciumannya sampai di leherku.
“jangan mendesah disini sayang, ntar suamimu dengar” bisiknya, dia sudah berani bilang sayang seperti dulu kala.
“bagaimana dengan suster diluar” tanyaku
“kenapa ? dia tak berani masuk kalau tidak aku panggil”
Tangan Andri dengan terampil membuka resliting di belakang hingga rok-ku langsung melorot ke pingggang, aku sengaja pakai pakaian rok terusan yang simple supaya mudah “dilucuti”, aku membalasnya dengan membuka bajunya dan melemparnya ke meja.
Aku kemudian berdiri, dengan sendirinya rok-ku melorot ke lantai, kini aku hanya mengenakan bra hitam berenda setelan dengan celana dalamku, aku memang berusaha tampil sexy dan menggoda di depan Andri, dan ternyata berhasil, dia memandang dengan seksama ke arahku, menikmati setiap lekuk kemolekan dan keindahan tubuhku.

“kamu sungguh cantik dan sexy” komentarnya, sambil berdiri melepas celananya.
Aku memutar tubuhku seperti layaknya seorang model pakaian dalam, kemudian memulai gerakan erotic seperti penari streaptease, Andri duduk kembali di kursi menikmati tarian erotic-ku sambil meremas remas penisnya yang mulai menonjol dari balik celana dalam biru-nya.
Sesekali kugoda dia dengan menempelkan buah dadaku di wajahnya lalu menariknya kembali. Perlahan kulorotkan kedua tali bra-ku lalu diikuti melepas bra dari tubuhku dan kulemparkan ke wajah Andri, tampaklah buah dada kebanggaanku menggantung indah menantang terpampang di depannya.

Andri menelan ludah, dia berusaha menarikku ke pelukannya tapi aku menghindar menggoda, semakin dia terbakar birahi semakin baik bagiku, aku ingin menggodanya. Sensasi dan rasa erotis di diriku makin naik mengingat bahwa kini aku sedang menari streaptease di depan Andri yang hampir telanjang sementara suamiku menunggu di luar dan istri Andri ada di ruangan sebelah bersama anaknya, sungguh permainan ketegangan yang menggairahkan.
Andri sepertinya makin terbakar birahinya, kini dia sudah melepas celana dalamnya dan meremas remas penis-nya sambil menikmati tarian erotisku.

Celana dalam satu satunya penutup tubuhku masih menempel indah, tapi Andri sepertinya sudah tidak tahan lagi dengan dorongan birahinya, dia lalu berjongkok di depanku, kakiku kananku dinaikkan ke kursi, dari celah celana dalam dia mulai mencium dan menjilati vaginaku yang sudah basah karena begitu terangsang menikmati sensasi ini.
Permainan lidah Andri tak terlalu lama, dia lalu menarik turun celana dalamku hingga kami sama sama telanjang. Andri meneruskan pekerjaannya, jilatan lidahnya menyusuri pangkal paha hingga bibir vaginaku. Klitoris adalah bagian yang paling mendapatkan perhatian khusus dari Andri, cukup lama dia memainkan lidahnya di klitorisku dengan berbagai macam gerakan lidah, entah jurus apa yang dia pakai hingga aku hanya bisa menggigit bibir bawahku menahan desah. Kuremas rambutnya dan kudorong lebih dalam ke vaginaku.

Aku duduk di kursi dokter, kepala Andri kembali menempel di selangkanganku, dia sungguh menikmati permainan ini begitu juga aku, permainan lidahnya sungguh jauh lebih lebih nikmat dibanding dengan suamiku, mungkin dia melakukan dengan menggunakan teori.
Desah tertahan sungguh merupakan siksaan tersendiri bagiku, tapi tidak bagi Andri, dia menikmati siksaanku ini, dia menyukai expresi wajahku ketika menahan desah kenikmatan, apalagi saat orgasme.
Setelah puas menikmati vaginaku, Andri lalu berlutut di depanku dan mengatur posisinya sebelum memasukkan penisnya ke vaginaku. Aku nggak mau melakukan terlalu cepat, kuminta Andri berdiri berganti posisi, dia duduk di kursi, kini aku berlutut di depannya, kuciumi penisnya, dengan gerakan menggoda, kujilati kantung bolanya, kupermainkan lidahku di batang dan ujung kepala penisnya sebelum memasukkan penisnya kemulutku. Akhirnya hampir semua batang penisnya masuk dalam mulutku, dengan sliding aku mulai mempermainkan dia, kini dia mendesah tertahan karena takut ketahuan, baik oleh istrinya maupun suamiku di luar sana.
Sepertinya dia hampir tak tahan, lalu tubuhku dibopongnya menuju kamar sebelah yang sambung ke ruang praktek dia. Kamar itu tidak terlalu luas, dengan ranjang yang cukup besar dan bersih, dindingnya di hiasi cermin seukuran ranjang.

“kamar apaan ini ?” tanyaku masih dalam gendongannya
“untuk pasien kalau perlu periksa sperma, ntar juga kamu akan tahu dan mengalami” jelasnya
“kamu boleh teriak sepuasnya, karena terlalu jauh dan tak akan terdengar oleh suamimu dari ruang tunggu pasien, kamar ini dirancang kedap suara” lanjutnya
“bagaimana dengan istri dan anakmu ?” tanyaku
“ada di dalam mungkin sedang nonton TV sama anakku, dia baru berumur 2 tahun“
Andri merebahkuan tubuhku di ranjang, dengan mesra dan penuh gairah dia menciumi kedua buah dadaku sambil menindih tubuhku.
“ssssssshhhhh…….. aagghhhh” aku sudah berani mendesis meski perlahan sebagai pelampiasan atas kenikmatan yang aku alami.
“Ndri, fuck me please nooooowwwwww” pintaku sambil mengocok penis Andri
Tanpa membuang waktu lebih lama, Andri segera memasukkan penisnya yang sudah sekeras batu ke vaginaku yang sudah basah, dengan tiada kesulitan yang berarti melesaklah penis itu ke vaginaku, masuk semua tanpa tersisa. Meskipun sudah pernah sekali melakukan dengan Andri, masih saja kurasakan perasaan asing di vaginaku, karena bentuknya yang berbeda dengan suamiku.

Kupeluk erat tubuh Andri seolah tubuh kami menyatu dalam panasnya api birahi yang membara, sambil tetap berpelukan dan berciuman, Andri mengocokku dengan penuh perasaan, pantatnya turun naik di atas tubuhku, kunaikkan kakiku menjepit pinggulnya untuk memberikan jalan supaya bisa masuk lebih dalam.
“aaaaagghhhh….. yaaa…… yesss…. trussss Ndri” desahku mulai agak keras, aku mulai menemukan irama permainanku mengimbangi goyangannya, kami bergulingan di atas ranjang sempit itu, terkadan aku di atas kadang dibawah.

Cukup lama kami dengan posisi ini, tak terasa kedua peluh sudah menetes campur menjadi satu, seperti menyatunya tubuh kami dalam lautan kenikmatan.
Memang asik bercinta dengan Andri, begitu penuh perasaan karena memang diantara kami bukan cuman nafsu yang berperan tapi api cinta masih belum padam sepenuhnya, dan sekaranglah saatnya menuntaskan cinta yang terpendam, bukan berarti aku tidak cinta sama suamiku tetapi rasa cinta dan nafsu kali ini sungguh berbeda.
Kami bercinta layaknya sepasang kekasih yang dilanda kangen berat, apalagi sudah tiga hari tidak berhubungan dengan suamiku. Dengan bebas dan tanpa beban aku bisa mengekspresikan kenikmatanku dalam desahan desahan dan jeritan ringan, apalagi ketika Andri mulai mengocok dengan cepat dan keras hingga ranjang ikut bergoyang keras.

Kuimbangi permainan irama Andri dengan menggerakkan tubuhku melawan gerakan Andri, kujepit tubuhnya dengan kedua kakiku yang mengapit di punggungnya sehingga pantatku ikut terangkat membuat Andri lebih dalam menanamkan penisnya di vaginaku. Kurengkuh sebanyak mungkin kenikmatan dari Andri sebanyak yang bisa dia berikan, Andri mengangkat tubuhnya hingga tertumpu pada lutut, kakiku dipentangkan membuat vaginaku terbuka lebat, kocokan Andri semakin cepat secepat degup jantung kami.
Dengan posisi seperti ini kami bisa saling memandang sambil bercinta, kuamati wajah dan tubuhnya yang bersimpuh peluh kenikmatan, wajah Andri menurutku jauh lebih tampan dibandingkan dulu, lebih matang.
Cukup lama kami bercinta dengan posisi ini, dia lalu telentang di sampingku, tanpa menunggu permintaannya, segera aku jongkok di atas penisnya, perlahan kuturunkan tubuhku sampai semua penis Andri masuk ke vaginaku semua.

Penis Andri terasa menyetuh dinding terdalam dari vaginaku, kunaikkan kembali tubuhku lalu kuturunkan begitu seterusnya hingga aku bisa mengocokkan penisnya ke vaginaku. Andri meraba dan meremas kedua buah dadaku sambil memainkan putingnya, membuat aku bertambah terbakar dalam birahi. Kurobah gerakanku menjadi berputar seperti orang ber hula-hop, vaginaku terasa seperti diaduk aduk penis Andri yang masih keras itu, sambil menggoyang pinggul kuraba dan kupermainkan kantong bolanya sehingga Andri kelojotan merem melek, matanya melotot ke arahku, pancaran kenikmatan kutangkap dari sorot matanya.
Aku melakukan variasi gerakan dengan posisi di atas aku yang pegang peranan, kombinasi antara hula hop lalu maju mundur kemudian naik turun kembali lagi ber hula hop membuat Andri seakan terbang tinggi dalam kenikmatan birahi, begitu juga aku, penis Andri sepertinya menjelajah ke seluruh pelosok ruang vaginaku. Ternyata Andri tak mau kalah, dia ikutan menggoyang pinggulnya melawan gerakanku, semakin cepat aku menurunkan tubuhku semakin cepat pula dia menaikkan pinggulnya hingga vaginaku tersodok dengan kerasnya begitu seterusnya. Tak teringat lagi apa yang dilakukan suamiku di luar ruangan ini yang masih setia menunggu istrinya sedang bercinta dengan mantan pacarnya.

“Ndri, aku mau keluar sayang” kataku tak tahan menghadapi perlawanannya
“jangan dulu sayang, tidak dalam posisi seperti ini” jawabnya sambil mengangkat tubuhnya hingga posisi duduk dan aku dalam pangkuannya.
Goyanganku semakin cepat, Andri sudah membenamkan kepalanya di antara kedua buah dadaku, mulutnya mempermainkan putingku secara bergantian, aku merasakan kenikmatan yang hebat antara kocokan di vagina dan kuluman maupun sedotan di putingku. Gerakanku makin cepat dan tidak beraturan antara hingga tak tertahankan lagi aku mencapai puncak kenikmatan yang indah.
“aaaaaaaaggghhhh……. yessss…… yessss…… yessssssss” desahku dalam orgasme sambil meremas rambut Andri yang masih larut dalam keindahan permainan kami, sedotan di putingku makin kencang ketika orgasme kudapatkan hingga menambah kenikmatan yang tiada terbayangkan sebelumnya, tak lama kemudian maka lemaslah aku dalam pangkuannya. Andri membelaiku dengan mesra, meski aku tahu dia belum mengalami orgasme, tapi dia tetap tenang, aku masih dalam pangkuannya, dielusnya punggungku sementara kepalaku sudah terkulai di pundaknya.
Penis Andri di vaginaku masih menegang, aku merasa kasihan juga, tapi badanku lemes sehabis orgasme setelah tiga hari tanpa sex.

Dia menyuruhku berbaring di sebelahnya, kemudian digulingkannya tubuhku hingga aku tengkurap, lalu Andri naik di atasku, dipeluknya aku dari atas lalu dia bergeser di antara kakiku yang dipentangkan. Ditariknya pantatku sedikit ke atas hingga aku agak nungging, kembali dia melesakkan penisnya ke vaginaku dan dengan cepatnya mulai mengocok.
Tangannya mengelus punggungku lalu tubuhnya tengkurap di atas tubuhku, dia mengocokku dari belakang dengan posisi seperti ini, belum pernah aku melakukan sebelumnya dengan suamiku, ini pengalaman pertamaku, gairahku mulai naik kembali merasakan sensasi kenikmatan yang baru, tapi dengan posisi seperti ini aku tidak bisa melakukan apa apa kecuali hanya pasrah menerima kenikmatan yang dia berikan. Menyadari kepasrahanku, Andri makin menjadi jadi mengocokku, dihentakkannya pinggangnya ke arah pantatku hingga penisnya menghantam dinding vaginaku dengan kerasnya sambil dia menciumi tengkuk, pungak dan telingaku, yang kadang kadang dikulumnya.

“aaaaauuugghhhhh……eeeehhhhhh……..emmmmhhhh” hanya desah itulah yang bisa kulakukan. Entah gaya apa yang dimainkan ini, yang jelas bukan doggie, mungkin gaya kura-kura kali, tapi who cares, yang penting aku mendapatkan pelajaran dan kenikmatan baru dari dia.
Tak lama kemudian kurasakan denyutan keras dari penis Andri menghantam dinding vaginaku dengan kerasnya, semprotan demi semprotan kunikmati dengan perasaan yang lain, begitu kerasnya denyutan itu hingga mengantarku mencapai orgasme yang kedua kalinya hingga kali ini aku benar benar lemas tak bertenaga. Andri terkulai diatas punggungku setelah menyemprotkan spermanya di vaginaku, kemudian dia berguling berbaring di sebelahku.
“Ternyata kamu lebih hebat dari yang aku bayangkan selama ini” komentarnya setelah selesai menyetubuhiku lebih setengah jam.

“Tak kusangka bercinta dengan kamu bisa senikmat ini” lanjutnya.
“Kamu orang kedua setelah suamiku, dan aku benar benar menikmati saat saat seperti ini” jawabku
“beruntunglah aku” Andri menimpali sambil tangannya mengelus punggungku
“aku juga beruntung bisa mendapat kesempatan seperti ini, bisa merasakan dua penis yang berbeda dengan permainan yang berbeda pula” kataku sambil meremas penisnya yang mulai melemas.
“kenapa tidak kamu bandingkan saja perbedaannya sekarang, percaya deh sensasinya pasti berbeda”’
“maksudmu ?” kataku nggak ngerti
“sekarang kamu main dengan suamimu disini, kalau mau, aku yang akan mengatur, serahkan padaku” usulnya
“kamu gila Ndri, setelah aku dengan kamu, lalu kamu minta aku dengan suamiku, mana aku bisa aku lakukanitu, lagian aku juga sudah capek”
“yang penting kamu mau nggak ?, soal lainnya serahkan aku, percaya deh pasti kamu akan berterima kasih setelah ini” jelas Andri meyakinkanku.
Timbul rasa ingin mencoba, tapi ragu ragu juga, kupikir kembali untung ruginya, sepertinya untung saja nggak ada ruginya bagiku. Aku terdiam karena malu untuk menjawab.
“oke kamu berpakaian seperti biasa, kupanggil suamimu masuk, trust me” katanya lalu kami berpakaian seperti layaknya.
“baik, tapi beri aku waktu sebentar untuk memulihkan tenagaku” pintaku.
Setelah beristirahat sebentar, kami kembali ke ruang prakteknya dan dia memanggil suster untuk mempersilahkan suamiku masuk.

“Pak Hendra, saya sudah memeriksa anatomi tubuh istri anda, hasilnya dalam beberapa hari lagi, sekarang saya ingin melihat bagaimana pengaruh sperma anda pada bu Hendra” kata Andri ketika aku dan suamiku menghadapnya sebagai seorang dokter.
“maksud dokter” kata suamiku nggak ngerti
“saya ingin anda berhubungan, sekarang, di sini, setelah itu saya periksa lagi kondisi rahim istri anda setelah berhubungan” jelasnya lagi
“sekarang ? di sini dok ?” suamiku bengong
“ya sekarang, tentu saja tidak disini, maksud saya di kamar sebelah, jangan kuatir pak, nanti anda akan tahu sendiri, oke aku siapkan dulu” katanya lalu dia beranjak dari kursinya dan menuju ke kamar sebelah, mungkin merapikan sprei yang acak acakan habis kami pakai tadi.
“silahkan, santai saja, jangan tegang, kalau ada masalah di dalam ada intercom yang bisa menghubungi saya” katanya setelah keluar dari kamar sebelah sambil mempersilahkan kami masuk.
Untuk kedua kalinya kumasuki kamar itu, tapi kali ini dengan orang lain, yaitu suamiku sendiri, ternyata ranjang sudah rapi.

Agak canggung juga suamiku memulainya, maka aku ambil inisiatif, tanpa membuka baju kulepas celana dalamku, ternyata sperma Andri banyak tumpah di situ maka aku ke toilet untuk membersihkan vaginaku dari sperma Andri, aku nggak mau suamiku curiga pada cairan di vaginaku. Kulihat dia ragu ragu melepas celananya, aku langsung berlutut di depannya dan langsung ku kulum penisnya untuk membangkitkan gairah sexualnya.
Andri benar, kurasakan sensasi yang berbeda dibandingkan tadi. Tidak terlalu lama membuat penis suamiku menegang karena sudah tiga hari kami tidak bercinta. Kurebahkan suamiku di ranjang lalu kuteruskan mengulum penisnya, ingin rasanya kumasukkan langsung ke vaginaku untuk merasakan perbedaan kenikmatan yang dijanjikan Andri. Tapi tiba tiba pintu diketuk dari luar, kami kaget sesaat, karena posisiku di atas dan aku masih memakai pakaian meski tanpa celana dalam, maka aku buka pintunya, ternyata dokter Andri.

“maaf mengganggu, aku lupa pesan kalau bu Hendra harus di bawah, jangan di atas” kata dokter Andri dengan sorot mata yang nakal, kembali kututup pintu kamar sambil ngedumel, sialan, batinku.
Tanpa melepas bajuku karena khawatir ketahuan ada bau badan lain yang masih menempel di tubuhku, aku langsung berbaring di sebelah suamiku, kami berciuman sebentar lalu suamiku mengatur posisinya di antara kakiku, kupegang penisnya dan kubimbing ke vaginaku setelah menyingkapkan rok ku hingga ke perut, kuusap usapkan di bibir vagina hingga kembali menegang, lalu didorongnya perlahan hingga masuk secara pelan pelan sampai semua tertanam di dalam, dia diam sebentar. Sekali lagi Andri benar, aku merasakan kenikmatan yang berbeda saat penisnya mulai mengocok vaginaku. Meski irama kocokannya tak seindah Andri, tapi kenikmatan yang kuperoleh boleh dibilang setara, tiap irama kocokan maupun bentuk penis mempunyai kenikmatan yang berbeda, baru sekarang aku bisa bilang seperti itu, tak pernah aku membayangkan menikmati sensasi seperti ini.

Kunaikkan kakiku ke pundaknya supaya suamiku bisa mengocok lebih dalam, aku tidak berani menjerit takut ketahuan, suamiku meremas buah dadaku dari luar sambil mengocok dengan keras. Karena sudah tiga hari tidak berhubungan, maka tidak sampai sepuluh menit suamiku sudah orgasme, dia menyemprotkan spermanya di vaginaku dengan kerasnya seakan memenuhi vaginaku, jauh lebih banyak dari punya Andri tadi, denyutannya begitu keras tapi tak bisa membuatku orgasme dalam waktu sesingkat itu. Setelah tidak ada lagi semprotannya, suamiku terkulai di atas tubuhku, kembali aku merasakan aroma tubuh yang berbeda di antara keduanya, kuelus punggungnya dan dia mencium keningku, lalu kami berbenah diri kemudian keluar kamar, tak kudapati dokter Andri di situ.

Kamipun menunggu di ruangannya, tak lama kemudian dia muncul.
“Oke tolong ibu kembali ke kamar tadi aku perlu berbincang dengan Pak Hendra dulu sebelum memeriksa Ibu” kata Andri sambil mempersilahkan aku kembali ke kamar.
Entah apa yang dibicarakan kedua laki laki itu di luar karena aku harus masuk kamar itu untuk ketiga kalinya, entah kali ini dengan yang mana lagi.
Sambil menunggu orang berikutnya yang masuk kamar, aku merenung tentang apa yang barusan terjadi, dalam tempo kurang dari 2 jam, aku sudah bercinta dengan dua orang yang aku cintai secara berurutan, suatu pengalaman yang tak akan terlupakan meskipun yang terakhir dengan suamiku tak sempat mengalami orgasme, sebenarnya ingin melanjutkan lagi untuk menuntaskan berahi yang tak tertuntaskan.

Aku sempat melamun kalau seandainya bercinta dengan mereka berdua sekaligus, seperti yang pernah aku lihat di film biru betapa indah dan nikmatnya, tapi segera kutepis khayalan itu karena suamiku sudah pasti akan keberatan kalau harus berbagi istri dengan orang lain.
Ternyata orang berikutnya yang masuk seperti dugaanku adalah Andri.
“gimana Ly, kamu harus berterima kasih atau mengumpatku ?” tanyanya menggoda
“tak kusangka begitu nikmat, begitu erotis” kataku sambil memeluknya pertanda terima kasih.
“kalau melihat begitu cepat, pasti kamu belum orgasme” tanyanya berlagak bodoh
Tanpa menjawab dan tanpa malu malu aku langsung membelakangi Andri membungkukkan badan dan menyingkapkan rok-ku hingga tampaklah pantatku yang putih mulus.
“beri aku sekali lagi Ndri agar tuntas” pintaku.

Dengan segera dia membuka resliting celananya dan tanpa melepas celana dikeluarkannya penisnya yang sudah menegang kembali. Pinggangku dipegangnya dan dengan sekali dorong untuk kedua kalinya aku menikmati penisnya hari itu. Kali ini aku tak berani teriak karena tak tahu dimana posisi suamiku, terdengar kecipuk cairan sperma suamiku yang masih di vaginaku ketika Andri mengocokku, tapi sepertinya dia tidak peduli. Kembali kurasakan perbedaan sensasi dan kenikmatan dari Andri dan suamiku, karena memang birahiku sudah tinggi, tak lama kemudian akupun mendapatkan orgasme untuk kesekian kalinya dari Andri, tanpa dia mengalami orgasme lalu Andri memasukkan kembali penisnya ke celananya.

“Aku sudah memeriksa alat reproduksi suamimu, penisnya gede juga sih pasti kamu puas dengan punya suamimu, Cuma karena agak membengkok ke kiri mungkin sedikit berpengaruh pada semprotannya dan karena gede dan panjang aku perkirakan berpengaruh pada rahimmu ketika dia mengocok dengan keras” katanya setelah merapikan celananya.
Kamipun kembali ke ruang praktek, suamiku menunggu di sana, setelah memberi obat penyubur dan obat lainnya kamipun berpamitan pulang ketika jam sudah menunjukkan 10 malam.
Pengobatan kami berlanjut terus setiap Senin Kamis dengan cara “therapy” yang sama, yaitu gantian antara suamiku dan Andri sambil dia melakukan therapy yang sebenarnya pada kami dan suamiku.
Lebih dari setahun kami melakukan konsultasi dengan dokter Andri ketika akhirnya kami memutuskan untuk beralih ke dokter lain karena tidak ada tanda-tanda kehamilan.
Antara kecewa dan bersukur karena kalau sampai hamil aku tentu bingung siapakah ayah dari anakku, suamiku atau Andri. Meski begitu aku masih berhubungan dengan Andri diluar praktek dia sebagai pelampiasan cinta yang terputus.

Itulah awal bagaimana aku akhirnya berpetualang dengan banyak laki laki dan pada akhirnya suamiku juga terbawa petualanganku untuk melakukan hubungan sex secara terbuka maupun beramai ramai.
Konsultasi Kehamilan Dengan Dokter yang Ternyata Mantan Pacarku Konsultasi Kehamilan Dengan Dokter yang Ternyata Mantan Pacarku Reviewed by rikangen.blogspot.com on March 13, 2019 Rating: 5

Menginginkan Balas Dendam yang Ternyata Mendapatkan Perawan

Menginginkan Balas Dendam yang Ternyata Mendapatkan Perawan Menginginkan Balas Dendam yang Ternyata Mendapatkan Perawan CERIAKANGEN ...

Powered by Blogger.