Kami Membuat Film Adegan Threesome Bersama Tini
Kami Membuat Film Adegan Threesome Bersama Tini |
CERIAKANGEN - Setelah beberapa lama aku tidak keluyuran di gunung, tiba-tiba muncul keinginan hendak memanggul ransel lagi sehingga ku siapkan perlengkapan tetapi kali ini aku mengajak sahabatku Indra yang juga getol bergiat sepertiku.
Karena Indra sedang libur kuliah, maka ajakanku langsung diterimanya dan kami sepakat berangkat untuk menjelajahi jalan-jalan di daerah pegunungan.
Hari yang ditentukanpun tiba, kami berangkat dengan menggunakan kendaraan umum dan ketika tiba di kota kecamatan kami turun. Dari terminal kecamatan perjalanan dengan berjalan kakipun di mulai. Sepanjang jalan kami melihat pemandangan-pemandangan yang menarik, termasuk gadis-gadis desa yang cantiknya masih alami.
Indra yang terkenal playboy dan sering menggoda mereka, aku hanya senyum-senyum saja melihat ulahnya.
Perjalanan hari ini berakhir jam 13.00, kami tiba di sebuah kampung lalu kami berusaha mencari warung untuk mengisi perut yang sudah keroncongan dan ketemulah kami sebuah warung makan, meski tidak seperti warung tegal pada umumnya tapi makanan yang tersaji lumayan enak. Usai bersantap aku dan Indra duduk lesehan di depan warung yang menyediakan dipan.
Pikiranku tiba-tiba teringat pada Tini, janda yang pernah ku geluti beberapa hari dan aku jadi kepingin menemuinya, mengulang kenikmatan birahi bersamanya seperti waktu itu tapi ... Indra bagaimana ?
Aku bingung untuk mencari jalan meski syahwatku sudah menuntut ingin ada pelepasan ....
" Heh ! Ngapain jadi ngelamun gitu ? " suara Indra mengagetkanku.
" Nggak .... Aku lagi mikirin route jalan kita euy. Kalau sekarang kita bergerak ke Citepus lalu ke Cikapayang kau siap, Ndra ?, tanyaku.
" Citepus dari sini masih 25 km kan ..... sekarang jam satu .... nyampe sore dong kesana " jawab Indra.
" Ya kalau sampai Citepus kita dah gempor, besok saja kita lanjut ke Cikapayang ", jawabku.
" Emang ke Cikapayang ada yang mau dituju ? " tanya Indra
Bingung aku mau menjawab tapi ......
" Dulu aku pernah lewat situ, terus kenalan sama cewek disana, Tini namanya .... " jawabku
" Kenalan berlanjut kencanan yaa ? " goda Indra.
" Ya gitulah ..... " jawabku.
" Ayolah, kita jalan sekarang. Kita atur nantilah " jawab Indra, sambil menyeruput kopi lalu membayar makanan yang sudah dipesan.
Dua ransel besar langsung menclok di bahu kami masing-masing dan kami mulai jalan lagi. Sepanjang jalan aku lebih banyak diam memikirkan bagaimana sikap Tini bila aku datang berdua dengan Indra. Indra sendiri sepanjang jalan selain memotret pemandangan yang bagus, juga menyempatkan diri menggoda perempuan-perempuan muda yang berpapasan ....
Tiba-tiba terdengar suara mobil di belakang kami ... ketika dekat dengan kami, sopir melongokan kepalanya
" Bade kamana yeuh ? ( Mau kemana nih ? )
" Citepus, Kang. " jawabku.
" Hayu lah .... Abdi ge bade kaditu " kata sopir itu. Langsung saja kami loncat ke bak belakang. Lumayan, dengan menumpang mobil ini, waktu tempuh kami jadi lebih cepat meski kami harus rela duduk tidak nyaman karena jalannya berbatu. 1 jam kemudian kami tiba di Citepus. Kami mengucapkan terima kasih pada sopir budiman ini lalu kami lanjutkan berjalan kaki menyusuri jalan desa menuju Cikapayang yang tinggal 5 km lagi .....
Tubuh kami sudah bersimbah peluh saat kami tiba di ujung desa. Sejenak kami beristirahat sambil menikmati pemandangan. Ku nikmati rokok kesukaanku sementara Indra sibuk memotret objek-objek yang menarik.
Setelah rasa lelah hilang, kami kembali berjalan dan akhirnya kami sampai di halaman rumah Tini. Sepi tidak ada orang saat aku mengucap salam. Aku kitari ke belakang ternyata sama, sepi .... berarti Tini belum pulang.
" Ndra .... Dah, kita istirahat aja dimari, yang punya rumah belum sampai ", kataku.
" Emang kamu sudah kenal sama penghuninya ta ? " Tanya Indra.
" Udah .. ", jawabku pendek. Jelas kenal, sampai ke lekuk-lekuk dalam tubuhnya, sambungku dalam hati.
" Udah sore, Ndra. Kamu mandilah di pancuran belakang, kalau nanti udara bakal dingin " kataku. Indra segera membuka ranselnya, mengambil handuk dan baju ganti lalu berjalan ke belakang, tak lama kemudian ku dengar suara kecipak air. Aku duduk di beranda rumah sambil membayangkan Tini ..... tiba-tiba hatiku kangen padanya. Dimana kamu Tin ?
" Heh !! Ngelamun lu ..... " Indra membuyarkan lamunanku.
" Udah mandinya ? Dingin yaa ..... " tanyaku.
" Anjrit, seger ni badan .... Air dari gunung asli tuh " jawab Indra.
" Sekarang giliranku ", kataku sambil mengambil handuk dari ransel. Ku nikmati kesejukan air pancuran sambil membayangkan keindahan yang pernah terjadi di tempat ini antara aku dan Tini.
Usai mandi ku mencium aroma kopi ... ternyata Indra sedang menyeduh 2 gelas kopi yang airnya dimasak di nesting dan apinya menggunakan parapin.
Ku seruput kopi buatannya lalu ku sulut rokok kesukaanku. " Ar, rokokku habis euy. Warung dimana ? ", tanya Indra. " Ya kamu kudu turun lagi ke Cikapayang " jawabku singkat.
" Alamak .... Jauh bener .... " Indra mengeluh.
" Rokokku masih ada tuh, aku bawa beberapa bungkus "
" Males ... rokokmu berat nyedotnya. Da lah, mungpung masih terang, aku turun saja ke ... mana ? "
" Cikapayang jawabku
" Nahhh Cikapayang " katanya sambil membuka ransel mengambil senter.
" Disana kamu gak sah ngomong-ngomong kita ada dimari, Ndra. " aku mengingatkan.
" Kenapa emang ? " Indra bertanya
" Nanti kamu bakal taulah .... Dah .. sana, jalan ... keburu gelap beneran " suruhku dan Indrapun kemudian berangkat. Tinggal aku sendirian melihat tubuh Indra yang membawa ransel kecil kian menjauh lalu hilang di belokan.
" Punten ....... Aeeehhhh ...... " sebuah suara mengagetkanku dan saat ku toleh .... Tini !
Aku segera menghampirinya lalu merahup tubuhnya ke dalam pelukanku. Tinipun memelukku ... terasa begitu kencang dia memelukku lalu ku angkat dagunya dan kucium bibirnya, Tini membalas ciumanku lalu tiba-tiba dia melepaskannya.
" Jangan disini Kang, ntar ada yang lihat .... " katanya dengan mata yang menyimpan binar kerinduan. Ku bantu Tini melepas bakul yang ada di punggungnya lalu dia membukakan pintu.
" Kenapa Akang tidak masuk saja ? Kan tau rumah Tini gak dikunci ..... " katanya.
" Maafkan Akang. Tapi kan yang punya rumahnya sedang tidak ada. Gak baik lah .... " kataku.
Ku angkut ranselku dan ransel Indra, rupanya Tini melihatnya ....
" Koq ranselnya bawa dua Akang ?" katanya
" Aku jalan dengan teman " kataku
" Terus .... Mana temannya Akang ? " Tini bertanya
" Sedang beli rokok ke Cikapayang " jawabku.
" Euleuh ...atuh lama ... mana jauh lagi "
" Gak apa ... tenang aja " kataku. Tini lalu menyalakan tungku sedang aku membantunya menyalakan lampu penerangan.
" Akang, Tini mandi dulu yaa .... Nanti kalau air dah mendidih, buat saja kopinya ", kata Tini sambil berjalan ke pancuran membawa handuk.
" Gak mandi bareng aja Tin " godaku
" Ih ... baong ( nakal ) ..... " katanya. Aku tertawa lalu aku membongkar ranselku dan kuambil bungkusan yang sengaja aku siapkan untuk Tini. Sambil menunggu Tini selesai mandi, aku sempatkan melihat situasi keluar yang sudah mulai gelap. Belum ku lihat tanda-tanda Indra kembali. Ku masukkan sepatu ke dalam rumah lalu pintu aku tutup.
" Kang ? " Tini memanggilku dan ketika aku melihatnya, tubuhnya hanya berbalut handuk dan rambutnya masih basah. Segera ku hampiri Tini, ku peluk tubuhnya yang masih menggigil. Tini balas memelukku, ku usap rambutnya yang wangi shampoo lalu ku angkat dagunya. Ku kecup bibirnya lalu ku lumat lembut. Tini membalas lumatanku dan tangannya berpindah ke leher belakangku, menekan kepalaku untuk lebih merapat ke bibirnya. Lidah kami berpilin dan tanganku menggerayangi sekujur tubuhnya yang masih terbungkus handuk. Kuremas kedua payudaranya yang masih kenyal dan entah bagaimana, handuk yang menutupi tubuh Tini pun terlepas karena keliaran tanganku. Tubuhku dan tubuhnya yang telanjang semakin merapat hingga akhirnya perlahan ku bawa dia ke kamar. Kami berbaring dan ku buka bajuku hingga telanjang. Temaran lampu kamar membuat gairah kami semakin terpacu.
Tubuh telanjangku menindih tubuh telanjang Tini. Lumatan bibirku dibalas panas oleh Tini, tangannya bergerak meremas rambutku, Tubuh kami sudah mulai basah oleh peluh.
Dengan perlahan namun pasti lidahku mulai menelusuri setiap lekuk liku tubuh Tini. Kujilat lehernya, dadanya yang sekal lalu berpindah ke ketiaknya. Tini menggelinjang dan mendesah tiada henti merasakan geli yang luar biasa saat kuperlakukan seperti itu. Puas menjilati kedua ketiaknya, lidahku bergerak menelusuri tubuhnya bagian samping ke arah bawah, saat perutnya kujadikan sasaran jilatanku, Tini semakin tak mampu menahan diri.
" Addduuuuhhhh ..... Akhhh ..... Akaaaaannnnggggg " kudengar rintihannya. Tanganku pun tidak diam, ku usap pahanya yang gempal lalu akhirnya bergerak ke bukit kemaluannya lalu kuremasnya bukit kemaluannya dengan lembut.
Sambil lidahku menjilati perut bagian bawahnya, jariku mulai bergerak menyusuri celah hangat di antara bibir kemaluan Tini yang sudah sangat basah. Jariku bergerak sepanjang celah itu dari atas ke bawah hingga tiba di lubang hangatnya. Aku ubah posisiku ke bentuk 69 .... Wajahku kini berhadapan dengan kemaluan Tini sedang Tini menghadap pada batang kemaluanku yang sudah mengeras seperti tongkat komando.
Kuusap bibir kemaluannya, kuhirup wangi kemaluannya lalu lidahku perlahan mendusal ke belahan kemaluannya. Tubuh Tini tersentak saat lidahku mulai beraksi dan tanganku membelai belai pahanya yang terkangkang untuk memudahkan kepalalu merapat ke kemaluannya. Pinggul Tini naik turun menahan geli sementara tangannya mulai memegang batang kemaluanku. Kurasakan Tini mulai menjilati dari ujung kepala batang kemaluanku yang mengkilat lalu setelah semua dia jilati, dia masukkan batang kemaluanku ke mulutnya lalu dia jilati sambil menghisapnya ..... aku kegelian sehingga kubalas juga aksinya dengan mencucupi daging kecil sebesar kacang merah di atas lubang kemaluannya. Tini semakin menggelinjang sehingga tiba-tiba ku rasakan kepalaku dijepit kedua batang pahanya ...... dan terciumlah aroma wangi kemaluan wanita yang sedang mengalami orgasme. Kemaluan Tini berkedut kedut dan kurasakan batang kemaluanku setengah digigit ..... Tini orgasme. Saat pahanya sudah tidak menjepit kepalaku lagi, ku ubah posisiku. Ku buka pahanya lalu ku simpan ujung kakinya di kedua bahuku sehingga terpaparlah kemaluannya lalu ku tempatkan batang kemaluanku tepat di depan bibir kemaluannya. Tini menahan nafas lalu ku gesekkan ujung batang kemaluanku pada bibir kemaluannya lalu dengan perlahan ku lesakkan batang kemaluanku ke dalam kehangatan tubuh Tini hingga mentok ke dasarnya..
Tini terpekik sambil matanya membeliak, tangannya mencakar lenganku sementara aku meremat kedua dadanya dengan kedua tanganku.
Mulailah kuhentakkan pinggulku dan dengan posisi itu batang kemaluanku dapat menekan klitorisnya setiap kali batangku keluar masuk di lubang kehangatan Tini. Ku remas buah dadanya sambil pinggulku menghentak hentak di selangkangannya yang menjepit erat batang kemaluanku sementara Tini yang tidak bisa memelukku hanya bisa melampiaskan kenikmatannya dengan meremasi bantal dan sprei alas tidur kami.
Dengus nafas kami berdua terdengar begitu memicu gerakan ayunanku dan goyangan pinggul Tini.
" Aaaakkkkkaaaannnnngggggg ..! Terussssss ..... oooohhhhh ..... aduuuuhhhh .... ssssss..!" Tini merintih rintih merasakan kejantananku dan akupun hanya mampu terpejam menikmati sensasi persetubuhan ini dan tak lama kemudian kurasakan gerakan Tini mulai menggila, sepertinya dia akan orgasme untuk kedua kalinya. Maka tanganku sekarang berpindah merapatkan pahanya maka lubang kemaluan Tini semakin terasa menjepit batang kemaluanku yang terus menerus menghentak-hentak. Gerakan Tini kian tak teratur, kepalanya bergerak ke kiri ke kanan, matanya terbeliak dan berputar-putar, sedangkan bibirnya merah merekah mengeluarkan suara rintih kadang desis. Aku semakin bersemangat mengayunkan batang kemaluanku dalam hangatnya jepitan pangkal paha Tini, dengan gemas kuremas kedua payudara Tini yang berkilat bersimbah peluh dan kudengar pekikan tertahan dari mulutnya
"Aduuuuuh........ Kaaakkkkaaaaaaaannnnngggg !" Tini menjerit dan tubuhnya mengejang saat meraih orgasmenya dan karena aku juga sudah tidak tahan, akhirnya kuturunkan pahanya dari bahuku, ku peluk tubuhnya dan kulesakkan batang kemaluanku sedalam-dalamnya
"Aaaaaaaaahk...... Tinnnnnnnn" aku merintih
Crrtt.. Crrtt.. Crrttt... Crttt... Crttt... air maniku muncrat berulang ulang dari batang kemaluanku, mataku terpejam dan terbeliak sedang tubuhku menegang. Tini yang masih berada di puncak kenikmatannya malah memutar pahanya dengan liar sehingga aku semakin terlambung kenikmatan ......
Setelah tidak ada lagi cairan yang menyembur, tubuhku ambruk menindih tubuh telanjang Tini lalu setelah kurasakan batangku mengecil, aku lepaskan tindihanku, berbaring bersisian. Napas kami masih memburu selama beberapa saat setelah pergumulan nikmat yang melelahkan itu.
Ingat dengan Indra, segera aku bangun, mengajak Tini ke pancuran. Kami membersihkan badan kami lalu segera berpakaian lalu kami duduk berdua di ruang depan menunggu Indra.
" Tin, aku bawain sesuatu buatmu ..... " kataku sambil mengambil bungkusan yang sudah kusiapkan lalu kuserahkan padanya.
" Apa sih Kang ? " katanya sambil membuka bungkusan itu dan Tini terpekik senang ketika melihat isinya.
" Aduh ... meni bagus begini " katanya sambil mematut-matutkan baju-baju yang kuberikan. " Akang, makasih ... makasih pisan " katanya. Aku hanya tersenyum melihat kegembiraannya.
" Pakai salah satunya Tin " pintaku.
Tini pun mengiyakan lalu dia beranjak ke kamar sambil membawa semua pemberianku dan ketika kembali lagi, Tini terlihat sangat manis menggunakan kaos lengan pendek dan panjang hingga menutup setengah pahanya yang gempal itu.
" Kamu cantik, Tin " kataku, tulus.
" Ah ... Akang ngegombal " katanya sambil tersipu. Saat aku bergerak hendak menciumnya, tiba-tiba ku dengar suara orang mengucap salam dan ketika kutoleh, ternyata Indra yanga. Tubuhnya bersimbah peluh dan langsung dia duduk ...
" Gila .... jauh banget, Ar ...... hadeeeuuuhhhh ..... " katanya sambil ngos-ngosan.
" Salah sendiri. Udah ditawari rokokku kamu gak mau ... " jawabku. " Eh, Ndra, kenalin .... Ini Tini, pemilik rumah ini " lanjutku.
" Oohhh ...., maaf " Indra segera menjulurkan tangannya untuk bersalaman dan disambut dengan ramah oleh Tini.
Tini kemudian ke belakang untuk mengambilkan air. Indra sempat melotot melihat pinggul Tini yang padat
" Heh !! " kataku
" Ups ... sory, sorry ...... bohay juga cewekmu, Ar " katanya
" Dari Cikapayang kamu bawa apa aja .... Cuma rokok ? " tanyaku mengalihkan perhatiannya.
" Oi tidak Brur. Aku bawa juga yang lain-lain ... makanan, minuman " katanya sambil mengeluarkan belanjaannya dari kantong. Aku turut mengeluarkan juga .... Lumayan banyak belanjaannya. Tini muncul membawa air lalu ku buka makanan ringan yang dibeli Indra, kemudian kami bertiga terlibat obrolan yang hangat. Tini terlihat senang mendengarkan cerita cerita Indra, kadang dia tertawa bila cerita Indra lucu.
Kemudian ku ajak Indra dan Tini untuk memasak makan malam karena memang kami belum makan. Jadilah di dapur kami sibuk mengolah makanan. Tini memasak, aku dan Indra meracik bahannya. Usai masak, kami duduk bertiga mengelilingi makanan sederhana hasil olahan kami dan selesai makan, kami lanjutkan obrolan.
Indra yang pandai bergaul telah membuat Tini menjadi akrab. Beberapa kali kulihat Tini memukul bahu Indra saat mendengar candaan dan godaannya.
Kemudian Indra mengajak Tini untuk membuat foto, untuk kenang-kenangan katanya dan ku sambut ajakan Tini dengan menyuruhnya menggunakan baju-baju pemberianku. Awalnya Tini menolak dengan alasan malu tetapi atas bujukan aku dan Indra, akhirnya Tinipun mau.
Segera Tini masuk ke kamarnya mengganti baju, sementara aku dan Indra sibuk menata background. Saat Tini sudah siap, mulailah sesi pemotretan amatir berlangsung dan setiap kali mengambil satu gambar langsung dilihat bersama, ada foto Tini sendiri, ada yang berdua denganku atau dengan Indra dan ada pula yang bertiga.
Suasana terasa sangat menggembirakan hingga tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 9 malam.
" Tin .... gak ngantuk ? " tanyaku ketika Tini hendak membuat kopi.
" Belum, Kang. Tini seneng pisan sekarang. Kang Indra lucu ... " katanya sambil tersenyum lalu berlalu ke dapur.
" Ndra ..... malam ini aturan tidurnya gimana ? " tanyaku pada Indra yg sedang anteng melihat foto-foto Tini.
" Ya merem dan berbaring .... " jawabnya tanpa melihat padaku.
" Ya iyalah, masa sambil loncat-loncat " jawabku.
" Palingan kamu dan Tini yang bakal merem melek " kata Indra sambil melihat padaku.
" Beneran ... gak bakal ganggu acaraku ? " kataku lagi.
" Ya .... Enak di kamu, kentang di aku " kata Indra.
" Derita Lo ajalah ..... " jawabku
" Eh ... ssttt ..... masih ingat dengan memori Selabintana ? " kata Indra agak berbisik
Aku tidak langsung menjawab, ingatanku langsung terbawa pada kenangan di Selabintana, dimana pada waktu itu aku ikut meniduri perempuan yang dibawa Indra di dalam tenda.
" Wah ... tapi .... Tini bisa gak yaa ? " tanyaku
" Urusan meminta kesediaannya, itu bagianmu ... bagianku mah ya ngikut nancepin " kata Indra.
Tini .... Threesome .... Ah, bisakah ?...... . Aku terdiam memikirkannya hingga akhirnya Tini keluar dari dapur membawa 2 gelas kopi dan segelas air teh.
Indra sodorkan kamera kepada Tini namun karena Tini sulit untuk memindai foto demi foto maka Indra duduk di sebelahnya. Tini begitu antusias melihat foto-fotonya. Kepalanya begitu dekat dengan kepala Indra. Hhmm ... sudah ada pembukaan yang baik bahkan tadi ketika sesi pemotretan, Tini tidak menolak saat tubuhnya diatur-atur oleh Indra.
Tiba-tiba terlintas ide mesum di otakku.
" Ndra ... kamu bawa handycam gak ? " tanyaku
" Bawa. Kenapa ? " Tanya Indra sambil menatapku sementara Tini masih anteng menatap kamera Indra. Aku kedipkan mataku dan Indra dapat menangkap pikiranku .... Indra mengangguk.
" Tin .... " panggilku
" Kah ? ( ya ) " jawabnya sambil menatapku.
" Buat film yuk "
" Film ? Film bagaimana, Kang ? " Tini bingung.
" Iya, buat film aja .... Indra akan jadi kameramennya, kita jadi bintang filmnya", jelasku.
" Ih, alim ..... isin ( ih ... gak mau ... malu ) " jawab Tini
" Kenapa harus isin .... kan cuma kita bertiga, gak ada yang lihat .... " bujuk (setan) ku.
" Nanti filmnya kita tonton bertiga juga Tin " timpal Indra sambil mengambil handycam di ranselnya.
Tini terdiam .... dari pancaran sinar matanya ada mau tapi malunya masih besar ....
" Ayo deh ... gak apa lah .... Itung-itung hiburan aja " rayuku sambil melingkarkan tanganku ke bahunya. Tini menatapku, wajahnya begitu dekat denganku sehingga ku kecup bibirnya dengan gerakan cepat .... Tini terlonjak lalu menatapku, matanya melotot tapi tidak ada marah disana .... Ada binar bahagia ... lalu dia melihat ke Indra dan Indra langsung pura-pura memeriksa handycamnya ..... Tini tersenyum padaku.
" Filmnya gimana, Kang ? " Tanya Tini.
" Film percintaan aja deh tapi yang sederhana " jawabku.
" Sederhana gimana ? " tanyanya lagi
" Gini, Tin. Awalnya kalian sedang duduk berdua disini, ngobrol seperti biasa terus nanti Arya akan mencium kamu ... ya lanjutin aja " jelas Indra
" Ah .... Isin .... Gak ah .... Alim " tolak Tini.
" Adegan pembunuhan atuh .... Tini bawa kampak atau golok di belakang, trus bacok aja Arya sampai mati, nanti hantunya kan muncul.... " kata Indra sambil menahan ketawa.
" Edan kamu ..... " kataku sambil tertawa. Tini tertawa mendengar seloroh Indra .... Rupanya dia menolak tadi karena malu saja ... jadi gak ada masalah sepertinya. Indra mulai mengaktifkan handycamnya. Tini memalingkan dan menutup mukanya karena malu, aku tatap Indra sejenak dan Indrapun memberikan isyarat dengan tangannya agar aku maju terus .....
Perlahan, tangan Tini ku lepas ... Tini menatapku.
" Jangan lihat kamera dan Indra, anggap saja dia tidak ada " kataku.
" Tini isin, Kang .... " jawabnya sambil menunduk
Ku angkat dagunya lalu ku kecup bibirnya .... Terasa tubuhnya menegang, ku usap punggungnya untuk membuat Tini rileks ...... perlahan ketegangannya mengendur dan lidahnya menyambut tarian lidahku. Kami berciuman, saling melumat, tangan Tini kemudian berpindah ke belakang kepalaku, meremas rambutku ... bibirku mulai bergerak ke lehernya, ku jilati lehernya, naik ke belakang telinganya sementara tanganku mulai meremas lembut dadanya. Tini mendesah dan merintih merasakan kenakalanku dan sepertinya dia mulai tidak memperdulikan keberadaan Indra yang terus merekam adegan panas kami tapi saat aku hendak melepas bajunya, Tini sempat berbisik ..." Kang, malu sama Kang Indra ". Kujawab sambil meraba pahanya " Indra gak apa-apa koq, tenang aja Tin. Gak usah dilihat deh" sambil kubuka bajunya dan lepaslah sehingga kini Tini hanya ber-bh dan ber-cd saja. Aku juga melepas kaosku lalu kembali Tini kucumbu. Tubuhnya kubaringkan sambil ku lumat bibirnya lalu perlahan dengan gerakan mengambang aku membelai buah dadanya dan karena merasa terhalang, ku buka pengait bh-nya sehingga kini terpampanglah buah dada Tini. Bibirku turun dari bibirnya lewati lehernya dan ketika sampai ke puncak dadanya, ku mainkan putingnya .... Tini melenguh, matanya terpejam dan dari mulutnya keluar rintih dan desah. Tanganku pun mulai beraksi, saat mulutku ada di dadanya, tanganku bergerak membelai perutnya dan ketika bibirku bergerak ke perutnya,. tanganku sudah bermain di pahanya. Tini sudah tidak terkendali lagi gerakannya.
"Kang Aryaaaa......, aduuuuhhh ...... aaaahhhhh ?!!" rintih Tini sambil mengangkangkan kakinya karena gerakan belaian tanganku sudah berpindah ke paha dalamnya. Sekalian saja .... kuturunkan celana dalamnya dan Tini tidak menolak bahkan pantatnya dia naikkan sehingga dengan mudah loloslah celana dalamnya. Tini bugil sudah dan matanya tetap terpejam serta tubuhnya menggelinjang seperti cacing kepanasan. Kulirik Indra, dia masih merekam adegan kami dan dia acungkan jempolnya.
Kubuka celana pendek dan cd ku sekalian hingga telanjanglah kami berdua. Ku tarik Tini agar tubuhnya agak bangun lalu ku lipat kakiku hingga Tini bersandar di dada dan pahaku. Kucium dia kembali dan tangan mulai Tini memainkan batang kemaluanku. Pahanya terbuka lebar mempertontonkan kemaluannya sehingga Indra dapat mendekati untuk memperjelas gambar rekamannya. Ku lirik, batang kemaluan Indra sudah tegak di balik boxer-nya ... pasti dia sudah terangsang lalu ku kedipkan mata memberi isyarat padanya.
Indra segera menyimpan kameranya di ransel tetapi aku yakin kameranya tetap dalam kondisi on karena tetap menyala lampu lead-nya.
Perlahan Indra membuka kaos oblongnya lalu mendekat perlahan ke arah kami yang sudah bugil. Mata Tini terpejam saat tanganku mulai bermain di bibir kemaluannya.
Tini yang sudah terangsang tidak begitu memperhatikan keberadaan Indra yang sudah mendekat dan kemudian Indra pun duduk di dekat kami. Dengan
Perlahan Indra meraba pipi Tini. Tini tersentak, matanya membeliak kaget ketika melihat Indra sudah setengah telajang di dekat kami, lagsung Tini memelukku dan Indra segera menjauhkan tangannya.
" Kang, Tini gak mau ah ......, masa Kang Indra ikut-ikutan " bisiknya.
" Tin, kita bergembira saja malam ini. Kan Indra juga sahabat Akang ", bujukku.
" Tapi kan gak harus ikutan ....... Tini malu " katanya.
" Emang siapa lagi yang lihat ... kan cuma bertiga ........" bujukanku makin kuat. " Lita lewati saja malam ini dengan saling menyenangkan dan saling memuaskan yaa " lanjutku sambil tanganku mulai mencolek-colet clitnya .... Tini menggelinjang kemudian matanya terpejam .... Lampu hijau rupanya ...... kukedipkan mata ke Indra, maka Indra kembali meraba tangan Tini dengan jarinya lalu perlahan naik. Kurasakan tubuh Tini agak menegang tetapi karena jariku terus bermain di clitnya, Tini sudah mulai pasrah dengan apa yang bakal terjadi. Sekarang Tini kembali ku baringkan dan aku mulai memainkan lidahku di bibir kemaluannya, sementara Indra dengan lembut mulai membelai rambut Tini dan bibirnya mencium kening, pipi dan perlahan-lahan bergerak ke bibirnya. Kulihat awalnya Tini menggeleng tetapi karena Indra piawai dalam urusan beginian akhirnya kulihat Tini diam lalu mulai menerima kehadiran bibir Indra meski matanya masih terpejam.
Telapak tangan Tini berjalin dengan telapak tangan Indra dan Indra tetap dengan telaten memainkan bibirnya di bibir Tini tetapi dengan perlahan tetapi pasti tangan Indra mulai
aktif meraba tubuh telanjang Tini. Indra mulai meremas buah dada Tini sementara bibirnya mulai bermain di leher, telinga Tini sehingga.
Tini semakin menggeliat-geliat karena kegelian dan sekarang aku tingkatnya permainan lidahku di bibir kemaluan Tini. Clit-nya ku belai-belai dengan lidahku sementara kedua tanganku masih meraba-raba pahanya yang gempal dan terbuka.
Indra terlihat sudah sangat bernafsu dan dengan perlahan akhirnya celananya dia lepaskan tanpa melepaskan bibirnya dari puncak dada Tini dan Tinipun sudah sangat terhanyut menikmati cumbuan dua orang lelaki. Tini mendesis tak menentu lalu Indra membimbing tangan Tini untuk memegang batang kemaluannya. Kulihat Tini mula-mula seperti ada gerakan tertahan tetapi akhirnya batang kemaluan Indra dipegangnya. Gerakannya mula mula hanya meremas karena dorongan rasa geli tetapi lama-kelamaan mulai bergerak naik turun. Indra melirikku dan ku kedipkan mataku sebagai tanda OK. Perlahan gerakan lidahku bergerak menelusuri paha Tini ke arah lutut sedang Indra bibir Indra bergerak turun dari dada lalu ke perut Tini ..... ketika bibirku sampai ke kaki Tini, kumasukkan jari-jari kaki Tini ke mulutku. Ku mainkan jari-jarinya dengan lidahku.
Tini tersentak bangun, langsung memeluk Indra karena geli yang luar biasa .... Jarinya seperti hendak mencakar punggung Indra
" Ooooohhhhh ..... aaaddduuuhhhh ..... Akkkkaaaaaang ...... gellliiiii ....oooohhhhh " kepala Tini terayun-ayun merasakan kegelian yang sangat luar biasa dan baru kali ini dia merasakan gelutan dua lelaki yang sama-sama binalnya. Mata Tini semakin terbeliak saat mulut Indra mulai bermain di kemaluannya. Tubuhnya sampai terbangun dan tangannya meremas bahu telanjang Indra. Aku lepaskan kakinya lalu aku sodorkan batang kemaluanku untuk dikulum olehnya. Tini genggam batangku yang sudah mengeras lalu dia masukkan ke mulutnya. Langsung dia kulum, dia hisap dan kepalanya maju mundur .... Aku sampai mengejang karena rasa ngilu dan nikmat yang luar biasa. Ku remas rambut Tini, kunikmati kuluman dan hisapan mulutnya.
Merasa Tini sudah tidak bisa menahan diri lagi karena nafsu birahinya sudah di ubun-ubun ... Indra melihat padaku, ku anggukkan kepalaku lalu Indra memposisikan tubuhnya di atas tubuh Tini lalu
Dituntunnya penisnya ke arah lubang kemaluan Tini yang sudah basah dan Indra gesek-gesekkan sejenak kepala batang kemaluannya lalu dengan perlahan dan pasti Indra mulai menikam lubang kemaluan Tini.
" Kaaaaannnngggg Indraaaaaaa..... " Tini memekik perlahan dan melepas kuluman di batang kemaluanku dan aku agak sedikit mundur untuk memberikan kesempatan kepada Tini menikmati persetubuhan pertamanya dengan Indra. Indra pun segera merapatkan tubuhnya ke tubuh Tini lalu mencium bibir Tini. Tinipun kemudian memeluk tubuh Indra dan dia naikkan kakinya membelit tubuh telanjang Indra.
Tini membalas ayunan pinggul Indra dengan menggoyangkan pinggulnya dan mereka melakukan itu sambil berciuman mesra, saling remas. Perlahan aku mundur dan ingin melihat persetubuhan mereka yang panas dari kamera yang masih menyala. Ku ambil handycam itu lalu perlahan ku dekati mereka. Ku arahkan ke wajah Tini yang terlihat begitu merangsang lalu aku ambil dari handycam itu sehingga terlihat punggung Indra yang basah oleh keringat sementara tangan Tini bergerak di punggung Indra lalu aku bergerak lagi menyorot ke arah selangkangan mereka. Terlihat batang kemaluan Indra keluar masuk ke lubang kemaluan Tini yang sudah basah, aku semakin terangsang lalu akhirnya ku simpan lagi handycam di tempat yang bisa menyoroti adegan panas itu. Ku colek Indra dan kemudian Indra melepas batang kemaluannya ........ Tini kuajak untuk berposisi ds, Tini manda saja ... setelah Tini berposisi merangkak, ku pegang pantatnya yang sekal, ku gesek-gesekkan kepala kemaluanku ke bibir kemaluannya yang becek dan tembem lalu ku selusupkan kepala batang kemaluanku dan kudorong ....... Blleeeesssss ..... masuklah batang kemaluanku dan kutekan sampai mentok.
" Aaaaaahhhh...... Kannnnggggg Aryyyyaaaaaa ........oooooohhhhhhhh " Tini merintih dan setelah beberapa detik aku diamkan batangku, mulailah aku bergerak mengayunkan batang kemaluanku maju mundur. Lubang kemaluan Tini yang masih peret membuat batang kemaluanku seperti dipijit-pijit sehingga kuresapi setiap gerakan ayunanku. Indra kemudian berbaring di depan Tini mempertontonkan kemaluannya yang tegak berlendir .... Maka Tinipun langsung menggenggam batang kemaluan Indra
dan menggelomohnya sambil naik menaik turunkan kepalanya.
Indra melenguh merasakan kenikmatan tiada terkira
"Tini ....... Tiniiiiii ...... duuuuhhhhhh .... Terus Sayang .... Terusssssss " Indra merintih rintih kenikmatan dan membuat Tini semakin bersemangat. Setelah beberapa saat berposisi begini Indra mengambil posisi duduk bersandar di dinding dengan paha mengangkang, tampak batang kemaluannya berdiri kokoh mengkilat karena cairan dari kemaluan dan ludah Tini kemudian Indra memberi isyarat padaku untuk berhenti dan mencabut batang kemaluanku. Tini ditariknya untuk mendekat lalu berbalik membelakangi Indra dan disuruh menduduki selangkangan Indra. Batang kemaluan Indrapun akhirnya masuk ..... bles, ahh.. Dengan posisi begitu maka dari depan mencuatlah daging kecil di atas lubang kemaluan Tini dan dengan perlahan Tini mulai menaik turunkan pinggulnya sementara Indra meremas buah dada Tini dari belakang, akupun kemudian berlutut diantara kaki mereka lalu mulailah kujilati daging kecil yang terpapar dihadapanku ...... Tini semakin liar saja gerakannya, menghentak-hentak dan tubuhnya bergetar, kurasakan kemaluan Tini berdenyut makin keras, lalu Tini meraih kepalaku dan merapatkannya ke selangkangannya ...... aku nyaris tak bisa bernafas dan akhirnya diawali dengan jeritan kecil Tini dan lenguhan Indra, kurasakan kemaluan Tini berdenyut keras, kakinya menjejak di lantai kayu dan rambutku setengah ditarik ......
" Aaaaahhhhhh ................ Aaaaahhhhhh ......... " gerakannya menghentak, orgasme rupanya dia kemudian aku jauhkan kepalaku, kulihat kemaluan Indra menikam dalam dari bawah
" Ttttiiiiiinnnnnnn ........... " lenguhan Indra terdengar saat melepaskan cairan nikmatnya untuk membanjiri kedalaman lubang kemaluan Tini.
Ku saksikan dua tubuh beda jenis saling meregang kenikmatan lalu setelah ku lihat kaki Tini sudah tidak menekuk lagi, segera ku minta Indra mendorong Tini. Setelah Tini berbaring terlentang dengan kaki terkangkang. Ku tempatkan tubuhku diantara kaki Tini lalu kudorong batang kemaluanku yang sudah mengeras hingga di dasar lubang kemaluan Tini. Tini mengangkat pinggulnya tinggi-tinggi, menyambut sodokanku. Sambil bergerak naik turun ku hisap puncak dada Tini.
"Uuuuuggghhh..., ooooohhhhh..., ...," aku melenguh menikmati persetubuhan ini dan tak kupedulikan Indra yang sedang menggelosoh menikmati sisa-sisa persetubuhannya.
"Kkkkaaang ....... Terussss ...... ooohhh..., terussss.." Tini pun meracau kenikmatan
Goyangannya jadi semakin cepat, liar tak terkendali. Rupanya Tini hendak orgasme lagi .....
"Kaaang, Tini mau lagiii ........Oooooohh ........terussss....... aaaaaaarghhhh...."
Tubuh Tini kembali menegang dan kurasakan batang kemaluanku seperti diperas lembut oleh jepitan daging kemaluannya yang sudah banjir dan hangat. Akupun merasa akan ada yang meledak dari tubuhku lewat batang kemaluanku dan kupercepat ayunanku dan ketika Tini menjerit sejadi-jadinya saat melepas orgasmenya, akupun hujamkan sedalam-dalamya batang kemaluanku.
"Uuuuuggghhh..., ooooohhhhh..., Tiiiinnnnnnniiiiiiiiiiiiii...,"
"Kkkkaaaannnggggg .....ooooohhhhhhh " tubuh Tini dan tubuhku tegang bersamaan saat puncak kenikmatan diraih bersama-sama.
Setelah ketegangan sedikit berkurang lalu ku cabut batang kemalanku lalu aku berbaring di sebelah Tini dengan nafas yang tersengal-sengal ... begitu pula Tini.
Hening di ruangan itu, hanya deru nafas dari kami bertiga yang terdengar perlahan. Tini terbaring terkangkang dengan mata terpejam, Indra masih duduk tersandar kelelahan dan akupun hanya terbaring menikmati sisa-sisa permainan threesome ini .......
Tini yang bangun duluan, kemudian dia memunguti pakaiannya yang tercecer lalu berjalan ke belakang untuk ke pancuran .... Sementara Indra segera memakai celana boxernya lalu mengambil handycam. Aku dengan tetap bugil menyusul Tini ke pancuran.
Tini sedang membersihkan tubuhnya saat aku tiba lalu aku berjongkok di dekatnya, ku bersihkan pula tubuhku.
" Gimana, Tin ...... ? " tanyaku memecah keheningan
" Akang nakal ..... Akang jahat ........ " kata Tini
" Tini gak suka dengan yang tadi ? " tanyaku. Tini tidak menjawab tapi terus memelukku ..... ku dengar isaknya ....
" Maafkan Akang Tin ... maafkan Indra juga ..... "
" Tini malu Kang .... Malu sama Akang dan Kang Indra ..... "
" Gak apa .... Sudah terjadi kan dan tidak ada yang dipaksakan tadi .... Semua berjalan begitu saja " kataku sambil mengusap punggung telanjangnya.
" Akang gak anggap Tini perempuan nakal kan ? " tanyanya
" Ya tidak atuh .... Siapa yang nakal ? " jawabku
" Dasar bararaong ih ... " katanya sambil tersenyum lalu dia siramkan air seember ku tubuhku. Kami mandi berdua dan setelah bersih, kami kembali ke rumah. Tini mengenakan kembali bajunya dan akupun memakai bajuku.
Lalu kami duduk bersama, melihat hasil rekaman tadi ..... Tini begitu antusias melihat adegan demi adegan threesome pertamanya di handycam Indra ... kadang dia terpekik sambil memukul bahuku.
Malam ini hanya sekali saja kami melakukannya karena tenaga kami habis terkuras .... Usai melihat hasil rekaman, kami ngobrol sejenak lalu akhirnya ketika kantuk menyerang, akhirnya kami tidur bertiga di ruang tengah ... Tini tidur memelukku sementara Indra memeluk tubuh Tini dari belakang.
Kami Membuat Film Adegan Threesome Bersama Tini
Reviewed by rikangen.blogspot.com
on
November 25, 2018
Rating:
No comments: