Kisah Parmin yang Penuh Dengan Petualangan Seks

Kisah Parmin yang Penuh Dengan Petualangan Seks

Kisah Parmin yang Penuh Dengan Petualangan Seks
Kisah Parmin yang Penuh Dengan Petualangan Seks

CERIAKANGEN - Parmin tinggal di sebuah kota kecamatan di wilayah Jawa Tengah.. tepatnya sebuah desa yang berada di daerah pegunungan. Kisah ini terjadi pada saat musim kemarau.. di mana sumber mata air dan kali/sungai yang menjadi sumber kehidupan di desa kecil itu mulai kehilangan airnya.

Hanya tinggal 1 sumber mata air  belik.. di tepi kali yang lokasinya cukup jauh dari desa..
sehingga belik itu menjadi pusat kegiatan warga desa di pagi dan sore hari, sekedar untuk mandi, mencuci, buang air..
juga mengambil air bersih untuk masak di rumah.

Tapi belik ini akan sepi jika sudah di atas jam 9 pagi.. karena semua warga sudah kembali melakukan aktivitas yang lain. Di samping belik itu telah dibangun 2 buah kamar mandi oleh warga, untuk tempat mandi bersama.
Waktu itu hari minggu jam 10an.. di mana warga yang lain telah selesai melakukan aktivitas di belik itu.

Si Parmin memang termasuk remaja yang malas bangun pagi kalo minggu.
Tidak seperti anak-anak yang lain, yang tetap bangun pagi diteruskan membantu kegiatan orangtuanya di ladang.
Karena untuk pekerjaan di ladang orangtua si Parmin telah dibantu tetangganya.

Ketika si Parmin sampai di belik ternyata ada seorang perempuan yang masih mencuci pakaian, tapi sepertinya tak lama lagi akan selesai.

Setelah dekat si Parmin mengenali perempuan itu ternyata Mbak Nur..
Istri mas mbarep tetangganya yang bekerja di Jakarta dan hanya pulang 3 bulan sekali sebagai sopir pribadi di ibukota.

Mbak Nur bukan asli desa si Parmin, aslinya dari tetangga desa.. Tapi karena mas Mbarep sudah punya rumah sendiri di desa.. maka Mbak Nurlah yang menempatinya dengan anaknya yang masih umur 4 tahun.

Di desa Parmin.. Mbak Nur bisa dibilang cantik.. dengan kulit putih bersih dan postur tubuh yang ideal. Tidak luar biasa memang.. tapi sanggup bikin mata laki-laki melotot liat dadanya yang ukuran 36b.. dan tubuh yang masih kencang.
Maklum saja.. Mbak Nur ini masih berumur 24 tahun.

Terjadilah percakapan sederhana karena mereka bertetangga. Kemudian si Parmin mengambil air ke ember dan masuk ke kamar mandi.. Di saat Parmin menggosokkan sabunnya ke badannya terdengar ketukan di pintu kamar mandi.. disusul suara Mbak Nur memanggil.

"Parmin, Min.. bisa pinjam gayungnya Min, saya mau mandi.." ucap Mbak Nur.

Si Parmin dengan bengong membuka pintu sedikit dan mengulurkan gayungnya ke luar, yang langsung diraih Mbak Nur.

Si Parmin bingung juga heran..
"Kan Mbak Nur tadi nyuci juga bawa gayung sendiri..? Kok minjam aku..?"

Sementara Mbak Nur sudah masuk kamar mandi yang sebelah.. si Parmin jadi Piktor.. Karena ia dan teman-temannya sering ngintip ke kamar mandi sebelah saat mandi bareng-bareng temen-temennya. Dan warga sudah banyak yang tau kalo anak-anak remaja suka ngintip kalo lagi mandi di kamar mandi tersebut.

"Ahh.. kesempatan emas nih.." batin Parmin..
Maka tanpa banyak pikir lagi Parmin langsung naik ke bak mandi.. dan mulai melongok ke kamar mandi sebelah.. Kamar mandi tersebut memang ada atapnya, tapi tembok tengahnya lebih rendah.. jadi ada celah cukup lebar untuk bisa dilewati tubuh manusia.

Sambil berdebar-debar si Parmin melongokkan kepalanya hati-hati untuk bisa melihat aktivitas di ruang sebelah. Ia melihat Mbak Nur mulai melepas daster pelan-pelan..

Si Parmin dengan tubuh telanjang dan busa sabun yang masih menempel di tubuhnya mulai gemeteran melihat hal tersebut. Gemetaran antara rasa takut dan nafsu yang bergelora di dadanya.. Juga si otong yang mulai membengkak dan makin keras. Tapi rasa takut ternyata kalah dengan nafsu yang makin tinggi..

Tanpa sadar Parmin semakin melongokkan kepalanya.. dan semakin jelas dia bisa melihat Mbak Nur.. yang sekarang mulai melepas BHnya.. Dug..! dug..! dug..!
Detak jantung Parmin makin keras berdetak memompa darah di dada si Parmin, yang berakibat makin banyak darah yang dipompa ke si otong..
dan si otong makin besar dan panas.. karena makin banyak darah yang berkumpul.

Mata si Parmin semakin melotot melihat 2 buah bukit kembar.. ukuran 36B yang putih mulus.. dengan puting coklat muda menghiasi puncak bukit kembar tersebut.. masih kencang.. putih.. mulus..

Dan adegan selanjutnya makin mebuat si Parmin bernafsu lagi..
Ketika Mbak Nur mulai melepas celana dalamnya yang berwarna hitam.. sangat kontras dengan kulit Mbak Nur yang putih mulus..

Dan.. ketika segi tiga pengaman itu mulai melorot..
Maka tersembullah segerombolan bulu-bulu warna hitam yang tidak terlalu lebat dan halus.. Hampir seperti punya anak yang masih perawan.. bukan keriting tak beraturan, tapi lebih lurus.

Tapi Mbak Nur melakukan semua itu dengan santai.. Aneh memang hal ini bagi si Parmin.. Karena.. biasanya cewek-cewek/perempuan-perempuan lainnya kalo lagi mandi dan di sebelah ada anak-anak cowok lagi mandi juga.. mereka selalu menengok ke atas untuk melihat apa ada yang ngintip mereka. Tapi kali ini Mbak Nur tidak melongok sedikitpun ke atas.

Si Parmin makin heran.. karena Mbak Nur melepas pakaiannya malah pelan-pelan. Otaknya sudah dipenuhi nafsu, memang.. tapi si Parmin masih bisa mencerna sedikit hal-hal yang sedang berlangsung ini.

Dari Mbak Nur meminjam gayungnya.. padahal bawa sendiri.. kenapa musti pinjam..?
Padahal Mbak Nur tahu Parmin sedang sabunan.. dan pasti Parmin membutuhkan gayung itu.

Kemudian.. kenapa Mbak Nur melepas pakaiannya tanpa menengok ke atas.. untuk melihat apakah si Parmin berusaha ngintip..?
Malah melakukan semua itu dengan kepala agak menunduk.

Si Parmin sekarang bukan cuma melongok.. tapi seluruh kepalanya sudah berada di kamar mandi sebelah.. Dadanya dan lengannya yang berada di atas tembok penyekat kedua kamar mandi tersebut. Praktis si Parmin sudah tidak bisa dikatakan mengintip.. tapi sudah melihat ke bawah.. dan harusnya Mbak Nur bisa dengan mudah melihat setengah badan Parmin yang telah berada di atasnya..
Hanya 80cm di atasnya.

Si Parmin semakin memperhatikan wajah Mbak Nur.. Dan Parmin bisa melihat ternyata Mbak Nur sambil menunduk dia melirik ke atas. Mata si Parmin sesaat beradu dengan lirikan mata Mbak Nur..
DUERRR..!
Bagai ada halilintar di siang itu..! Si Parmin sangat kaget dan secara refleks berusaha sembunyi di balik tembok penyekat.

Degup jantungnya semakin naik ke 7000RPM.. padahal sebelumnya hanya di kisaran 5000RPM.. Semakin gemetaran badan si Parmin.. Sambil masih menggantung di tembok dan telanjang.. Busa sabun sudah kering sekarang, karena suhu badan si Parmin naik sampai 38 derajat celcius.

Si Parmin telah siap menerima caci maki dari Mbak Nur.. karena dia tahu bahwa Mbak Nur telah melihatnya ngintip.. Tapi tidak terjadi apapun.. justru guyuran air yang si Parmin dengar dari kamar mandi sebelah. Si Parmin makin bingung.. takut.. penasaran.. dan pasti nafsunya mulai bangkit lagi..
Si otong yang tadi sempat ngedrop abis.. sudah mulai garang lagi.

Akhirnya.. dengan tekad bulat si Parmin melongok lagi ke sebelah..
Dan dia melihat Mbak Nur sedang mengguyur badannya dengan gayungnya, tanpa menunjukkan kecurigaan apapun.. padahal jelas tadi Mbak Nur melihat dia..? Ahh.. masa bodoh.. si Parmin sudah nekat..!

Mbak Nur mulai menggosok-gosok badannya.. tetap sambil menunduk.. Kemudian Mbak Nur mengambil sabun mandi.. dan mulai menyabunin badannya. Dimulai dari kedua kakinya kemudian badannya.. Dan ketika menyabunin 2 buah bukit kembarnya, Mbak Nur menggosok-gosokkan sabunnya dengan cara memutar-mutar hingga menyentuh 2 putingnya.. Dan sepertinya Mbak Nur memilin-milin kedua putingnya tersebut..

Si Parmin makin blingsatan.. Tanpa sadar si Parmin mulai memegang si otong yang semakin keras dan mulai mengocoknya pelan-pelan.. sambil masih melihat Mbak Nur yang sekarang sudah mulai meremas-remas bukit kembarnya.. tapi masih tetap menundukkan kepala. Sementara Parmin melihatnya sudah dengan mata yang mulai sayu.. karena mulai merasa enak si otong dikocok-kocok sendiri.

Ketika sedang asyik-asyiknya melihat Mbak Nur yang sedang meremas-remas buah dadanya sambil asyik mengocok si otong.. tiba-tiba Mbak Nur mendongakkan kepala ke atas.. dan mata Mbak Nur bertatapan dengan mata Parmin.. tapi bukan tatapan melotot.. melainkan tatapan sayu dari keduanya.

Untuk beberapa saat si Parmin dan Mbak Nur hanya saling menatap tanpa melakukan apapun.. Tapi.. 4 - 5 detik kemudian.. baik Parmin juga Mbak Nur mulai melakukan aktivitasnya semula. Ya.. Mbak Nur meneruskan meremas-remas buah dadanya.. Sementara si Parmin mulai mengocok si otong lagi.. masih sambil saling menatap.

Sejenak kemudian Mbak Nur tersenyum kepada Parmin dan si Parmin membalas senyuman itu.. Mbak Nur kemudian mengangkat kakinya ke bibir bak mandi yang ada di kamar mandi tersebut.. sambil berkata.. "Parmin.. sini.. turun.."

Dan bagai kerbau dicocok hidungnya si Parmin melompati tembok tersebut dan turun ke dalam kamar mandi yang dipakai Mbak Nur mandi.. Sesampainya di dalam.. si Parmin hanya melongo diam seribu bahasa.. hanya matanya yang menjelajahi tubuh Mbak Nur yang kini berdiri di hadapannya.. tanpa sehelai benangpun di tubuhnya.. Dengan posisi satu kaki di atas bak mandi yang memperlihatkan lipatan kulit berwarna merah di balik rimbunnya bulu-bulu halus di selangkangan Mbak Nur..

Dengan tubuh yang sama-sama telanjang dan si otong yang tegak mengacung ke atas.. selayaknya senjata seorang perjaka tulen.
Demikian juga dengan Mbak Nur.. dia dengan semangat memperhatikan senjata si Parmin yang telah keras dan tegak mengacung ke atas..
sepertinya menunjuk-nunjuk mukanya.

Suasana hening.. karena keduanya sibuk memperhatikan tubuh yang ada di hadapannya. Sesaat kemudian Mbak Nur memecah keheningan tersebut dengan berkata.. "Sini saya guyur biar sabunnya bersih.." Si Parmin hanya diam saja.. terdiam lebih tepatnya.

Mbak Nur mengguyur tubuh Parmin dan menggosok-gosok tubuhnya.. menghilangkan sisa sabun yang belum sempat dibasuh tadi. Di sela-sela gosokan tangannya Mbak Nur mengelus-elus senjata si Parmin juga.. hal ini membuat Parmin mendesah nikmat..

Mbak Nur terus mengguyur tubuhnya untuk menghilangkan sabun yang ada di tubuhnya Sejurus kemudian Mbak Nur kembali mengguyur tubuh Parmin..

Dan kembali Mbak Nur mengelus-elus senjata Parmin yang praktis sudah siap meledak..
Si Parmin hanya berdiri tanpa melakukan apapun, hanya bisa mendesah nikmat.. Sementara Mbak Nur.. sambil mengelus-elus senjata Parmin dia mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Parmin..
sedang Parmin hanya bisa mendesah sambil memejamkan matanya.

Kemudian Parmin merasakan bibirnya ada yang menyentuh-nyentuh.. dan kemudian dia rasakan bibirnya dilumat olah bibir Mbak Nur. Parmin hanya bisa diam sambil merasakan kenikmatan di senjatanya.. bibirnya juga mulai terasa nikmat..
lidah Mbak Nur mulai masuk kedalam mulutnya, secara tidak sadar Parmin menghisap lidah Mbak Nur..

Mbak Nur makin merapatkan tubuhnya.. hingga tubuh mereka bersatu sekarang.. Masih sambil mengelus-elus senjata Parmin, Mbak Nur mulai menjelajahi leher Parmin..
dan Parmin makin blingsatan merasakan serangan-serangan nikmat tersebut.

Bibir Mbak Nur semakin turun kedada Parmin.. mulai menjilat dan mengenyot-ngenyot puting si Parmin.. armin makin merinding mendapat serangan itu. Tanpa sadar tangannya mulai memeluk Mbak Nur dan mulai meraba-raba punggung Mbak Nur. Tapi Mbak Nur tidak menghentikan serangnya.. malah berlanjut.. Bibirnya menjelajah turun ke pusar Parmin.. terus turun..

Dan kini Mbak Nur sudah berjongkok di depan Parmin, masih sambil mengocok senjata Parmin dengan tangan kanannya.. kemudian tangan kirinya ikut memegang senjata yang berdenyut-denyut dan terasa panas di kedua tangan Mbak Nur..

Dengan wajah bahagia.. Mbak Nur memperhatikan senjata Parmin yang tegak di depan wajahnya itu.. Dia perhatikan.. bahwa senjata itu kini berwarna kemerahan.. panas.. kerasss.. berdenyut kuat.. Tidak seperti senjata suaminya yang hitam dan tidak begitu keras.

Mbak Nur tahu bahwa senjata di hadapannya sekarang ini adalah perjaka tulen..
Tanpa membuang waktu Mbak Nur mulai menciumi senjata Parmin.. mulai di topi bajanya..
Kemudian ke batangnya.. diteruskan ke pangkalnya.. bahkan telurnyapun Mbak Nur ciumin.. seakan mendapat mainan yang telah lama diimpikan.

Sementara si Parmin hanya bisa menyandarkan tubuhnya ke tembok kamar mandi sambil mendesah-desah kenikmatan karena ciuman-ciuman Mbak Nur di senjatanya.
Matanya terpejam.. tangannya memegang rambut Mbak Nur yang menciumin senjatanya.
Mbak Nur makin gemas dengan senjata orisinil yang belum pernah buat nembak sasarannya secara benar ini..

Kemudian topi baja tersebut dia kulum dengan lembut.. sambil matanya terpejam.. dengan wajah bahagia.. seakan mengulum sesuatu yang nikmat sekali.
Dia kulum-kulum kepalanya sambil diputar pelan-pelan..

Sementara si Parmin sudah sangat sangat nikmat..
Parmin merasakan sesuatu yang bergejolak liar di dalam perut bawahnya dekat dengan pangkal senjatanya..

Parmin tau.. ini rasa yang menandakan sebentar lagi akan ada ledakan di ujung senjatanya.. yang kini sedang dikulum dengan sepenuh perasaan oleh Mbak Nur..

Tetapi.. rasa nikmat kali ini jauhhhh lebih nikmat.. daripada rasa nikmat jika dia melakukan onani dengan sabun menggunakan tangannya sendiri..

Sesaat kemudian tubuh si Parmin mengejang seakan terkena sengatan arus listrik bertegangan extra tinggi..
dengan bola mata yang hampir terbalik hanya tinggal putihnya saja..

Tubuh si Parmin terlonjak mengejang..!
Sekali.. kemudian sekali lagi.. dan sekali lagi.. disusul oleh sentakan berikutnya..

Hampir 8x tubuh Parmin tersentak mengejang-ngejang.. yang bersamaan di setiap mengejangnya tubuh Parmin di ujung senjatanya yang sedang dikulum Mbak Nur dengan sepenuh perasaan meledak..!

Menembakkan misil kental berwarna putih dengan kecepatan 120km/jam.. langsung mengarah ke ujung tenggorokan Mbak Nur yang hangat.

Dan.. Mbak Nur menyambutnya dengan semakin dalam mengulum dan menghisap.. dengan semakin terpejam matanya..
untuk menikmati setiap ledakan yang terjadi di dalam mulutnya..
Delapan tembakan misil kental tersebut semuanya Mbak Nur telan tanpa ada sisa..

Bahkan setelah 8x dibombardir misil kental dengan bau yang khas tersebut Mbak Nur masih bersemangat mengulum dan menhisap senjata Parmin..
seakan ingin meminta tembakan-tembakan berikutnya..

Setelah memuntahkan ledakan-ledakan tersebut.. tubuh si Parmin melengkung ke depan..
karena Mbak Nur tetap mengulum dan menghisap senjatanya.. terasa sangat ngilu di ujung senjata Parmin..

Parmin sudah tidak tahan dengan rasa ngilu tersebut.. sehingga dia berkata.. "Mbak.. Nur.. sudahhh.. ngiluuu mbak burungkuuu.."

Mbak Nur kemudian membuka matanya dan melihat ke arah Parmin..
sambil tetap mengulum senjata Parmin.. kemudian dilepaskan senjata Parmin dari mulutnya..

"Gimana Min..? Enak yaaa..?"

"Iiya mbak.. enak buanget deh.. kok jauh lebih enak daripada onani ya, mbak..?"

"Ya, iyalah Min.. lebih enak dikulum gini daripada onani.. Tapi ada yang lebih enak lagi loh, Min.. Mau ngrasain gak yang lebih enak lagi..?"

"Mau mbak.. diapain lagi mbak supaya lebih enak..?" tanya Parmin bloon.

Sambil Mbak Nur berdiri.. dia bilang.. "Dimasukin ke sini Min..!"
Sambil dia raih tangan Parmin dan dibimbingnya ke selangkangannya.

Si Parmin merasakan bulu-bulu halus yang tumbuh di selangkangan Mbak Nur.. masih basah oleh air.. tapi ada yang terasa basahnya lain..
Ya.. di balik bulu-bulu halus itu.. jari-jari Parmin merasakan ada cairan agak kental dan hangat..

Mbak Nur membimbing tangan Parmin untuk bergerak mengusap belahan di selangkangannya..
Kemudian dia lumat lagi bibir si Parmin sambil berkata.. "Min.. terus Min.. digosok-gosok.. punyaku. Hiya Min.. terusss.. enak Minnn.. esshhh.."

Si Parmin membalas lumatan bibir Mbak Nur dengan semangat sambil terus menggosok-gosok selangkangan Mbak Nur..
Terasa di jari Parmin bahwa cairan kental hangat tersebut semakin banyak.
Dan tubuh Mbak Nur mulai bergoyang-goyang.. kadang maju-mundur.. kadang ke kiri ke kanan..

Sambil terus berciuman Mbak Nur berbisik.. "M..min.. masukinnn jarimu ke lubangnya Minnn.. shhhh.. akhhh enakkk.."

Parmin mulai mencari-cari lubang yang dimaksud Mbak Nur..
Sesaat kemudian jari Parmin menemukan lubang yang hangat dan licin..
Dia masukin satu jari tengahnya.. hangat.. licin..
Dan terasa jarinya diremes-remes lembut.. seperti dihisap-hisap oleh lubang itu jarinya..

Refleks Parmin mulai menggerakkan jarinya keluar-masuk.. pelan-pelan..
"Eshhh.. iya Min.. shhh enak Min.. masukin lagi satu Min.." desah Mbak Nur.

Parmin menurut saja dengan memasukkan jari telunjuknya bersamaan dengan jari tengahnya..
Dan Parmin mulai menggerakkan 2 jarinya keluar-masuk lubang hangat itu..

Tangan Mbak Nur mulai merayapi selangkangan Parmin mencari senjatanya kembali..
Di sana dia menemukan senjata itu.. ternyata masih kokoh.. keras.. hangat.. dan berdenyut..
Tidak seperti senjata suaminya yang langsung terkulai lemas tak berdaya jika telah menembak selangkanganya.

Gembira sekali Mbak Nur mengetahui hal ini.. langsung saja senjata Parmin dia kocok-kocok lagi..
Mbak Nur kemudian mengangkat satu kaki kirinya ke atas bak mandi..
Lalu dibimbingnya senjata si Parmin ke lubangnya..

Si Parmin merasakan ujung senjatanya menyentuh sesuatu yang hangat.. licin.. dan rasanya nikmat..
Kemudian terasa kepalanya mulai masuk ke lubang tersebut..

Mbak Nur makin mendorong masuk seluruh senjata Parmin yang berukuran standar itu.. tapi keras..
Si Parmin merasakan kenikmatan yang luar biasa.. di ujung senjatanya..
Terasa ujung senjatanya menyentuh dinding lembut.. licin.. hangat.. dan terasa dikenyot-kenyot..

"Ahhhh uenak Mbak Nur.. shhh.. uhhhh.."

Mbak Nur demikian juga.. merasakan sodokan senjata Parmin ini terasa sangat nikmat.. sensasinya luar biasa..

"Iya.. Minnn.. shhhh nikmat sekali senjata kamu Minnn.. shhh achhh.. keras sekali.. Terus Min sodokin terus Min.. yahhh shhh gitu Min.."

Parmin walupun belum pernah melakukan hal ini.. tapi secara insting dia mulai mendorong keluar-masuk senjatanya ke dalam lubangnya Mbak Nur.. yang semakin licin dan hangat.. juga terasa lubang tersebut seperti menarik-narik senjata Parmin.

Keduanya sudah lupa dengan keadan sekitarnya..
Yang mereka ingat hanya saling lumat.. saling peluk dan raba..

Pinggul Mbak Nur bergoyang dengan lincah..
Dia keluarkan ilmunya dari goyang ngebor.. hingga goyang gergaji..

Sementara Parmin.. semakin cepat memompa lubang Mbak Nur..
Bagai piston mesin mobil yang bermula pelan.. sekarang mencapai RPM tertinggi hingga hampir mencapai limiter..

Berdua mereka memacu birahi di kamar mandi yang sepi itu..
Bunyian kecepok.. kecepok.. kecepok.. mulai ramai menimpali..
akibat beradunya 2 pasang paha dan senjata Parmin di lubang Mbak Nur yang semakin becek..

"Sshhhh.. ahhh.. terus Min.. yang kennceng.. akku mau nyampeeee.. Min.. aahh shhh achhh.."

"Iiya mbak.. uenak Mbak Nur.. Sshhh ahhhh.. akkhu juga mau keluar mbak.. achhhh.. achhhh.. achhh..!"

Parmin kembali menembakkan misil lendirnya ke dalam rahim Mbak Nur..

"Hiyahhh Min.. aaahhh.. Sshhh achh.. Aaachhh.. achhhh.. Aku nyampe Min.."

Berdua mereka menyampai kenikmatan tertinggi pagi itu.. dengan tubuh yang saling berpelukan erat..
Berdua bagai melayang hingga menembus puncak kenikmatan..

Kisah Kedua - Mbak Sri Tetanggaku

Ini kisah sejati kedua si Parmin, hanya nama dan tempat yang telah diganti.

Kisah ini terjadi pada masa remaja si Parmin.. setelah perjaka si Parmin direnggut oleh Mbak Nur di kamar mandi umum desa mereka.

Dan setelah kejadian di kamar mandi di tepi kali itu si Parmin dan Mbak Nur berulangkali melakukannya lagi..
baik di kamar mandi tepi kali.. maupun di rumah Mbak Nur.
Sehingga kali ini Parmin sudah lumayan punya jam terbang dalam hal seks sebenarnya.

Kisah ini bermula gara-gara TV yang masih merupakan barang mewah di desa si Parmin.
Ya.. tidak semua rumah punya barang yang berjuluk Televisi. Hanya beberapa rumah saja yang punya barang mewah itu.

Oh iya.. perlu diketahui si Parmin merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara..
Saat Parmin berusia 17an semua kakaknya telah berkeluarga dan tinggal di rumah mereka masing-masing..
sehingga Parmin hanya tinggal di rumah dengan kedua orangtuanya yang telah berumur 60an tahun.

Setiap sore hingga malam rumah si Parmin selalu ramai oleh tetangga yang pada numpang nonton TV, tetapi hanya sampai jam 9 malam.
Kecuali malam minggu maka bisa sampai jam 12 malam.

Ada tetangga bernama Mbak Sri.. yang kadang-kadang ikut nonton. Dia tetangga sebelah rumah si Parmin.
Orangnya putih.. umur sekitar 25an sudah punya anak 2 berumur 6 tahun dan 2 tahun.
Rumahnya bisa dibilang nempel dengan rumah si Parmin.. karena jika anaknya Mbak Sri nangis saat malam.. maka si Parmin bisa dengar suaranya.

Kisah ini terjadi saat musim penghujan.. di mana udara malam hari di desa si Parmin terasa menusuk tulang.
Yah.. karena desa si Parmin memang ada di daerah pegunungan.

Akhir-akhir ini si Parmin agak heran dengan Mbak Sri.. istrinya mas Marno.. yang jadi tukang bangunan.
Karena.. tiap jam 9 malam malah datang nonton TV di rumah Parmin..
Praktis yang nongkrong nonton hanya ada si Parmin dan Mbak Sri saja.. karena tetangga yang lain udah pada pulang dan orangtua Parmin sudah istirahat.

Ternyata.. mas Marno sudah 1 minggu kerja di tempat saudaranya yang di luar kota, rencananya 1 bulan sekali baru pulang.. dan ini baru selesai 4 bulan lagi.

Sudah jadi kebiasaan si Parmin.. jika nonton TV selalu tiduran di sofa dan pakai bantal serta selimut.
Malam itu memang terasa dingin sekali.. karena di luar gerimis.. yang telah turun dari sore hari tidak kunjung berhenti.

Para tetangga gak ada yang ikut nimbrung nonton di rumah si Parmin.
Malah Mbak Sri yang datang jam 9 ikut nonton TV.

Mbak Sri duduk di dekat kaki Parmin yang ditutupin selimut.. sementara Parmin hanya duduk biasa aja.

Sambil nonton TV mereka ngobrol-ngobrol ringan mengomentari acara yang ditayangkan di TV malam itu.
Hingga suatu saat.. Mbak Sri bilang.. "Duh dingin sekali ya Min malam ini.. sampai merinding saya.."

"Iya Mbak Sri.. pantes gak ada yang dateng dari sore tadi.. pada males keluar, orang-orang..″

"Iya.. pada seneng di rumah.. ngelonin istri-istrinya pastinya tuh orang-orang..″

"Hehehe.. Mbak Sri gak ada yang ngelonin ya..? Lagi puasa to mbak..?" komentar Parmin nakal.

"Iya, nih Min.. mas Marno masih lama pulangnya.." jawab Mbak Sri terus terang.

"Min.. ikut selimutan yah..? Dikit aja.. biar ga terlalu dingin.."

"Tarik aja selimutnya Mbak Sri, aku kakinya tak tekuk ya.. biar muat.."

Lalu Mbak Sri ikut selimutan dengan si Parmin.. memang jadi terasa hangat satu selimut berdua.
Selanjutnya mereka diam untuk melihat acara TV..

Si Parmin otaknya gak konsen dengan acara yang ditayangkan TV saat itu.. tapi sudah mulai ngeres.. mikirin kesempatan ini.

Si Parmin mulai beraniin diri untuk mencoba memancing-mancing..
Dengan cara.. kakinya yang ditekuk mulai agak diluruskan yang kanan.. hingga ujung kakinya menyentuh paha Mbak Sri.. ternyata Mbak Sri diam saja karena memang ujungnya saja.

"Masih dingin gak, Mbak Sri..?" tanya Parmin mengalihkan perhatian.

"Nggak Min, udah terasa hangat.." jawab Mbak Sri sambil ngelirik si Parmin.

Wah.. diam saja nih.. batin si Parmin.

Parmin jadi makin berani memancing-mancing suasana yang memang sangat memungkinkan itu.
Ujung kaki si Parmin mulai digesek-gesekkan di paha Mbak Sri..
Pelan-pelan memang.. karena si Parmin masih gak yakin dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Mbak Sri masih diam..
Tapi sambil mukanya menatap TV matanya mulai melirik ke ujung kaki Parmin yang gesek-gesekin pahanya.

Si Parmin sambil deg-degan menghentikan usahanya itu.. karena takut Mbak Sri akan marah.
Tapi kakinya tetap ditempelin ke paha Mbak Sri.

Tanpa diduga Mbak Sri ngomong.. "Kakimu pegel ya, Min.. ditekuk begitu..?"

"Eh.. i iya mbak.. pegel nih.." jawab Parmin glagapan..
Waduh.. malu juga nih.. Batin Parmin.

"Sini selonjorin aja.. sekalian tak pijitin.." seloroh Mbak Sri.

"Ah.. gak usah mbak.. pegel dikit saja kok.." elak Parmin sok malu-malu.. Padahal dalam hatinya bersorak kegirangan.

"Gak apa-apa Min.. tak pijit biar pegelnya ilang.." tambah Mbak Sri lagi.

"Eh.. bener Mbak Sri ga papa-apa..?" si Parmin memastikan.

"Iya.. gak apa kok.. kan juga gak ada orang Min. Sini taruh di atas paha aja dua-duanya.. biar tak pijit sambil nonton TV.." jawab Mbak Sri lagi.

"Mmmm.. ya deh mbak.." jawab Parmin sok alim.. Padahal.. otaknya dah jumpalitan saking girangnya.

Parmin segera muluruskan kakinya dan menaruh di atas paha Mbak Nur.

Maka setelah itu.. Mbak Sri memulai mijitin kaki Parmin sambil berkata.. "Tapi mijitnya pelan-pelan ya Min.. kalo keras gak kuat saya.."

"I-iya mbak.. enakan pelan-pelan gitu kok.. Eh.. tangan Mbak Sri kok halus, ya..?" goda Parmin.

"Ah.. bisa aja kamu Min, wong tangan kasar gini kok dibilang alus.." Sambil tangan Mbak Sri mulai mijit-mijit ke arah tumit si Parmin.

"Iya kok mbak.. halus. Kok enak ya dipijit-pijit gini.." tanya Parmin pura-pura blo'on.

"Baru juga dipijit gini aja bilang enak.. gimana kalo dipijit yang enak bener kamu, Min.." Timpal Mbak Sri makin berani.

"Mau dong mbak.. dipijit yang enak. Dipijit gimana sih mbak yang enak itu..?" Parmin belagak lugu.

"Udah, diam aja deh.. ntar juga enak.." jawab Mbak Sri lagi.

Mbak Sri mijitnya mulai naik ke paha si Parmin.. sementara Parmin diam saja, tapi otaknya dah geres aja.
Sementara itu.. dedeknya sudah mulai tegang.

Mbak Sri sambil mijit tapi masih tetap melihat TV.. hanya tangannya aja yang mulai naik.. naik.. naik.. hingga paha bagian atas si Parmin.

Kemudian Mbak Sri melihat ke arah Parmin sambil tersenyum.
Si Parmin hanya bisa balas tersenyum sambil menelan ludah.. membayangkan yang akan terjadi kemudian.
Sambil bilang.. "Iya mbak.. enak mbak dipijit pahanya.."

"Hhmm.. dah enak ya Min..? Bentar lagi lebih enak deh, Min.." Jawab Mbak Sri sambil tersenyum penuh arti..
Sementara tangan Mbak Sri udah mulai nyampe pangkal paha Parmin.. dan telah pula mulai mengusap-usap pangkal paha Parmin.. bukan memijit-mijit lagi.

Si Parmin sudah mulai blingsatan menahan rasa geli.. bercampur nafsu yang menggelora. Mukanya si Parmin makin merah..
Apalagi ketika tangan Mbak Sri mulai menyentuh-nyentuh dedek si Parmin yang sudah sangat tegang itu sambil berkomentar..
"Iihh.. kok dipijitan malah keras nih, si dedek..?"

"Ehhh.. iya nih mbak.. abisnya uenak mbak mijitnya.." Jawab Parmin makin senewen diperlakukan seperti itu.

Tanpa bertanya dan berkata lagi Mbak Sri mulai memegang dedek Parmin dari luar celana kolor yang Parmin kenakan.. sambil matanya menatap lekat mata Parmin yang mulai merem melek gak beraturan..

"Uhhh.. mbak.. enak mbak dipijit itunya.." erang Parmin.

Mbak Sri hanya tersenyum manis mendengar itu..
Tangannya mulai mengelus-elus sambil pelan-pelan berusaha melorotkan celana kolor Parmin dengan tangan yang satunya lagi.

Si Parmin tau.. maka pura-pura sambil mendesah nikmat.. ia angkat pantatnya.. supaya Mbak Sri bisa melorotin kolor dan celana dalamnya dengan mudah.

Mbak Sri paham.. bahwa Parmin juga sudah siap untuk adegan selanjutnya..
Maka segera pula dia plorotin kolor dan celana dalam Parmin bersamaan hingga ke pahanya.

Sekarang Mbak Sri bisa leluasa menggenggam dedek si Parmin dengan kedua tangannya..
sambil mulai mengelus-elus dedek Parmin yang dah sangat keras dan panjang itu..

"Iihh.. Min punyamu keras sekali dah.. juga panjang hangat lagi.."

"I-iya mbak.. kok enak ya mbak..? Diapain to mbak dedeku.. kok enaknya kayak gini..?"
Si Parmin masih belagak lugu aja.

"Enak kan Min..? Ini baru dielus-elus Min.. belum dikocok. Hmmm.. pasti lebih enak Min.. mau..?"
Pancing Mbak Sri.. sambil lidahnya dia sapukan ke bibirnya sendiri..

Makin panas saja suasana di ruang TV itu.

"He'eh.. mau mbak.. mau..! Sshhhh.. uenak mbak.."

Sejurus kemudian Mbak Sri mulai melakukan gerakan mengocok batang dedek si Parmin dengan penuh kelembutan..
sambl tetap menatap mata Parmin yang mulai merem-melek keenakan.

Dia usap-usap kepala batang itu dengan satu tangan.. dan satu tangan lagi mengocok batangnya..
Sementara itu.. Mbak Sri sepertinya juga sudah mulai sangat terangsang dengan keadaan itu..

Sambil mengelus-elus dan mengocok.. Mbak Sri merem melek juga merasakan sensasi itu.
Sepertinya Mbak Sri sudah tidak bisa menahan nafsunya juga..
sehingga tanpa banyak tanya lagi dia mulai menunduk dan mulai mencium kepala dedek si Parmin.

Dengan penuh perasaan yang bercampur nafsu Mbak Sri mulai mengulum-ngulum dengan sepenuh perasaannya.

Si Parmin merasakan kepala dedeknya terasa nikmat sekali dikulum-kulum seperti itu..
Dia juga mengangkat pantatnya.. supaya Mbak Sri bisa mengulum dengan mudah.

Mbak Sri kemudian turun dari sofa dan duduk berjongkok di bawah Parmin.. sehingga lebih leluasa mengulum.. menghisap..
dan menjilat batang kenikmatan Parmin yang tegak mengacung.. bagaikan menara tugu muda waktu malam..
karena waktu itu malam.. ujungnya berwarna merah kena sorot lampu.. hihihi.

Dan.. si Parmin tidak mau tinggal diam..
Tangannya mulai pula merayap di punggung Mbak Sri yang sedang asyik mengeksploitasi batang kenikmatannya.

Sambill mulai meraba-raba turun ke arah bokong Mbak Sri yang jongkok.
Mbak Sri tau itu.. Ia pun mulai menggeser pantatnya ke arah kepala Parmin dan mulai nunggingin pantatnya.

Parmin mulai meraba-raba bokong Mbak Sri yang semok itu..
Karena Mbak Sri hanya makai daster tipis.. maka tangan Parmin leluasa menaikkan daster itu ke atas.

Tangan itu pun mulai bergerilya di bokong yang hanya berselimut celana dalam warna pink itu..
Dia elus-elus bokong bulat putih itu yang mulai bergoyang-goyang seirama dengan gerakan naik-turun kepala Mbak Sri yang menghisap-hisap batang kenikmatan Parmin.

Mbak Sri berinisiatif untuk melepas celana dalamnya tanpa melepas mulutnya dari batang Parmin yang sangat nikmat itu..
Secara otomatis tangan Parmin sudah mengelus-elus bokong mulus dan putih itu tanpa ada kain yang menghalanginya.

Tangan Parmin mulai mengarah ke celah bokong Mbak Sri..
Ia mulai menemukan lipatan-lipatan berbulu hingga lubang anus yang telah basah oleh cairan lengket dan licin.

Jari-jari nakal Parmin mulai membelai-belai celah itu sambil kadang-kadang menyelusup ke lubangnya..

Mbak Sri merasakan sentuhan-sentuhan jari Parmin di lipatan kenikmatannya..
Justru hal itu semakin membuat Mbak Sri bersemangat menghisap batang kenikmatan Parmin.. yang mulai terasa berkedut-kedut kencang.

Mbak Sri semakin nungging dan mengangkangkan kedua kakinya.. supaya jari-jari Parmin bisa leluasa beroperasi di lubang kenikmatannya.
Jari-jari Parmin kini sudah mulai masuk dan bergerak keluar-masuk di lubang sempit nam becek itu..

Mula-mula hanya satu jari yang keluar-masuk..
Kemudian Parmin tambah jadi 2 jari.. dia sodokkan ke lubang kenikmatan Mbak Sri..

Itu membuat Mbak Sri mengangkat kepala dan melepaskan kulumannya sambil mendesah.
"Sshhhh.. ahhh.. enak Min. Hiya Min.. lebih dalam Min masukinnya..!" Serunya setengah berdesah.

"Iya mbak.. kontolku juga ueeenak mbak.."

Mbak Sri kemudian bergerak lagi.. tetap sambil mengulum-ngulum kontol Parmin yang makin besar dan merah itu..
dia mengangkat bokongnya ke atas muka si Parmin.. hingga tersajilah serombongan bulu hitam lebat di muka Parmin.

Parmin tau apa yang diinginkan Mbak Sri dari pengalamannya dengan Mbak Nur tetangganya juga.
Langsung saja Parmin menyorongkan mulutnya ke dasar rimbunnya rambut-rambut lebat itu.

Bibirnya langsung menyapu lipatan yang sudah banjir olah cairan lengket dan licin yang berbau sangat khas.. membuatnya makin bernafsu saja.
Bibir Parmin langsung melumat bibir bawah Mbak Sri yang ditumbuhi bulu-bulu yang sangat lebat itu..

Dengan semangat 45 Parmin menyerang.. membabat.. menjilat.. menusuk.. memek Mbak Sri..
Sementara bambu runcingnya dia sodokkan dengan semangat yang sama ke dalam mulut Mbak Sri..

Hal ini makin membuat Mbak Sri keenakan.. sehingga dia mulai menggoyangkan bokongnya..
Dia tekan-tekan memeknya ke mulut Parmin.. dengan harapan dapat kenikmatan yang lebih lagi.

Sementara itu.. tangan Parmin mulai mengarah ke bukit kembar Mbak Sri yang masih dikurungi bra tipis..
Dia mulai meremas-remas buah dada yang berukuran 36b itu.. membuat pemiliknya makin kenikmatan saja..

Tanpa membuka pengikat bra itu.. hanya menggesernya ke arah atas.. Parmin mulai memilin-milin dan mengelus-elus buah yang terasa kenyal dan halus itu..

Mbak Nur mulai kewalahan.. menerima serangan yang bertubi-tubi dari Parmin yang bersemangat 45 itu.
Ternyata si Parmin dengan jam terbangnya yang cukup baru.. tapi telah berhasil membuat Mbak Sri gak bisa menahan nafsunya lagi yang telah menggeloranya.

Mbak Sri sekali lagi mengubah posisi..
Kali ini dia langsung jongkok di atas senjata Parmin yang masih keras mengacung ke atas.. bagai bambu runcing pejuang 45 yang haus akan darah para serdadu belanda.

Tanpa ba-bi-bu lagi.. Mbak Sri langsung menghujamkan pantatnya ke bawah..

Slephh.. Jlebb..!

"Heghh..!"
"Ughh..!

Maka.. seketika amblaslah bambu runcing si Parmin.. semerta dengus keduanya.. seperti terhenyak..
menusuk tandas.. ke dalam memek Mbak Sri yang telah basah kuyup oleh lendir kenikmatannya sendiri.

Setelah amblas semua senjata Parmin ke dalam memeknya.. Mbak Sri diam sambil menengadahkan wajahnya.. dengan mulut terbuka dan mata menutup..

Dia hanya menahan dalam-dalam senjata Parmin hingga menyentuh mulut rahimnya..
Dan menikmati memeknya yang terisi penuh..
Dia mencoba memijit-mijit senjata Parmin dengan otot-otot memeknya..

Si Parmin hanya bisa melenguh nikmat.. dan nenggoyang-goyangkan pantatnya naik dan turun..
Terasa ada dinding halus dan hangat yang meremas-remas senjatanya di dalam sana..

Terasa pula ujung senjatanya menyentuh dasar dari lubang memek Mbak Sri.. sehingga kenikmatan yang dia rasakan makin bertambah-tambah saja..

Beberapa saat kemudian Mbak Sri membuka matanya dan tersenyum pada si Parmin..
Ia mulai bergerak.. menggoyangkan pantatnya dan naik-turun.. hingga batang senjata Parmin seolah-olah diurut-urut oleh memek Mbak Sri..

Pelan.. Mbak Sri melakukan hal itu sambil terus menatap Parmin yang juga menatap mata Mbak Sri..
terjadi komunikasi tanpa kata di antara mereka berdua.. saling meresapi yang sedang terjadi dengan sepenuh hati gerakan-gerakan erotis itu.

Parmin kemudian mengangkat kepala dan badan atasnya.. sehingga mukanya sejajar dengan buah dada Mbak Sri yang masih tertutup dasternya.
Dia naikkan daster tersebut hingga terlihat buah dada Mbak Sri yang bulat menantang.. putih dihiasi dua puting yang berwarna lebih gelap..
Parmin langsung menjilati puting yang kiri.. sedang tangannya mengusap-usap puting buah dada yang kanan.

Mbak Sri makin tersengat tubuhnya oleh arus kenikmatan yang menjalar dari puting dan memeknya..
Dia bergoyang makin liar di atas senjata Parmin..

Dia turunkan lagi dasternya.. sehingga si Parmin berada di dalamnya sambil tetap mengenyot.. menjilat.. mencium.. dan meremas-remas bungkahan di dadanya itu.

Semakin Mbak Sri bergerak liar dan makin cepat.. goyangannya makin cepat dan hentakan-hentakan memeknya makin kencang..
memasukkan senjata Parmin makin dalam.. tandas berkali di lubuk rahimnya..!

Tangan Mbak Sri makin kencang mendepak kepala Parmin yang berada di dalam dasternya..
Dan dengan mata terbelalak sambil mulut terbuka.. tubuh Mbak Sri mengejang keras dan kencang.. seolah-olah terkena sengatan arus listrik yang sangat tinggi.

Mbak Sri mendorong memeknya ke arah senjata Parmin makin dalam.. dan makin ketat memeluk kepala Parmin..
sehingga Parmin kesulitan bernafas karena didekap seperti itu..

Terasa kemudian oleh senjata Parmin.. remasan-remasan.. kedutan-kedutan yang sangat nikmat dari memek Mbak Sri..
Ternyata Mbak Sri telah medapatkan orgasme pertamanya..
......

"Aahhh.. Sshhh.. aaku nyampeee min.. shhhh ahhhh eankknya.. kontolmu Min..!" Racau Mbak Sri tampa malu-malu lagi.

"Hiyyya Mbak Sri.. memekmu juga nikmat sekali.." jawab Parmin sambil mencoba mengambil napas.

"Iihhh kamu kok hebat sih, Min.. bisa tahan kayak begini..?" tanya Mbak Sri.

"Kamu dah pernah ngentot sebelumnya ya..? Hayooo ama siapa..?" tanya Mbak Sri lagi.

"He-eh. I-iya mbak.. ada deh.. yang jelas ama cewek, mbak.."
Si Parmin gak mau nyebutin siapa.. ntar dibilang ember lagi..

"Hayo Min.. serang lagi memekku Min.. sampai kamu keluar ya..!" Mbak Sri menawarkan service selanjutnya.

Mbak Sri kemudian nungging di sofa.. dan si Parmin berdiri di belakang Mbak Sri..
sambil dia arahkan bambu runcingnya ke arah memek Mbak Sri yang masih basah kuyup itu..

Slebh.. blebbh..
Tanpa kesulitan.. kontol Parmin kembali menusuk dalam-dalam memek Mbak Sri.. hingga amblas mentok ke pangkalnya..

"Adduhhh.. mentok Min..! Gila.. enak sekali Min kontolmu..!
Terus Min.. sodok yang keras Min.. sodok terus Min..! Entotin memekku Min..! Sshhh.. ahhh..!" Mbak Sri meracau gak karuan.

"Hiya mbak.. memekmu juga nikmat nih.. kontolku terasa diurut-urut nikmat.. Sshhh.."

Si Parmin menimpali racauan Mbak Sri.. sambil kontolnya dihujam-hujamkan dalam-dalam di memeknya Mbak Sri yang juga berusaha bergerak maju-mundur..
menerima serangan dan sodokan kontol Parmin yang besar dan panjang itu.

Sambil tangan Parmin yang kiri mengelus-elus dan memilin-milin puting Mbak Sri.. tangan kanannya mulai meraba-raba sunholenya Mbak Sri..
"Iihhh.. Min.. geli Min.." erang Mbak Sri menanggapi ulah Parmin di sunholenya.

Merasa mendapat lampu hijau.. maka Parmin mulai memasukkan ibu jari kanannya ke memek Mbak Sri bersamaan dengan kontolnya.. agar ibu jarinya licin..
kemudian dia oles-oleskan cairan licin itu di sunhole Mbak Sri.

Lalu ibu jari Parmin mulai dimasukkan pelan-pelan ke sunhole Mbak Sri yang masih perawan itu..
"Iih..Min diapain Min..? Iih.. geli, Min.."

Ibu jari Parmin agak kesulitan memasuki sunhole itu.. Tetapi akhirnya berhasil juga ibu jari itu masuk sedikit demi sedikit..

Kemudian sambil mengentot memek Mbak Sri.. Parmin mulai menggerakkan ibu jarinya keluar-masuk..
"Minnn.. apa itu Min.. shhhh sakit Min.. shhh.. ahhh..!" Erang Mbak Sri di sela-sela kenikmatannya dientot memeknya.

Lama-lama Mbak Sri merasakan nikmat di sunholenya.. "Min.. kok enak ya, Min.. pantatku Min.."

Parmin kemudian menarik kontolnya dari memek Mbak Sri.. lalu mengarahkannya ke sunhole yang sudah mulai terbuka karena tusukan-tusukan ibu jarinya..

Dia arahkan kontolnya yang sangat keras itu ke sunhole Mbak Sri.. dan mulai ditusukkan..
"Hhek..!?"
Mbak Sri terkaget dengan hal itu.. tapi kepala kontol Parmin sudah mulai masuk..

Dan sambil dipegang kontolnya.. Parmin tusukkan sekali lagi..
"Hhek..! Aduh Min..! Sakit Min..! Jangan min..!" Erang Mbak Sri kesakitan.

Si Parmin gak mau kesempatan ini lolos begitu saja..
Maka dia pegang pantat Mbak Sri dengan kedua tangannya.. setelah itu.. sekali lagi ditusuk tuh sunhole Mbak Sri..

"Hhek..!" Masuklah kontol Parmin hingga setengah..
"Adduh Min.. sakit min..!" Rintih Mbak Sri.

"Diam dulu Mbak Sri.. ntar enak deh pasti.." jawab Parmin menenangkan.

Maka.. pelan-pelan Parmin mulai menyodokkan kontolnya keluar-masuk liang pantat Mbak Sri..
Mbak Sri sendiri sambil menggigit bibirnya.. akhirnya makin lama makin merasa keenakan..

"Hiya Min.. aduh.. masih sakit sih .. tapi dah terasa enak.. Min. Shhhh.. enak Min.. aduh..!"

Si Parmin mulai memacu kontolnya di liang pantat Mbak Sri.. Dia hujamkan dalam-dalam kontolnya ke liang pantat Mbak Sri itu..
Terasa pijitan yang sangat nikmat di kontol si Parmin.. sehingga dia mulai melayang di awang-awang kenikmatan..

Sementara Mbak Sri sendiri sudah mulai mengayunkan pantatnya maju-mundur.. mulai bisa menerima serangan di pantatnya.. yang baru kali ini dia rasakan..
Bagi Parmin lubang ini terasa lebih menggigit daripada lubang memeknya Mbak Sri..

"Ahhh.. shhh ahhh.. gila mbak.. nikmatttt.. mbak.. aku mau keluar mbak.."

"Hiya Min.. shhhh enak banget Min.. shhhh kluarin aja Min.."

Setelah menggembos semangat.. dengan hentakan yang makin membabi buta si Parmin menyerang lubang pantat Mbak Sri..
hingga kemudian tubuh Parmin terhentak dan mengejang.. sambil kontolnya memuntahkan lahar yang panas di dalam lubang pantat Mbak Sri..
berkali-kali pantat Mbak Sri ditumpahi peju dari kontol Parmin..

Sementara.. sambil matanya terpejam.. si Parmin melayang di awan kenikmatan..

Setelah kejadian itu.. si Parmin dan Mbak Sri kembali melakukannya lagi berulangkali.
Kadang di rumah si Parmin.. kadang di rumah Mbak Sri.. saat tetangga Parmin nonton TV di rumahnya.

Kini si Parmin makin sibuk.. melayani gairah 2 perempuan yang sudah bersuami namun jarang dibelai.. Ya.. itu Mbak Sri dan Mbak Nur..

Dasar si Parmin lagi semangat 45.. kadang satu malam si Parmin bisa main dengan Mbak Nur dan Mbak Sri.. tapi tetap sambil nyuri-nyuri waktu dan kesempatan.

Kisah Ketiga - Mbak Tri si Penjahit

Kemarin si Parmin diomelin oleh orangtuanya.. gara-gara uang buat beli kain seragam dan ongkos jahitnya dipakai buat jajan sama temen-temennya.
Alhasil.. sampai masuk kelas 3 SMA si Parmin gak punya seragam baru.

Sebenarnya si Parmin tidak masalah gak pakai baju baru, tapi orangtuanya yang risih liat baju Parmin udah sempit.
Akhirnya orangtuanya yang nitipin uang ke tukang jahitnya sekalian..
si Parmin tinggal datang ke tempat Mbak Tri si tukang jahit di desa tetangga.. untuk diambil ukuran badannya.

Hari Rabu pagi itu si Parmin mampir ke tukang jahit dulu sebelum berangkat ke sekolah.
"Kulonuwun.."
Ucap Parmin di depan pintu rumah Mbak Tri yang kelihatan sepi, karena anaknya sudah berangkat sekolah dan suaminya yang guru SMP.. juga sudah berangkat.

"Monggo.." jawab Mbak Tri dari dalam kamarnya.
"Ee.. dik Parmin, mari masuk dik.."

Mbak Tri keluar dari kamarnya sambil masih memakai daster tipis tanpa lengan.. dengan rambut sepunggung yang masih basah.. karena baru saja keramas.

"Makasih mbak.. kemarin ibu saya ke sini ya, mbak..?" tanya Parmin.

"Iya, udah titip pesen ke saya kalo dik Parmin mau ke sini hari ini.. udah sini langsung diukur saja.."
jawab Mbak Tri sambil mengambil meteran dan dikalungkan di lehernya.

"Diukur buat bajunya dulu ya dik.."

"Ya Mbak Tri.."

"Lah.. uang seragamnya kamu pakai buat apa to dik..? Pakai jajan ya..?" tanya Mbak Tri sambil senyum.

"He-eh.. iya Mbak Tri, saya benernya gak pakai baju baru juga gak apa kok. Tapi ibu malah marah-marah.. hehehe.." ucap Parmin.

"Lah, buat jajan apa.. hayoo..? Sudah berani jajan to dik Parmin ini.. wah payah anak sekarang.."
Mbak Tri main nerocos saja.. padahal Mbak Tri orangnya cantik.. dengan kulit putih dan tinggi sekitar 160 sentimeter dan postur tubuh ideal.
Tapi kalo ngomong ceplas-ceplos.. apalagi sama anak-anak muda seusia Parmin.

"Hah.. jajan makanan kok Mbak Tri.. bukan jajan yang lain kok.." sergah Parmin gak mau dipojokin.

"Halah.. mosok jajan makanan aja sampe uang sakunya gak cukup..? Kan ndak mungkin dik, paling juga jajan itu tuh..!"
Mbak Tri semakin sengit memojokkan si Parmin sambil tetap senyum-senyum menggoda.

"Iihh.. Mbak Tri ini.. aku kan gak pernah jajan yang macem-macem, mbak.." Parmin makin sewot.

"Hihihi.. ya kalo memang jajan itu juga.. Mbak Tri mau ngapain to dik Parmin..?
Wajar toh.. kan udah remaja.. Malah kalo blom pernah.. saya gak percaya lo dik.."

Sambil menyelidik Mbak Tri mulai mengambil ukuran badan bagian atas tubuh Parmin.

"Iihh Mbak Tri kok gak percaya.. saya ini masih ting-ting mbak.. suerrr..!"
Parmin mulai senewen nih.. tapi mulai agak-agak horny juga dia.. dipancing perdebatan seperti itu oleh Mbak Tri.

"Ahhh.. mosok masih ting-ting..? Paling juga tong-tong..!" Gurau Mbak Tri sambil meneruskan mengukur tubuh Parmin.

"Yahh.. kalo Mbak Tri gak percaya dites saja to Mbak Tri.. gitu aja kok repot.." Jawab si Parmin sekenanya.

"Lah kok penakmen.. pakai dites segala.. ya seneng kamu toh dik, lah aku kan rugi.."
Jawab Mbak Tri sambil menunduk karena ngukur panjang baju Parmin..

Sementara itu mata Parmin jelalatan.. karena dari lubang leher daster Mbak Tri terlihat buah dadanya yang dibungkus bra tipis.. sedikit terlihat putingnya yang kecil.
Si Parmin yang sudah mulai horny jadi makin on melihat hal itu.. yang efeknya.. si otong jadi gerah dan mulai menggeliat di dalam celananya.

Sambil ngukur panjang baju Parmin.. Mbak Tri bertanya sambil tangan kiri di dada dan tangan kanan di pusar Parmin.
"Mau panjangnya seberapa dik..? Segini..?" Sambil tangan kanannya ditekan di puser Parmin.

"Ya.. kurang panjang to Mbak Tri.." jawab Parmin.

"Segini..?"
Tangan kanan Mbak Tri turun.. dan ditekan di bawah puser.. sekitar 10cm.. sehingga tangan Mbak Tri menyentuh si otong yang sudah mulai bangun.
Tapi Mbak Tri terlihat tidak berusaha mengangkat tangannya.

"Eh.. turun lagi mbak.." Si Parmin terkejut juga dengan hal ini.
Agak malu sebenarnya karena ketahuan bahwa dia sudah mulai ngaceng hanya karena obrolan seperti itu.

"Mau segini..?" Tangan Mbak Tri makin turun sampai selangkangan Parmin..
Dan dengan santainya Mbak Tri menekan tangannya sampai nempel selangkangan Parmin..
Sebetulnya lebih memegang dari bawah.. tapi hanya sebatas menyentuh biji telor Parmin.

"Mmm.. ya segitu cukup mbak.."

Parmin makin merah mukanya dan otong semakin bertambah besar.. mengeras..
Tangan Mbak Tri pasti bisa merasakan.. perkembangan dalam celana Parmin.

Mbak Tri kemudian jongkok di depan Parmin dan mulai mengambil ukuran untuk celana.
Mbak Tri melingkarkan meterannya di pinggang Parmin ujung meteran dipegang dengan tangan kiri ditempeli di tonjolan celana Parmin..

Sementara tangan kanannya buat mengencangkan meteran tersebut sambil digeser-geser.. yang semakin membuat Parmin terangsang..
Meski sebenarnya hal ini biasa dilakukan oleh tukang jahit.. tetapi harusnya agak ke atas.. bukan pas di tempat si otong bersembunyi.

"Wah.. kok lingkarnya gede banget ini, dik Parmin..?" ucap Mbak Tri sambil ngelirik ke atas dan tersenyum penuh arti.

"He.. eh.. mmmm gak tau ya, mbak. Biasanya ukurannya berapa to mbak..?"
Si Parmin makin blingsatan saja.. karena otongnya sekarang benar-benar berada di telapak tangan Mbak Tri.

"Wahh.. pantes saja. Ini nih gara-garanya..!"
Ucap Mbak Tri.. sambil tangannya mulai mengelus-elus senjata Parmin yang sudah ngaceng penuh dari luar celananya..
Sekali lagi Mbak Tri ngelirik ke arah Parmin sambil senyum penuh arti.

Si Parmin hanya bisa diam sambil membalas senyuman Mbak Tri..
Terasa geli-geli enak di bagian senjatanya.. membuat jantung Parmin makin keras berdetak.

Terasa senjatanya sekarang diremas-remas dari luar celananya oleh tangan Mbak Tri..
Tetapi.. sesaat si Parmin berteriak kecil.. karena merasakan satu bulu jembutnya ternyata terjepit oleh senjatanya.

Mbak Tri melirik ke atas dan mulai menurunkan retsliting celana seragam abu-abu Parmin.. sekalian kancing celananya..
tanpa permisi lagi.. celana abu-abu itu melorot hingga sepatu Parmin..

Mbak Tri sangat terkejut.. karena di depan mukanya terpampang celana dalam putih merk GTman yang sangat gemuk di bagian depannya..
Wajah Mbak Tri makin berseri-seri ketika memperhatikan bahwa di GTman putih itu ada yang basah di bagian ujung senjata Parmin.

Dia mulai mengelus-elus senjata itu dengan mesranya..
Terasa bahwa isi GTman itu berkedut-kedut dan terasa hangat..
Perlahan dia sentuh bagian yang basah itu.. terasa lengket sedikit.

Mbak Tri pelan-pelan mulai menarik kolor GTman putih itu dan menariknya ke bawah..
Pelan-pelan mulai terlihat topi baja berwarna agak kemerahan dengan ujungnya basah oleh lendir bening..
disentuhnya dengan ujung jari.. kemudian diputar-putarnya cairan itu di topi baja si Parmin..

Terasa serr.. nikmatnya mulai menjalar ke seluruh tubuh Parmin.. "Sshhh shhh.." desah Parmin.

Mbak Tri menarik GTman putih itu dan menarik turun hingga bertumpuk dengan seragam abu-abu di kaki Parmin..
lalu tanpa sungkan-sungkan lagi.. kontol yang telah berukuran penuh itu melompat bagai pegas yang terlepas dari bebannya..

Toengg..! Dengan kurang ajarnya.. langsung pula mengacung..
menunjuk-nunjuk muka Mbak Tri yang berseri-seri dengan mulut terbuka.. karena terpesona oleh ukuran kontol Parmin yang lebih besar dari punya suaminya.

Selain ukurannya kontol itu berwarna kemerahan di ujungnya.. sangat merangsang birahi Mbak Tri yang tadi malam tidak sempat terpuaskan..
karena suaminya selalu kalah di ranjang dan langsung tidur setelah menumpahkan pejuhnya di memek Mbak Tri.

Dipegangnya kontol yang lumayan besar itu.. terasa hangat.. berkedut-kedut.. dan yang pasti jauh lebih keras daripada yang tiap malam ditemukannya.
Dipegangnya dengan kedua tangannya perlahan-lahan mulai dikocok-kocoknya kontol di tangannya itu dengan gerakan pelan dan lembut..
mulai dari ujung ke pangkal dan sebaliknya..

Si Parmin makin mendesah.. sambil mulai merem-merem matanya.. merasakan belaian dan kocokan lembut di kontolnya.

Mbak Tri menjulurkan lidahnya ke ujung kontol Parmin..
Dan ketika ujung lidah Mbak Tri menyentuh ujung kontolnya si Parmin terhentak.. merasakan sensasi yang bagai arus listrik mengalir ke seluruh tubuhnya..
Setiap pori-pori tubuhnya terbuka.. setiap rambut halusnya berdiri tegak.. merinding seluruh tubuh Parmin karena sentuhan ujung lidah Mbak Tri di ujung kontolnya.

Dengan penuh perasaan.. lidah Mbak Tri menjilati topi baja kontol itu.. Lalu pelan-pelan dimasukkan topi baja itu ke dalam mulutnya..
Dihisap.. dikulum.. keluar-masuk hingga ujung kontol Parmin menyentuh tenggorokannya.
Terasa sensasi yang sangat di ujung kontol Parmin.. karena menyentuh tenggorokan Mbak Tri.

Dari gerakan lembut dan penuh perasaan.. Mbak Tri mulai bergerak agak cepat..
Sepertinya Mbak Tri sudah mulai tidak bisa mengendalikan nafsunya.

Maka dihisapnyalah kontol Parmin.. dijilatinya dengan rakus.. Slrupp..slrupp.. slrupp..!

"Shhhh.. ahhh.. shhhh.. ahhh.."

Desah-desis Parmin berselingan dengan bunyi kocokan Mbak Tri mengeksploitasi kontol Parmin.. yang semakin merah dan keras..
Seperti orang kelaparan Mbak Tri memasukkan kontol Parmin dan menggerakkan kepalanya..

Bahkan Mbak Tri sempat tersedak-sedak.. karena tenggorokannya makin keras tertusuk kontol Parmin.. "Heghhh..!"
Ketika ujung kontol itu menohok tenggorokannya..

Tangan Parmin mulai memegangi kepala Mbak Tri.. membantu memaju-mundurkan kepala Mbak Tri..
Ia merasakan sensasi yang luar biasa dibandingkan permainan mulut Mbak Nur dan Mbak Sri..

Kontolnya bagaikan sedang mengentot lubang sempit dan menghisap.. hingga terasa seperti akan menarik semua organ dalam kontolnya..
Rasa yang sangat sulit dilukiskan dengan tulisan..
Hanya Parmin yang bisa merasakan dan menikmti setiap gerakan kepala Mbak Tri di kontolnya..

Karena rangsangan yang luar biasa itu.. si Parmin mulai memaju-mundurkan pantatnya dengan memegangi kepala Mbak Tri..
Dia mulai mengayunkan kontolnya ke dalam mulut Mbak Tri.. Pegangan di kepala Mbak Tri berubah jambakan di rambutnya..
Parmin lupa.. bahwa yang dientotnya adalah mulut Mbak Tri..

Semakin Parmin keras dan cepat mengayunkan kontolnya.. Mbak Tri makin glagapan.. karena serangan kontol di mulutnya makin ganas..
tapi tak mengurangi semangat Mbak Tri.. malah semakin terangsang dia, mendapat perlakuan liar begitu..

Dia tetap melawan setiap serangan kontol Parmin..
Dia hisap makin kuat ketika kontol itu ditarik.. dan dikulumnya jika kontol itu menghujam mulutnya.

Meskipun air mata mulai pula bercucuran.. karena tengorokannya makin sering dan keras ditusuk-tusuk ujung kontol Parmin..
Mbak Tri malah makin liar bergerak.. membalas dengan ganas..

"Heghhh.. Heghhh.. Heghhh..!"

Si Parmin sendiri makin lupa.. dengan sekali gerak dia dorong kepala Mbak Tri ke arah sandaran sofa..
Dia tempelkan kepala tersebut.. dia jambak.. sehingga Mbak Tri tidak bisa bergerak lagi..

Setelah itu Parmin mengayunkan kontolnya makin kencang ke mulut Mbak Tri..
Mbak Tri makin acak-acakan.. tetapi tetap menerima setiap serangan kontol Parmin..

"Sshhhh.. ahhhh.. shhh.. ahhh..!"
Parmin merasakan desakan yang sangat di pangkal kontolnya..
Desakan yang menandakan akan segera terjadi ledakan dasyat dari ujung kontolnya..

Makin dasyat pula Parmin menghujamkan kontolnya di mulut Mbak Tri.. Jelas kali ini Mbak Tri kewalahan amat sangat.. tetapi sudah terlambat..
karena rambutnya dijambak oleh kedua tangan Parmin dengan ketat.. tetapi tangan Mbak Tri tidak berusaha menolak hujaman-hujaman kontoll Parmin..
malah mengusap-usap pantat Parmin dan meraba-raba sunhole Parmin..

Dengan satu hentakan kuat.. "Arghhh..!"
Meledaklah lahar yang telah sekian lama digodok di pangkal kontol Parmin.. Langsung menyembur tenggorokan Mbak Tri..

"Arghhh..!" Sekali lagi ditumpahkannya lahar kenikmatan itu..

Mbak Tri hampir mau muntah menerima ledakan dasyat itu..
Tetapi.. dengan pengalamannya, dia sanggup menahan dan menelan setiap lahar yang keluar dari ujung kontol Parmin..

Slrupph..!
"Arghhh..!"

"Sshhhh.."
"Ahhh..!"
Parmin mencabut kontolnya..

Mbak Tri langsung berdiri dan mendorong Parmin yang agak limbung karena habis memuntahkan lahar kenikmatannya ke arah sofa..
sehingga Parmin terjatuh terlentang di sofa.

Dengan gerakan cepat.. Mbak Tri melepas celana dalamnya tanpa melepas daster tipis dan bra.. dan langsung mengangkangi tubuh Parmin..

Dipegangnya kontol Parmin yang masih lumayan tegang itu.. lalu diarahkan ke memeknya..
Tepp..!

Jlebb..!
Dengan sekali hujaman.. maka amblaslah kontol Parmin.. ke dalam memek Mbak Tri yang telah basah kuyup oleh lendir dari memek Mbak Tri sendiri..
Langsung dia goyangkan pinggulnya.. dihujamkannya kontol Parmin ke dalam memeknya dengan gerakan liar..

Si Parmin yang masih setengah sadar.. hanya terpana.. Ternganga.. melihat bagaimana Mbak Tri bergerak bagai kesurupan..
Ditatapnya wajah sendu penuh nafsu menahan nikmat birahi Mbak Tri..

Dirasakan Parmin.. kontolnya mulai digerus keras.. nikmat.. hangat.. dijepit liang memek Mbak Tri.
Si Parmin melongo dengan nafas tersengal.. menyaksikan munculnya kebinalan perempuan ini.

Mbak Tri tidak menyadari.. gerakannya kini sudah lepas kendali.
Bila awalnya tadi cenderung memutar dengan liar.. sekarang telah bergerak liar ke segala arah tanpa terkendali..
seolah dengan panik mengapai kenikmatannya yang menyapu dahsyat.

"Hhhhh.. hhh.. ngehhh..!"
Dengusan keras terdengar setiap tubuhnya memutar atau melonjak-lonjak..
menjelma bagai irama musik indah di telinga Parmin.. seperti menandai.. dimulainya pengejaran kenikmatan saat mendaki puncak.

"Min.. ohhh..ough.. kontolmu enakk.. Min!"
Lenguhannya terdengar.. dibarengi dengan badan yang gemulai menggelepar.. Mbak Tri segera mendekati puncak kenikmatannya.

Mbak Tri sendiri yang berbuat.. Mbak Tri sendiri yang mengeluh.. melenguh-lenguh.
"Nghh..Minn.. ngghhh.. hoohh..!"
Dengan pinggulnya bergerak dahsyat.. maju menyentak, tegang. Menyentak ke belakang.. tegang. Menyentak ke depan..!

Tak pelak.. kontol si Parmin yang tadinya akan layu setelah menyemprotkan maninya.. kini megap-megap kembali mengeras di jepitan liang memek Mbak Tri yang menelannya keluar-masuk itu.

"Sssshhh.. ssshhh.."
Dibarengi keluhan panjang setengah mengedan..
Perempuan itu menghempaskan dirinya di puncak nikmat.. terbang ke awang-awang..

Segera saja Parmin mendekap tubuh yang tengah terkejang-terkejang itu dalam pangkuannya..
sembari mencengkeram dengan kasar bokong telanjang dari balik bawahan daster Mbak Tri..
Lalu dengan sekuat tenaga digoyangkan pinggulnya dalam gerakan bergetar-getar.. cepat.

Parmin hanya perlu beberapa sodokan kontolnya di liang memek Mbak Tri.. mengantarkan nikmat tubuh Mbak Tri mengejang..
mengejat-kejat bagai orang kesurupan..

Mbak Tri tersentak.. badannya melengkung ke belakang.. dengan kepala mendongak ke atas dan bibir terbuka..

Bersamaan dengan itu.. ditekankannya memeknya ke kontol Parmin sedalam-dalamnya..
setandas-tandasnya.. hingga serasa mentok di pintu rahim.. jauh di dalam lubuk memeknya.

"Arghhhh..!
"Heghh..!"
Tubuh keduanya terpapar.. lemas.. pada ujung persetubuhan kilat di pagi itu.

Hingga saat ini.. si Parmin jika pulang kampung masih suka janjian dengan Mbak Tri..
Mereka kencan di hotel yang ada di tempat wisata terdekat..

Permainan liar Mbak Tri hingga kini tidak bisa Parmin lupakan..
Bahkan suatu saat.. karena sudah saking kepenginnya.. mereka nekat berpacu di bawah pohon mangga dekat sawah.. dan hampir saja ketahuan warga..
karena teriakan Mbak Tri yang bagai kesurupan..
Kisah Parmin yang Penuh Dengan Petualangan Seks Kisah Parmin yang Penuh Dengan Petualangan Seks Reviewed by rikangen.blogspot.com on November 03, 2018 Rating: 5

No comments:

Menginginkan Balas Dendam yang Ternyata Mendapatkan Perawan

Menginginkan Balas Dendam yang Ternyata Mendapatkan Perawan Menginginkan Balas Dendam yang Ternyata Mendapatkan Perawan CERIAKANGEN ...

Powered by Blogger.